Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Sunday, August 31, 2008

Hidup Berama Orang Miskin

Siapa mau, mampu meneladani Muhammad Rasulullah saw ? Hidup inklusif, bersama, di tempat orang-orang miskin. “Kalau benar kami cinta-kasih kepadaku, maka bersiap-siaplah menghadapi kemiskinan, dengan baju kokoh kuat (dapat mengatasi segala kemungkinan). Karena kemiskinan itu lebih cepat datangnya kepada oang yang cinta kepadaku melebihi kecepatan banjir dalam jurang” kata Rasulullah saw kepada seseorang yang mengaku cinta-kasih kepada Rasulullah saw (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Mughaffal dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, Pasal “Keutamaan Zuhud (Tidak Rakus Dunia) daan Keutaman Kemiskinan”). “Tiada henti-hentinya bala menimpa kepada orang mukmin lelaki maupun perempuan, baik mengenai dirinya atau sanak keluarganya, atau harta kekayaannya hingga menghadap kepada Allah swt sudah bersih dari dosa (dan tidak ada tuntutan dosa padanya) (HR Tirmidzi dari Abu Huraiah, idem, pasal “Sabar”).

Prof Dr A Syalabi dalam bukunya “Negara dan Pemerintahan dalam Islam” (Hal 38) menulis bahwa kewajiban yang utama dari pemerintah Islam ialah bekerja untuk kebahagiaan rakyat. Pemerintah Islam harus berusaha agar rakyat senang, pemerintah haruslah berjga-jaga agar rakyat dapat tidur dengan aman dan tenteram. Islam telah membawa prinsip-prinsip lebih murni daripada yang dicita-citakan setiap orang : Persamaan, Keadilan dan Kepala Negaa yang miskin. Islam menyerukan persamaan, di waktu sistim hidup berkasta-kasta telah berurat berakar di seluruh penjuru alam. Islam menyerukan keadilan, dikala keadilan itu dipandang suatu kelemahaaan dan kehinaan. Islam telah menyerukan agar seorang Kepala Negara bekerja untuk kebahagiaan rakyat, bukan untuk kebahagiaan ddirinya saja. Jadi Islam menciptakan Kepala Negara model baru, yaitu Kepala Negara yang miskin. Kepala Negara yang harta kekayaannya habis dibelanjakannya pada jalan Allah, untuk kepentingan umat. Kepala Negara yang hidup sangat sederhana. Sandang, pngan, papaaaaan yang dipakainya sama dengan yang dipakai orang-orang miskin (“Sejarah dan Kebudayaan Islam”, jilid I, hal 328-329).

Ketika Rasulullah saw melihat kedatangan sekelompok oran-orang melarat yang hanya berpakaian compang camping, maka Rasulullah saw shalat, dan setelah selesai shalat Rasulullah saw membacakan QS 4:1 dan 59:18 yang intinya menyeru agar bertakwa kepada Allah dan mengajak orng-orang beramai-ramai bersedekah. Orang-orang segera mengumpulkan uang, pakaian dan makanan (Dari HR Muslim dari Abu ‘Amr 9Jabir bin Abdullah ra) alam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Contoh Amal Kebaikan atau Kejahatan”, “Kepekaan Sosial dan Kepedulian sosial Rasulullah”).

Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda kepada sahabatnya : “Ketika beliau mencari saya dan tidak menemukan saya di masjid, maka carilah saya di antara orang-orang miskin” (SUARA ‘AISYIYAH, No.10, Oktober 2007, hal 7, “Syawal, Saatnya Memulai Aktualisasi Nilai Solidaritas di luar Bulan Ramadhan”, oleh H Okrizal Eka Putra, Lc, M.Ag)

(BKS0503120700)

Krisis Kepeminpinan

Memang sudah pernah tampil berbagi sosok pemimpin di negeri ini. Semuanya sama-sama bertujuan agar terwujud Masyarakat Sejahtera Adil Makmur. Ada yang mengusung Marhaenisme seperti Sukarno. Ada yang mengusung Murbaisme seperti tan Malaka. Ada yang mengusung Koperasi seperti Hatta. Ada yang mengusung Sosialisme seperti Syahrir. Ada yang mengusung Ekonomi Kerkyatan seperti Mubyarto. Semuanya bercita-cita mengangkat harkat martabat komunitas proletar, gembel, dhu’af.

Semuanya gagal, tak pernah berhasil mewujudkan masyarakat sejahtera adil makmur. Semuanya tak punya konsep yang jelas tentang masyarakat sejahter adil makmur. Manipol Usdek Sukarno dan Repelita –Repelita Suharto gagal total. Semuanya tak punya metode, langkah yang jelas menuju ke sana. Bahkan sama sekali tk pernah membahas, menganalisa, memprediksi hambatan-hambatn, rintangan-rintangn, kendala-kendal yang menghalangi terwujudnya masyarakat sejahtera adil makmur. Juga tk punya metode mengantisipasi, menghadapi kendala-kendala tersebut.

Semuanya tak punya apa yang dikenal masa kini sebagai SMART dan SWOT. Tujuan yang SMART adalah tujuan yang Specific (tertentu), Measurable (terukur), Archievable (terjangkau), Realistic (terlihat), dan Timed (terjadwal). Program, metoda yang memperhtikan Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (Kesempatn), dan Treath (kendala).

Kita tak punya sosok-sosok muda yang energik, yang kritis, yang bermental baja, yang memikirkan kesejahteraan rakyat banyak, yang tujuannya SMART, yang programnya SWOT.

(BKS0808201420)

Berbuat baiklah sebisanya

Setuju atau tidak, mereka telah berbuat, telah menghasilkan sesuatu. Berbuat baiklah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. “Berbuatlah sepenuh kemampuanmu” (QS 6:135, 11:93, 39:39). “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu” (QS 9:105). Jangan pedulikan kritikan, kecaman, bahkan cacian, makian sekalipun.

Berjuanglah sekuat tenaga mempertahankan iman dan islam yang dimiliki agar supaya jangan terlepas dari diri. Ada pihak-pihak yang senantiasa berupaya mengerogoti iman dan islam yang dimiliki itu. “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman” (QS 2:109). “Mereka kaum musyrik) tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari agamu kepada kekafiran” (QS 2:217). “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS 2:129). “Khannas yang terdiri dari golongan jin dan manusia gemar membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia” (simak QS 114:4-6). “Ada masanya Orang yang berpegang pada sunnahku - kata Rasulullah - di kala terdapat perbedaan di antara umatku (umat Islam) bagaikan menggenggam bara api” (HR Hakim, Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud ra).

Mohon perlindunganlah kepada Allah dari bahaya isu yang disebarkan, ditiupkan, dihembuskan oleh khannas tersebut. Dan bertawakkallah kepada Allah, semoga Allah memperkokoh iman dan islam itu di dalam diri, dan semoga dapat hidup dalam suasana aman, tenteram, damai, sejahtera, adil, mamur. “Dia (Allah)lah yang telah menurunkan ketenteraman ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah” (QS 48:4). “--- lalu (Allah) menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat waktunya” (QS 48:18).

Berbuat baiklah secara ikhlash. Ikhlash berarti tidak syirik, tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain. Ikhlas juga berarti tidak ria, tidak pamer terhadap manusia.

Berupayalah agar seantiasa mengingat Allah, mensyukuri pemberian Allah, mematuhi perintah Allah. Mohon pertolonganlah kepada Allah agar memilik kemampuan mengingat Allah, mensyukuri pemberian Allah, mematuhi perintah Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan.

(BKS0806271300)

Menuju Kesejahteraan Bersama

Pola pikir dan sikap mental beradab adalah lebih mementingkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama, bukan hanya semata-mata memperhatikan kepentingan diri sendiri.

Dalam rangka menuju kesejhteraan bersama ini, maka semuanya harus berupaya menginfakkan, menyalurkan harta kekayaannya untuk kesejahteraan bersama. Motivasinya adalah untuk meraih kebahagiaan nanti di akhirat, dalam bahasa kini untuk membangun optimisme eskatologis. Ajaran infaq itu terkait denggan perwujudan kesejahteraan bersama.

Masih dalam rangka menuju kesejahteraan bersama ini, maka seluruh potensi kekayaan alam harus dimanf’atkan, digunakan untuk kesejhteraan, kemakmuran bersama. Darat, laut, hutan harus dikelola untuk kesejahteraan bersama. Adalah tak beradab (kurang ajar) menguras, mengeksploitasi kekayaan alam semuanya, hanya semata-mata untuk kepentingaan diri sendiri. Perbuatan ini namanya aalah membuat kebinasaan di muka bumi.

“Ingatlah ketika kaum Karun berkata kepadanya : Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membaaaanggakan diri. Dan carilh pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, daan janganlah kamu melupakana bahagianmu dari kenikmtan duniwai, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muk bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat ke5rusakan” (QS 28:76-77).

Kepada Karun masa kini (Konglomerat, Kapitalissme Global, yang memiliki perbendaharaan harta kekayaan melimpah) haruslah disampaikan seruan, ajakan agar dengan perbendaharaan harta kekayaan melimpah yang dianugerahkan Allah kepadanya mencari kebahagiaan akhirat (optimisme eskatologis) yaitu dengan membangun solidaritas sosial (optimisme kontekstual, kepedulian sosial, peduli terhadap sesama, mencintai sesama, mengasihi sesama). Perbendaharaan harta kekayn itu dimanfa’atkan, digunakan untuk kepentingan bersama, untuk kesejahteraan bersama, untuk menanggulangi kemiskinan, kelaparan sesama.

Sebagian dari perbendaharaan itu digunakan untuk meningkatkan perputaran roda usaha, roda perekonomian, sumber dana kesejahteraan bersama.

Semua itu merupakan aplikasi, penerapan perbuatan baik kepada sesama. Perbendaharaan harta kekayan melimpah itu semata-mata adalah karunia anugerah Allah. Bahkan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengumpulkan harta kekayaan itu pun adalah karunia anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia sendiri.

Juga Karun masa kini (Konglomerat, Kapitalis Global) untuk tidak membuat keruskan di muka bumi. Memproduksi emisi karbon secara berlebihan, mengeksploitasi hasil hutan secaa berlebihan adalah termasuk ke dalam perbuatan merusak yang menyebbkan perubahan iklim, pemanasan global yang menimbulkan dampak berantai berupa kekeringan dan bencana alm. Sedangkan penuunan emisi karbon akan menurunkan pertumbuhan ekonomi (Disimak dari KOMPAS, Sbtu, 12 Juli 2008, hal 6, Opini : “Krisis Kapitalisme Global” oleh Sysul Hadi, dan Tajuk Rencana : “Solidaritas Sosial dalam Krisis).

“Ttelah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkn karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereeeeeka, agar mereka kembali ke jaln yang benar” (QS 30:41).

(BKS0807141430)

Menghentikan penyelewengan

Yang menyeleweng dari kebenaran dikembalikan dengan ajakan, himbauan, seruan, berupa mujadalah, tukar pikiran yang argumentative. Tapi bila saja tetap membandel, masih saja tetap dalam kesesatan, maka dikembalikan dengan cara paksa, dengan menggunakan kekuatan senjata.

Abubakar Shiddik adalah murid, sekligus sahabat Rasulullah saw termulia, yang paling memahami jaran Rasulullah aw. Pada awal masa kekhalifahannya, Abubakar dengan tegas bersumpah akan memerangi semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran, baik yang murtad, maupun yang mengaku jadi nabi, ataupun yang tidak mau membayar zakat, sehinggga semuanya kembali kepada kebenaran, atau beliau gugur sebagai syahid dalam memperjuangkan kemuliaan agama Allah.

Abubakar mengirimkan surat, menyerukan agar mereka yang telah menyeleweng dari kebenaran itu kembali kepada ajaran Islam. Kalau mereka masih tetap dalam kesesatan itu, maka mereka harus siap menerima akibat yang akan terjadi. Terhadap mereka yang tetap dalam kesesatannya itu Abubakar mengeraahkan balatentara.

Pengeraahan balatentara ini mengharu-birukan kaum-kaum penyeleweng itu. Musailah, sang nabi palsu tewas terbunuh. Thulaihah, juga nabi palsu beserta balatentaranya lari menyelamatkan diri.. Kemudian ia masuk Islam di zaman Umar bin Khaththab. AlAswad, juga nbi palsu tewas terbunuh (Prof Dr A Sylaby : “Sejarah dan Kebudayaan Islam”, 1983:232-233).

(BKS0808231135)

Kebebasan Menggugat

Di negeri yang beradab setiap orang, siapapun bebas, bebas berbicara, bebas berbuat, bebas secara beradab. Bebas menggugat, mengeritik, mengecam, mengoreksi, meluruskan apapun, siapapun. Bebas menggugat, mengeritik Tuhan, Nabi, Kitab Suci, agama, kepercayaan, keyakinan, konstitusi, undang-undang, hukum, jabatan, profesi, tokoh, negara, sistem, ideologi, dan lain-lain. Namun tak bebas menghina, mencela, mencerca, mencaci, memaki, melecehkan Tuhn, Nabi, Kitab Suci, agama, kepercayaan, keyakinan, konstitusi, undang-undang, hukum, jabatan, profesi, tokoh, negara, sistem, ideologi, dan lain-lain.

Kritik, kecaman membuat dinamis, kreatif, mendatangkan kemajuan, perkembangan. Sedangkan penghinaan, celaan, cacian, membuat cekcok, pertengkaran, perkelahian, tawuran, keresahan, kerusuhan, kekacaauan. Segala perbedaan pendapat, perbedaan pemahaman di negeri beradab diselesaikan secara beradab dengan akal, otak, bukan dengan okol, otot. Negeri beradab memaksakan kehendaknya melalui perundingan, diplomasi, bukan dengan senjata, militer.

“Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir” (QS 18:29).

“Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang alQur:anda yang Kami wahyukn kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat yang semisal alQur:anda itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS 2:23).

“Janganlah satu sama lain saling mengolok-olokkan, saling panggil-memanggil dengn gelaran yang buruk” (simak QS 49:11).

“Janganlah satu sama lain saling berprasangka buruk, saling mencari-cari kesalahan, saling menggunjing” (simak QS 49:12).

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dngan melampaui batas tanpa pengetahuan” (QS 6:108).

“Dan janganlah kamu erdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik” (QS 29:46).

“Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepadaNya kita kembali” (QS 42:15).

Sistem IPOLEKSOSBUD bebas dikritisi. Pemilihan Presiden sekali lima tahun atau sekali empat tahun. Presiden harus dibantu dengan wakil Presiden ataukah tanpa Presiden. Pemilihan Presiden serentak dengan Pemilihan DPR ataukah tak harus serentak. Bentuk negara apakah harus negara kesatuan ataukah negara serikat. Bentuk lembaga legislatif mana yang sesuai dengan negara kesatuan, apakah bi kameral ataukah uni kameral. Sistem hukum yang mana yang sesuai dengan negara Indonesia kini, apakah sistim Belanda (Kontnental) ataukah sistem Inggeris (Anglo-Sakson). Sisitem pendidikan dan kurikulum sekolah yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia masa kini, apakah sistim pendidikan Belanda (Kontinental) ataukah sistim Inggeris (Anglo-Sakson).

Dalam acara debat di TVONE pada hari Kamis, 3 Juli 2008 berlangsung debat sengit antara seorang pakar Sosiologi dan seorang anggota DPR. Keduanya sam-ama Muslim. Sang pakar Sosiologi ngotot menyatakan bahwa tak ada satu ayatpu yang memerintahkan mendirikan negara Islam. Sang anggota DPR tak kalahnya menyatakan tak ada seorangpu warganegara Indonesia yang berkeinginan mendirikan negara Islam. Pernyataan keduanya sangat menguntungkan yang anti Islam sebagai kebijakan politik. Apakah memang benar ajaran Qur:anda dan Sunnah Rasulullah itu sama sekali tak menghendaki berdirinya negara Islam ? Negara Islam atau apapun namanya adalah negara yang memberlakukan hukum-hukum Allah. Apakah memang takada perintah Allah untuk menegakkan hukum-hukum Allah, baik secara perorangan, bermasyarakat, maupun bernegara.

Islam mengajarkan agar selalu konsekwen, istiqamah melaksanakan hak-hak Allah, baik secara perorangan, bermasyarakat, maupun bernegara. Namun Islam dalam mengwujudkan semuanya itu tanpa memaksa. Islam sangat menghormati kebebasan, tidak memaksakan kehendak. Perjuangan Islam itu sangat situsional. Sesuai situasinya, pada perjanjian damai Hudaibiyah, Islam sama sekali tak memaksakan pendapatnya. Konstitusi adalah juga bentuk perjanjian. Pada Konstitusi RI, UUD-1945, Islam pun tak memaksakan pendapatnya. Namun Islam tak pernah mengkhianati tujuan perjuangannya.

(BKS0808221510).

Kedamaian dan Jaminan Kebebasan dalam Islam

Islam memberikan jaminan kebebasan untuk memperthankan hak-hak dasar manusia. Namun hak memimpin, hak menghakimi bukanlah hak dasar manusia. Hak memimpin dan hak menghakimi tersebut adalah hak kesepakatan, persetujuan bersama yang bersifat temporal. Selama kesepakatan bersama itu berlaku, umat Islam berkewajiban memenuhinya. “Hai orang yang beriman, penuhilah perjnjian” (QS 5:1).

Kebebasan dalam Islm adalah kebebasan yang beradab. Bebas menyebarkan kebenaran dan kebajikan. Dan sama sekali tak memberikan kebebasan untuk menyebarkan kejahatan dan kekejian. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangnlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS 5:2).

Islam mengajarkan agar selalu konsekwen, istiqamah melaksanakan hak-hak Allah, baik secara perorangan, bermasyarkat, maupun bernegara. Namun Islam dalam mewujudkan semuanya itu tanpa memaksa. Islam sangat menghormti kebebasan, tidak memaksa kehendak.

Musuh Islam adalah syetan, thaghut dan pengikutnya, khannas, pendengki, munafiq, kafir, nafsu.

Musuh abadi Islam adalah yang bersifat ideologis, i’tikadi, seperti Judaisme, Christianisme, Capitalisme, Liberalisme, Socialisme, Comunissme, Marxisme, Leninisme, Maoisme, Soekarnoisme, Javanisme, Marhaenisme, Proletariatisme, Murbaisme, dan lain-lain.

Musuh secara ideologis, i’tikadi dihadapi Islam dengan mujadalah yang argumentatif. Sedangkan musuh secara fisikologis dihadapi Islam dengan kekuatan senjata.

Secara fisikologis tak ada musuh abadi dalam Islam. Bila musuh telah menghentikan serangan senjatanya maka Islama tak akan menyerang mereka lagi. Tapi bil musuh terus melakukan serangan bersenjata, maka Islam memerintahkan agar terus menghadapi mereka dengan serangan senjata sampai mereka berhenti (simak QS 2:190-194).

Islam sangat melrang tindakan yang melampaui batas, tindakan sewenang-wenang, tindakan penyiksaan, bahkan terhadap musuh sekalipun. Lebih dari itu Islam melarang membalas penyksaan dengan penyiksaan pula. Hukum Qishash bukan hukum balas siksaan dengan siksaan.

Dakwah Islam berupaya membentuk, membina, mewujudkan komunitas yang berakhlak paripurna, komunitas yang peduli akan sesama, komunitas yang peduli akan kesejahteraan, kemakmuran, keamaaaaanan, kesentosaan, kedamaian sesama, komunitas IMTAQ. Islam berupaya menegakkan keadilan dan kesejahteraan tanpa diskriminatif.

“Saya diutus - kata Rasulullah - untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR Ahmad). “Dan tiadalah Kami - kata Allah - mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS 21:107).

Islam membimbing, menuntun agar dapat meraih : selamat, rahmat, berkat. Sekaligus juga membimbing, menuntun agar aktif menyebarkan : selamat, rahmat, berkat. Amal perbuatan yang terbaik dalam Islam antara lain memberi makan dan memberi salam terhadap orang yang dikenal atau tidak dikenal (simak HR Bukhari, Muslim dari Abdullah bin Amr bin al’Ash).

Untuk memperoleh semuanya itu : selamat, rahmat, berkat aalah dengan beriman dan bertakwa. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami - kata Allah - akan melimpahkan kepda mereka berkah dari langit dan bumi” (QS 7:96). “Aku - kata Allah - mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS 2:186).

Agar dapat meraih selamat, rahmat, berkat aalah dengan beriman, bertakwa, memenuhi perintah Allah.

Dalang kezhaliman dan penderitaan yang menimpa dunia adalah konspirasi, persekutuan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika. “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikutimagama mereka” (QS 2:120).

Kedamaian baru akan terwujud apabila imperialisme (dari konspirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika) tidak lagi menjadi dasar kebudayaan dunia. “Sesunggunya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskn, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan” (Mukaddimah UUD-45).

Selama masih ada imperialisme (dari konpirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Angl-Sakson Amerika), maka kedamaian tak mungkin terwujud, peperangan tak akan berakhir.

Tujuan peperangan dalam Islam hanyalah supaya ada kebebasan mendakwahkan kebenaran, kebebasan dari kesewenang-wenangan.

Peperangan alam Islam bukanlah untuk menjajah bangsa lain. Bukan untuk memaksa semua orang menganut Islam. Dalam Islam tak ada paksan dalam beragama.

Bagi orang-orang yang telah menganut Islam tak ada lagi pilihan lain. Islam adalah finish, pilihan terakhir. “Barangsiapa menerima agama selain Islam, maka ia tidak akan diterima” (QS 3:85).

(BKS0808221430)

Bila Islam Berkuasa

Islam mengenal terminologi halal dan haram. Selain Islam tak kenal dengan halal dan haram. Dalam seluruh aktivitas kehidupan ada yang tergolong halal dan ada pula yang tergolong haram, baik dalam keidupan perorangaan, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara. Seseorang yang ingin melakukan tindak kejahatan akan berpikir beberapa kali. Bila ia lolos dari jeratan hukum di dunia, namun ia tak akan pernah luput dari ancaman hukum di akhirat. Bila fisiknya tak terjamah hukum, namun fisiknya tak akan pernah tenteram. “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” (QS 16:93).

Dalam Islam sangat haram melanggar janji, mengkhianati perjanjian. Islam menuntut agar memenuhi janji, berlaku jujur. Dusta, khianat adalah perbuatan haram. “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabnya” (QS 17:34). Islam menuntut agar berkata benar, berlaku adil. “Dan apabila kamu berkata, maka hedaklah kamu berlaku adil kendatipun dia kerabatmu” (QS 6:152). Berbuat aniaya, berbuat sewenang-wenang adalah perbuatan haram. “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS 7:55). Menipu, mengecoh, menyalahgunakan kekuasaan adalah perbuatan haram. Mengambil, menerima yang bukan hak adalah perbuatan haram. “Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan yang batil” (QS 4:29). Mengkonsumsi miras meskipun milik sendiri adalah haram. Berjudi dengan uang sendiri adalah haram. “Sesunggunya meminum khamar, bejudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan” (QS 5:90). Berzina, meskipun suka sama suka adalah haram. “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah sesuatu perbuatan yang keji, dan satu jalan yang buruk” (QS17:32). Meskipun hak manusia tidak terlanggar, namun hak Allah terlanggar, maka perbuatan itu adalah haram.

Tindakan kejahatan tak akan pernah lenyap. Namun dalam Islam, orang akan berpikir berulang kali untuk melakukan tindak kejahatan. Ia boleh luput dari pengawasan manusia, namun ia tak pernah dapat menyelamatkan diri dari pengawasan Allah. “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” (QS 16:93).

Keadilan Islam menyeluruh, tidak diskriminatif. Semua orang adalah sama di mata hukum. Tak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat. Keadilan yang sempurna itu hanya terdapat dalam Islam, baik secara teoritis maupun dalam praktek, terekam secara historis. “Maka berilah keputusan perkara di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengkuti hawa nafsu” (QS 38:26).

Islam datang membawa, menyebarkan “assalamu’alaikum wa ramatullahi wa barakatuh”. Menyebarkan salam, rahmat, berkat, keamanan, kedamaian, kesentosaan, kesejahteraan, kemakmuran kepada semua. Menyebarkan kesejahteraan spiritual maupun kesejahteraan material.

Sebenarnya tak ada celah untuk membenci Islam. Di celah mana Islam itu harus dibenci. Manusia-manusia yang berfikir logis-rasional dan membaca fakta sejarah secara kritis, pasti tak akan menemukan celah untuk membenci Islam. Seluruh orientalis yang jujur pastilah mengakui akan keunggulan, kebenaran Islam. Bahwa keadilan Islam itu sangat sempurna. Bahkan kebebasan dalam Islam itu sangat luas. Dalam Islam bebas berbuat kebaikan, namun sekali-kali tak bebas berbuat jahat, melakukan tindak kejahatan. “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam” (QS 2:256). Islam menyeru kepada kebaikan, agar melakukan yang makruf dan menjauhi yang munkar (simak QS 3:14), agar berlaku adil, peduli akan sesama, menjauhi perbuatan keji, permusuhan (simak QS 16:20).

Dalam Islam manusia dengan segenap urusannya adalah menjadi wewenang kekuasaan Allah. Mereka harus menyesuaikan budaya dan kehidupannya dengan nilai-nilai maanusiawi yang bersumber pada ajaran-ajaran Ilahi. Mereka harus mencurahkan segenap perhatiannya untuk mewujudkan kehidupan sosial yang Islami, masyarakat IMTAQ, masyarakat MARHAMAH. “Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan” (QS 2:208).

Mengacu pada data sejarah dan nash (Qur:an dan Sunnah), Siswa Supriyatno menyebutkan bahwa Islam tidak membatasi masa jabatan kepemimpinan. Islam tidak membenarkan mencalonkan dan mendaftarkan diri menjadi pimpinan negara. Islam menetapkan persyaratan peserta musyawarah (ahli syura) haruslah amanah. Islam tidak membenarkan pengambilan keputusan hukum mengacu pada suara terbanyak. Islam tidak mengenal unjuk kekuatan (ALMAMATER, Juni 2008, hal 12-13, Pesan Sejarah : “Mari Mamahami Satu Abad Kebangkitan Nasional”).

Andi Krisna Himawan andi_kh@yahoo.com menyebutkan bahwa Islam memerintahkan untuk membentuk Negara Daulah Khilafah. Kedaulatan di tangan Allah, sebagai pembuat syara’, sedangkan kekuasaan di tangan umat, yang diwakili oleh seorang Khalifah. Islam memerintahkan sistem politik “Amar Makruf Nahi Munkar”, bukan sistim Demokrasi Liberal (Date : Thru, 5 Apr 2001 2016:06-0700).

Prof Dr Hamka menyebutkan bawa pertumbuhan syura Islami hampir sama juga dengan pertumbuhan demokrasi. Raslullah saw tidaklah meninggalkan wasiat politik yang terperinci tentang teknik cara bagaimana menyusun syura itu. AlQur:an atau Hadits tidaklah mencampuri hal itu secara mendalam dan terperinci. Islam menanamkan dasar (prinsip), bahwa bermasyarakat dan bernegara itu wajib bermussyawarah. Dalam masyarakat harus ada syura (“Tafsir AlAzhar”, juzuk IV, 1983:152-153, re tafsir QS 3:159, “Syura sebagai Sendi Masyarakat Islam”).

Di dalam mendirikan sesuatu kekuasaan atau sesuatu pemerintahan, pokok pertama adalah menyerahkan amanat kepada ahlinya. Seluruh pelaksanaan pemerintahan, haruslah orang yang amanah, yang bisa memegang amanah. Kedua adalah menegakkan keadilan, menghukum dengan adil. Ketiga menta’ati tuntunan Allah dan RasulNya serta pimpinan (“Tafsir AlAzhar”, juzuk V, 1984:136, re tafsir QS 4:58-59). Nabi sengaja tidak meninggakan konsep tentang bentuk pemerintahan, adalah untuk memberi kebebasan mengaturnya. Yang ditinggalkan Rasulullah saw ialah syura, musyawarah. Bgamana tekniknya terserahlah kepada perkembangan kecerdasan sendiri, menilik ruang dan waktu (“Tafsir AlAzhar”, juzuk VII, 1982:81).

(BKS0808261430)

Ibadah dalam Islam

Ibadah shalat, shaum, zakat, haji membina manusia memiliki ketakwaan, kepekaan, sensitifitas penyerahan diri secara totalitas hanya kepada Allah semata-mata. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. Dengan demkian seluruh aktivitas kehidupannya mengacu pada pengakuan “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, Tidak ada Rabb yag berhak diibadahi kecuali Engkau. Engkau telah menciptakan aku, aku adalah hambaMu, dan aku berada di atas perjanjianMu dan janjiMu semampuku”.

Bukti pengakuan tersebut terwujud nyata dalam penolakan penyerahan diri kepada selain Allah, tak peduli siapapun dia “Katakanah : Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq” (QS 9:24). “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka” (QS 58:22).

Dalam seluruh aktivitas kehidupannya, dalam bermu’amalah, dalam berinteraksi antar sesama sangat sensitif, sangat peka. Segera melaksanakan perintah Allah dan segera pula mengindahkan larangan Allah. Tak berupaya untuk berlalai-lalai, melalaikan diri. Apalagi tak menolak, membantah perintah dan larangan Allah. “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu” (QS 8:24). “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhna” (QS 4:65).

Segala aktivitas yang dilakukan dengan motivasi mengharapkan kasih sayang Allah dan dengan mengacu kepada tuntunan RasulNya bernili ibadah. Semua aktivitas yang bernilai ibadah itu pun berdimensi sosial, berdimensi jama’ah, bukan hanya semata-mata berdimensi individual, berdimensi munfarid. Bahkan keberkahan itu berada dalam jama’ah. “Seorang Mukmin bagi sesama Mukmin, bagaikan bangunan yang kuat menguatkan setengah pada setengahnya” (HR Bukhari, Muslim dari Abu Musa, dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Menjunjung Kehormatan Kaum Muslimin dan Hak-hak mereka serta belas kasih kepada mereka”).

(BKS0808250639)

Seruan Islam

Islam menyeru, mengajak masuk ke dalam komunitas,masyarakat beradab, masyarakat madani, masyarakat berkhlak paripurna. “Saya – kata Rasulullah – diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Islam menyeru, mengajak masuk ke dalam komunitas, masyarakat yang penuh kedamaian, kesejahteraan, kesentosaan, keamanan, kenyamanan. “Dan tiadalah Kami – kata Allah – mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS 21:107). “Semoga keselamatan bagi kalian, serta rahmat dan berkat Allah” (HR Abu Daud, Tirmidzi dari Imran bin Hushain dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawai, pasal “Cara Memberi Salam”).

Islam menyeru, mengajak masuk kedalam komunitas, masyarakat yang penuh keadilan, kebajikan, kebagusan, keindahan, kebersihan, kerapian, saling peduli. Islam menyeru, mengajak masuk ke dalam komunitas yang bajik, bagus, indah segalanya. Akidahnya bagus, indah, bersih, beas dari syirik, bebas dari keyakinan yang karut marut. Pola pikirnya bagus, indah, bersih, bebas dari pikirin jorok, pikiran kumuh. Ibadahnya bagus, indah, bersih, bebas dari bid’ah, bebas dari ritual yang diada-adakan. Muamalahnya bagus, indah, bersih. Politik, Ekonomi, Sosial, Budayanya bersih dari jahili, dari sekuler.

Islam menyeru, mengajak pada kebajikan, berbuat baik, tak berbut jahat, meraih kebahagian di surga. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar” (QS 3:104). “Allah menyeru manusia ke sorga Darussalam” (QS 10:25). “Allah mengajak ke sorga dan ampunan dengan IdzinNya” (QS 2:221).

Islam sangat melarang siapa pun melakukan tindak kejahatan. Tindak kejahatan disebut juga perbuatan dosa. Pelakunya diancam hukuman siksa oleh Allah. Ada iga tindak kejahatan pokok, yaitu fahsya (lewdness, porno/serong/mesum, perbuatan keji), munkar (abonomotive, maksiat), baghy (wickedness, permusuhan, penganiayaan). Seluruh perbuatan dosa masuk kea lam salah satu dari ketiga tindak kejahatan pokok tersebut. “Sesunguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan prmusuhn” (QS 16:90).

Untuk dapat menjaga diri dari berbuat jahat, berbuat dosa, Islam menuntun agar serius, tekun melaksanakan ibadah, setia melakukan rukun Islam, seperti shalat, shaum, zakat, haji. Seluruh ibadah itu mendidik, melatih agar mampu mengendalikan diri, baik dalam berbicara maupun dalam berbuat, baik perorangan, maupun secara bersama-sama. Ibadah itu bentuk sikap mental yang baik.

Larangan pada saat pendidikan, latihan sangat ketat, sangat keras dibandingkan dengn di luar pendidikan dan latihan. Demikian pula larangan pada saat melaksanakan ibadah lebih ketat, lebih keras dari pada bukan pada saat melakukan ibadah. Fungsi ibadah itu untuk membersihkan, mensucikan diri dari perilaku buruk, perilaku jahat dan menggantiya dengan perilaku baik, perilaku utama.

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dri perbuatan-perbuatan keji dan munkar” (QS 29:45). “ “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS 2:183). “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka” (QS 9:103). “Musih haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji” (QS 2:197).

Pada saat mengerjakan ibadah haji, terlarang rafatas (lewdness, bercumbu, menimbulkan birahi, berckap kotor, bersenggama), fusuq (buse, durhka, membuat kejahatan), jidal (angryconversation, bertengkar, berbantah-bantahan). Orang-orang yng mengikuti jalan yang lurus itu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan (simak QS 49:7). Islam menuntun agar tidak berbuat kufur (disbelief, kekafiran), fusuq (lewdness, melawan hukum), ‘ishya (rebellion, berantm, durhaka). Terlarang berbuat itsm (crime, dosa), ‘udwan (wrongdoing, mendurhakai ajaran Rasul) (simak QS 58:9).

Islam memberikan jaminan kebebasan untuk memperthankan hak-hak dasar manusia. Namun hak memimpin, hak menghakimi bukanlah hak dasar manusia. Hak memimpin dan hak menghakimi tersebut adalah hak kesepakatan, persetujuan bersama yang bersifat temporal. Selama kesepakatan bersama itu berlaku, umat Islam berkewajiban memenuhinya. “Hai orang yang beriman, penuhilah perjnjian” (QS 5:1).

Kebebasan dalam Islm adalah kebebasan yang beradab. Bebas menyebarkan kebenaran dan kebajikan. Dan sama sekali tak memberikan kebebasan untuk menyebarkan kejahatan dan kekejian. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangnlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS 5:2).

Islam mengajarkan agar selalu konsekwen, istiqamah melaksanakan hak-hak Allah, baik secara perorangan, bermasyarkat, maupun bernegara. Namun Islam dalam mewujudkan semuanya itu tanpa memaksa. Islam sangat menghormti kebebasan, tidak memaksa kehendak.

(BKS0808201430)

Friday, August 22, 2008

Menuju Kesejahteraan Bersama

Pola pikir dan sikap mental beradab adalah lebih mementingkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama, bukan hanya semata-mata memperhatikan kepentingan diri sendiri.

Dalam rangka menuju kesejhteraan bersama ini, maka semuanya harus berupaya menginfakkan, menyalurkan harta kekayaannya untuk kesejahteraan bersama. Motivasinya adalah untuk meraih kebahagiaan nanti di akhirat, dalam bahasa kini untuk membangun optimisme eskatologis. Ajaran infaq itu terkait denggan perwujudan kesejahteraan bersama.

Masih dalam rangka menuju kesejahteraan bersama ini, maka seluruh potensi kekayaan alam harus dimanf’atkan, digunakan untuk kesejhteraan, kemakmuran bersama. Darat, laut, hutan harus dikelola untuk kesejahteraan bersama. Adalah tak beradab (kurang ajar) menguras, mengeksploitasi kekayaan alam semuanya, hanya semata-mata untuk kepentingaan diri sendiri. Perbuatan ini namanya aalah membuat kebinasaan di muka bumi.

“Ingatlah ketika kaum Karun berkata kepadanya : Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membaaaanggakan diri. Dan carilh pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, daan janganlah kamu melupakana bahagianmu dari kenikmtan duniwai, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muk bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat ke5rusakan” (QS 28:76-77).

Kepada Karun masa kini (Konglomerat, Kapitalissme Global, yang memiliki perbendaharaan harta kekayaan melimpah) haruslah disampaikan seruan, ajakan agar dengan perbendaharaan harta kekayaan melimpah yang dianugerahkan Allah kepadanya mencari kebahagiaan akhirat (optimisme eskatologis) yaitu dengan membangun solidaritas sosial (optimisme kontekstual, kepedulian sosial, peduli terhadap sesama, mencintai sesama, mengasihi sesama). Perbendaharaan harta kekayn itu dimanfa’atkan, digunakan untuk kepentingan bersama, untuk kesejahteraan bersama, untuk menanggulangi kemiskinan, kelaparan sesama.

Sebagian dari perbendaharaan itu digunakan untuk meningkatkan perputaran roda usaha, roda perekonomian, sumber dana kesejahteraan bersama.

Semua itu merupakan aplikasi, penerapan perbuatan baik kepada sesama. Perbendaharaan harta kekayan melimpah itu semata-mata adalah karunia anugerah Allah. Bahkan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengumpulkan harta kekayaan itu pun adalah karunia anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia sendiri.

Juga Karun masa kini (Konglomerat, Kapitalis Global) untuk tidak membuat keruskan di muka bumi. Memproduksi emisi karbon secara berlebihan, mengeksploitasi hasil hutan secaa berlebihan adalah termasuk ke dalam perbuatan merusak yang menyebbkan perubahan iklim, pemanasan global yang menimbulkan dampak berantai berupa kekeringan dan bencana alm. Sedangkan penuunan emisi karbon akan menurunkan pertumbuhan ekonomi (Disimak dari KOMPAS, Sbtu, 12 Juli 2008, hal 6, Opini : “Krisis Kapitalisme Global” oleh Sysul Hadi, dan Tajuk Rencana : “Solidaritas Sosial dalam Krisis).

“Ttelah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkn karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereeeeeka, agar mereka kembali ke jaln yang benar” (QS 30:41).

(BKS0807141430)

Menghentikan penyelewengan

Yang menyeleweng dari kebenaran dikembalikan dengan ajakan, himbauan, seruan, berupa mujadalah, tukar pikiran yang argumentative. Tapi bila saja tetap membandel, masih saja tetap dalam kesesatan, maka dikembalikan dengan cara paksa, dengan menggunakan kekuatan senjata.

Abubakar Shiddik adalah murid, sekligus sahabat Rasulullah saw termulia, yang paling memahami jaran Rasulullah aw. Pada awal masa kekhalifahannya, Abubakar dengan tegas bersumpah akan memerangi semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran, baik yang murtad, maupun yang mengaku jadi nabi, ataupun yang tidak mau membayar zakat, sehinggga semuanya kembali kepada kebenaran, atau beliau gugur sebagai syahid dalam memperjuangkan kemuliaan agama Allah.

Abubakar mengirimkan surat, menyerukan agar mereka yang telah menyeleweng dari kebenaran itu kembali kepada ajaran Islam. Kalau mereka masih tetap dalam kesesatan itu, maka mereka harus siap menerima akibat yang akan terjadi. Terhadap mereka yang tetap dalam kesesatannya itu Abubakar mengeraahkan balatentara.

Pengeraahan balatentara ini mengharu-birukan kaum-kaum penyeleweng itu. Musailah, sang nabi palsu tewas terbunuh. Thulaihah, juga nabi palsu beserta balatentaranya lari menyelamatkan diri.. Kemudian ia masuk Islam di zaman Umar bin Khaththab. AlAswad, juga nbi palsu tewas terbunuh (Prof Dr A Sylaby : “Sejarah dan Kebudayaan Islam”, 1983:232-233).

(BKS0808231135)

Hidup Berama Orang Miskin

Siapa mau, mampu meneladani Muhammad Rasulullah saw ? Hidup inklusif, bersama, di tempat orang-orang miskin. “Kalau benar kami cinta-kasih kepadaku, maka bersiap-siaplah menghadapi kemiskinan, dengan baju kokoh kuat (dapat mengatasi segala kemungkinan). Karena kemiskinan itu lebih cepat datangnya kepada oang yang cinta kepadaku melebihi kecepatan banjir dalam jurang” kata Rasulullah saw kepada seseorang yang mengaku cinta-kasih kepada Rasulullah saw (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Mughaffal dalam “Riadhus ShalihinImam Nawawi, Pasal “Keutamaan Zuhud (Tidak Rakus Dunia) daan Keutaman Kemiskinan”). “Tiada henti-hentinya bala menimpa kepada orang mukmin lelaki maupun perempuan, baik mengenai dirinya atau sanak keluarganya, atau harta kekayaannya hingga menghadap kepada Allah swt sudah bersih dari dosa (dan tidak ada tuntutan dosa padanya) (HR Tirmidzi dari Abu Huraiah, idem, pasal “Sabar”).

Prof Dr A Syalabi dalam bukunya “Negara dan Pemerintahan dalam Islam” (Hal 38) menulis bahwa kewajiban yang utama dari pemerintah Islam ialah bekerja untuk kebahagiaan rakyat. Pemerintah Islam harus berusaha agar rakyat senang, pemerintah haruslah berjga-jaga agar rakyat dapat tidur dengan aman dan tenteram. Islam telah membawa prinsip-prinsip lebih murni daripada yang dicita-citakan setiap orang : Persamaan, Keadilan dan Kepala Negaa yang miskin. Islam menyerukan persamaan, di waktu sistim hidup berkasta-kasta telah berurat berakar di seluruh penjuru alam. Islam menyerukan keadilan, dikala keadilan itu dipandang suatu kelemahaaan dan kehinaan. Islam telah menyerukan agar seorang Kepala Negara bekerja untuk kebahagiaan rakyat, bukan untuk kebahagiaan ddirinya saja. Jadi Islam menciptakan Kepala Negara model baru, yaitu Kepala Negara yang miskin. Kepala Negara yang harta kekayaannya habis dibelanjakannya pada jalan Allah, untuk kepentingan umat. Kepala Negara yang hidup sangat sederhana. Sandang, pngan, papaaaaan yang dipakainya sama dengan yang dipakai orang-orang miskin (“Sejarah dan Kebudayaan Islam”, jilid I, hal 328-329).

Ketika Rasulullah saw melihat kedatangan sekelompok oran-orang melarat yang hanya berpakaian compang camping, maka Rasulullah saw shalat, dan setelah selesai shalat Rasulullah saw membacakan QS 4:1 dan 59:18 yang intinya menyeru agar bertakwa kepada Allah dan mengajak orng-orang beramai-ramai bersedekah. Orang-orang segera mengumpulkan uang, pakaian dan makanan (Dari HR Muslim dari Abu ‘Amr 9Jabir bin Abdullah ra) alam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Contoh Amal Kebaikan atau Kejahatan”, “Kepekaan Sosial dan Kepedulian sosial Rasulullah”).

Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda kepada sahabatnya : “Ketika beliau mencari saya dan tidak menemukan saya di masjid, maka carilah saya di antara orang-orang miskin” (SUARA ‘AISYIYAH, No.10, Oktober 2007, hal 7, “Syawal, Saatnya Memulai Aktualisasi Nilai Solidaritas di luar Bulan Ramadhan”, oleh H Okrizal Eka Putra, Lc, M.Ag)

(BKS0503120700)

Kebebasan Menggugat

Di negeri yang beradab setiap orang, siapapun bebas, bebas berbicara, bebas berbuat, bebas secara beradab. Bebas menggugat, mengeritik, mengecam, mengoreksi, meluruskan apapun, siapapun. Bebas menggugat, mengeritik Tuhan, Nabi, Kitab Suci, agama, kepercayaan, keyakinan, konstitusi, undang-undang, hukum, jabatan, profesi, tokoh, negara, sistem, ideologi, dan lain-lain. Namun tak bebas menghina, mencela, mencerca, mencaci, memaki, melecehkan Tuhn, Nabi, Kitab Suci, agama, kepercayaan, keyakinan, konstitusi, undang-undang, hukum, jabatan, profesi, tokoh, negara, sistem, ideologi, dan lain-lain.

Kritik, kecaman membuat dinamis, kreatif, mendatangkan kemajuan, perkembangan. Sedangkan penghinaan, celaan, cacian, membuat cekcok, pertengkaran, perkelahian, tawuran, keresahan, kerusuhan, kekacaauan. Segala perbedaan pendapat, perbedaan pemahaman di negeri beradab diselesaikan secara beradab dengan akal, otak, bukan dengan okol, otot. Negeri beradab memaksakan kehendaknya melalui perundingan, diplomasi, bukan dengan senjata, militer.

Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir” (QS 18:29).

Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang alQur:anda yang Kami wahyukn kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat yang semisal alQur:anda itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS 2:23).

“Janganlah satu sama lain saling mengolok-olokkan, saling panggil-memanggil dengn gelaran yang buruk” (simak QS 49:11).

“Janganlah satu sama lain saling berprasangka buruk, saling mencari-cari kesalahan, saling menggunjing” (simak QS 49:12).

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dngan melampaui batas tanpa pengetahuan” (QS 6:108).

Dan janganlah kamu erdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik” (QS 29:46).

“Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepadaNya kita kembali” (QS 42:15).

Sistem IPOLEKSOSBUD bebas dikritisi. Pemilihan Presiden sekali lima tahun atau sekali empat tahun. Presiden harus dibantu dengan wakil Presiden ataukah tanpa Presiden. Pemilihan Presiden serentak dengan Pemilihan DPR ataukah tak harus serentak. Bentuk negara apakah harus negara kesatuan ataukah negara serikat. Bentuk lembaga legislatif mana yang sesuai dengan negara kesatuan, apakah bi kameral ataukah uni kameral. Sistem hukum yang mana yang sesuai dengan negara Indonesia kini, apakah sistim Belanda (Kontnental) ataukah sistem Inggeris (Anglo-Sakson). Sisitem pendidikan dan kurikulum sekolah yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia masa kini, apakah sistim pendidikan Belanda (Kontinental) ataukah sistim Inggeris (Anglo-Sakson).

Dalam acara debat di TVONE pada hari Kamis, 3 Juli 2008 berlangsung debat sengit antara seorang pakar Sosiologi dan seorang anggota DPR. Keduanya sam-ama Muslim. Sang pakar Sosiologi ngotot menyatakan bahwa tak ada satu ayatpu yang memerintahkan mendirikan negara Islam. Sang anggota DPR tak kalahnya menyatakan tak ada seorangpu warganegara Indonesia yang berkeinginan mendirikan negara Islam. Pernyataan keduanya sangat menguntungkan yang anti Islam sebagai kebijakan politik. Apakah memang benar ajaran Qur:anda dan Sunnah Rasulullah itu sama sekali tak menghendaki berdirinya negara Islam ? Negara Islam atau apapun namanya adalah negara yang memberlakukan hukum-hukum Allah. Apakah memang takada perintah Allah untuk menegakkan hukum-hukum Allah, baik secara perorangan, bermasyarakat, maupun bernegara.

Islam mengajarkan agar selalu konsekwen, istiqamah melaksanakan hak-hak Allah, baik secara perorangan, bermasyarakat, maupun bernegara. Namun Islam dalam mengwujudkan semuanya itu tanpa memaksa. Islam sangat menghormati kebebasan, tidak memaksakan kehendak. Perjuangan Islam itu sangat situsional. Sesuai situasinya, pada perjanjian damai Hudaibiyah, Islam sama sekali tak memaksakan pendapatnya. Konstitusi adalah juga bentuk perjanjian. Pada Konstitusi RI, UUD-1945, Islam pun tak memaksakan pendapatnya. Namun Islam tak pernah mengkhianati tujuan perjuangannya.

(BKS0808221510).

Kedamaian dan Jaminan Kebebasan dalam Islam

Islam memberikan jaminan kebebasan untuk memperthankan hak-hak dasar manusia. Namun hak memimpin, hak menghakimi bukanlah hak dasar manusia. Hak memimpin dan hak menghakimi tersebut adalah hak kesepakatan, persetujuan bersama yang bersifat temporal. Selama kesepakatan bersama itu berlaku, umat Islam berkewajiban memenuhinya. “Hai orang yang beriman, penuhilah perjnjian” (QS 5:1).

Kebebasan dalam Islm adalah kebebasan yang beradab. Bebas menyebarkan kebenaran dan kebajikan. Dan sama sekali tak memberikan kebebasan untuk menyebarkan kejahatan dan kekejian. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangnlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS 5:2).

Islam mengajarkan agar selalu konsekwen, istiqamah melaksanakan hak-hak Allah, baik secara perorangan, bermasyarkat, maupun bernegara. Namun Islam dalam mewujudkan semuanya itu tanpa memaksa. Islam sangat menghormti kebebasan, tidak memaksa kehendak.

Musuh Islam adalah syetan, thaghut dan pengikutnya, khannas, pendengki, munafiq, kafir, nafsu.

Musuh abadi Islam adalah yang bersifat ideologis, i’tikadi, seperti Judaisme, Christianisme, Capitalisme, Liberalisme, Socialisme, Comunissme, Marxisme, Leninisme, Maoisme, Soekarnoisme, Javanisme, Marhaenisme, Proletariatisme, Murbaisme, dan lain-lain.

Musuh secara ideologis, i’tikadi dihadapi Islam dengan mujadalah yang argumentatif. Sedangkan musuh secara fisikologis dihadapi Islam dengan kekuatan senjata.

Secara fisikologis tak ada musuh abadi dalam Islam. Bila musuh telah menghentikan serangan senjatanya maka Islama tak akan menyerang mereka lagi. Tapi bil musuh terus melakukan serangan bersenjata, maka Islam memerintahkan agar terus menghadapi mereka dengan serangan senjata sampai mereka berhenti (simak QS 2:190-194).

Islam sangat melrang tindakan yang melampaui batas, tindakan sewenang-wenang, tindakan penyiksaan, bahkan terhadap musuh sekalipun. Lebih dari itu Islam melarang membalas penyksaan dengan penyiksaan pula. Hukum Qishash bukan hukum balas siksaan dengan siksaan.

Dakwah Islam berupaya membentuk, membina, mewujudkan komunitas yang berakhlak paripurna, komunitas yang peduli akan sesama, komunitas yang peduli akan kesejahteraan, kemakmuran, keamaaaaanan, kesentosaan, kedamaian sesama, komunitas IMTAQ. Islam berupaya menegakkan keadilan dan kesejahteraan tanpa diskriminatif.

“Saya diutus - kata Rasulullah - untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR Ahmad). “Dan tiadalah Kami - kata Allah - mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS 21:107).

Islam membimbing, menuntun agar dapat meraih : selamat, rahmat, berkat. Sekaligus juga membimbing, menuntun agar aktif menyebarkan : selamat, rahmat, berkat. Amal perbuatan yang terbaik dalam Islam antara lain memberi makan dan memberi salam terhadap orang yang dikenal atau tidak dikenal (simak HR Bukhari, Muslim dari Abdullah bin Amr bin al’Ash).

Untuk memperoleh semuanya itu : selamat, rahmat, berkat aalah dengan beriman dan bertakwa. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami - kata Allah - akan melimpahkan kepda mereka berkah dari langit dan bumi” (QS 7:96). “Aku - kata Allah - mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS 2:186).

Agar dapat meraih selamat, rahmat, berkat aalah dengan beriman, bertakwa, memenuhi perintah Allah.

Dalang kezhaliman dan penderitaan yang menimpa dunia adalah konspirasi, persekutuan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika. “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikutimagama mereka” (QS 2:120).

Kedamaian baru akan terwujud apabila imperialisme (dari konspirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika) tidak lagi menjadi dasar kebudayaan dunia. “Sesunggunya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskn, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan” (Mukaddimah UUD-45).

Selama masih ada imperialisme (dari konpirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Angl-Sakson Amerika), maka kedamaian tak mungkin terwujud, peperangan tak akan berakhir.

Tujuan peperangan dalam Islam hanyalah supaya ada kebebasan mendakwahkan kebenaran, kebebasan dari kesewenang-wenangan.

Peperangan alam Islam bukanlah untuk menjajah bangsa lain. Bukan untuk memaksa semua orang menganut Islam. Dalam Islam tak ada paksan dalam beragama.

Bagi orang-orang yang telah menganut Islam tak ada lagi pilihan lain. Islam adalah finish, pilihan terakhir. “Barangsiapa menerima agama selain Islam, maka ia tidak akan diterima” (QS 3:85).

(BKS0808221430)

Krisis Kepeminpinan

Memang sudah pernah tampil berbagi sosok pemimpin di negeri ini. Semuanya sama-sama bertujuan agar terwujud Masyarakat Sejahtera Adil Makmur. Ada yang mengusung Marhaenisme seperti Sukarno. Ada yang mengusung Murbaisme seperti tan Malaka. Ada yang mengusung Koperasi seperti Hatta. Ada yang mengusung Sosialisme seperti Syahrir. Ada yang mengusung Ekonomi Kerkyatan seperti Mubyarto. Semuanya bercita-cita mengangkat harkat martabat komunitas proletar, gembel, dhu’af.

Semuanya gagal, tak pernah berhasil mewujudkan masyarakat sejahtera adil makmur. Semuanya tak punya konsep yang jelas tentang masyarakat sejahter adil makmur. Manipol Usdek Sukarno dan Repelita –Repelita Suharto gagal total. Semuanya tak punya metode, langkah yang jelas menuju ke sana. Bahkan sama sekali tk pernah membahas, menganalisa, memprediksi hambatan-hambatn, rintangan-rintangn, kendala-kendal yang menghalangi terwujudnya masyarakat sejahtera adil makmur. Juga tk punya metode mengantisipasi, menghadapi kendala-kendala tersebut.

Semuanya tak punya apa yang dikenal masa kini sebagai SMART dan SWOT. Tujuan yang SMART adalah tujuan yang Specific (tertentu), Measurable (terukur), Archievable (terjangkau), Realistic (terlihat), dan Timed (terjadwal). Program, metoda yang memperhtikan Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (Kesempatn), dan Treath (kendala).

Kita tak punya sosok-sosok muda yang energik, yang kritis, yang bermental baja, yang memikirkan kesejahteraan rakyat banyak, yang tujuannya SMART, yang programnya SWOT.

(BKS0808201420)


Seruan Islam

Islam menyeru, mengajak masuk ke dalam komunitas,masyarakat beradab, masyarakat madani, masyarakat berkhlak paripurna. “Saya – kata Rasulullah – diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Islam menyeru, mengajak masuk ke dalam komunitas, masyarakat yang penuh kedamaian, kesejahteraan, kesentosaan, keamanan, kenyamanan. “Dan tiadalah Kami – kata Allah – mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS 21:107). “Semoga keselamatan bagi kalian, serta rahmat dan berkat Allah” (HR Abu Daud, Tirmidzi dari Imran bin Hushain dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawai, pasal “Cara Memberi Salam”).

Islam menyeru, mengajak masuk kedalam komunitas, masyarakat yang penuh keadilan, kebajikan, kebagusan, keindahan, kebersihan, kerapian, saling peduli. Islam menyeru, mengajak masuk ke dalam komunitas yang bajik, bagus, indah segalanya. Akidahnya bagus, indah, bersih, beas dari syirik, bebas dari keyakinan yang karut marut. Pola pikirnya bagus, indah, bersih, bebas dari pikirin jorok, pikiran kumuh. Ibadahnya bagus, indah, bersih, bebas dari bid’ah, bebas dari ritual yang diada-adakan. Muamalahnya bagus, indah, bersih. Politik, Ekonomi, Sosial, Budayanya bersih dari jahili, dari sekuler.

Islam menyeru, mengajak pada kebajikan, berbuat baik, tak berbut jahat, meraih kebahagian di surga. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar” (QS 3:104). “Allah menyeru manusia ke sorga Darussalam” (QS 10:25). “Allah mengajak ke sorga dan ampunan dengan IdzinNya” (QS 2:221).

Islam sangat melarang siapa pun melakukan tindak kejahatan. Tindak kejahatan disebut juga perbuatan dosa. Pelakunya diancam hukuman siksa oleh Allah. Ada iga tindak kejahatan pokok, yaitu fahsya (lewdness, porno/serong/mesum, perbuatan keji), munkar (abonomotive, maksiat), baghy (wickedness, permusuhan, penganiayaan). Seluruh perbuatan dosa masuk kea lam salah satu dari ketiga tindak kejahatan pokok tersebut. “Sesunguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan prmusuhn” (QS 16:90).

Untuk dapat menjaga diri dari berbuat jahat, berbuat dosa, Islam menuntun agar serius, tekun melaksanakan ibadah, setia melakukan rukun Islam, seperti shalat, shaum, zakat, haji. Seluruh ibadah itu mendidik, melatih agar mampu mengendalikan diri, baik dalam berbicara maupun dalam berbuat, baik perorangan, maupun secara bersama-sama. Ibadah itu bentuk sikap mental yang baik.

Larangan pada saat pendidikan, latihan sangat ketat, sangat keras dibandingkan dengn di luar pendidikan dan latihan. Demikian pula larangan pada saat melaksanakan ibadah lebih ketat, lebih keras dari pada bukan pada saat melakukan ibadah. Fungsi ibadah itu untuk membersihkan, mensucikan diri dari perilaku buruk, perilaku jahat dan menggantiya dengan perilaku baik, perilaku utama.

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dri perbuatan-perbuatan keji dan munkar” (QS 29:45). “ “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS 2:183). “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka” (QS 9:103). “Musih haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji” (QS 2:197).

Pada saat mengerjakan ibadah haji, terlarang rafatas (lewdness, bercumbu, menimbulkan birahi, berckap kotor, bersenggama), fusuq (buse, durhka, membuat kejahatan), jidal (angryconversation, bertengkar, berbantah-bantahan). Orang-orang yng mengikuti jalan yang lurus itu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan (simak QS 49:7). Islam menuntun agar tidak berbuat kufur (disbelief, kekafiran), fusuq (lewdness, melawan hukum), ‘ishya (rebellion, berantm, durhaka). Terlarang berbuat itsm (crime, dosa), ‘udwan (wrongdoing, mendurhakai ajaran Rasul) (simak QS 58:9).

Islam memberikan jaminan kebebasan untuk memperthankan hak-hak dasar manusia. Namun hak memimpin, hak menghakimi bukanlah hak dasar manusia. Hak memimpin dan hak menghakimi tersebut adalah hak kesepakatan, persetujuan bersama yang bersifat temporal. Selama kesepakatan bersama itu berlaku, umat Islam berkewajiban memenuhinya. “Hai orang yang beriman, penuhilah perjnjian” (QS 5:1).

Kebebasan dalam Islm adalah kebebasan yang beradab. Bebas menyebarkan kebenaran dan kebajikan. Dan sama sekali tak memberikan kebebasan untuk menyebarkan kejahatan dan kekejian. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangnlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS 5:2).

Islam mengajarkan agar selalu konsekwen, istiqamah melaksanakan hak-hak Allah, baik secara perorangan, bermasyarkat, maupun bernegara. Namun Islam dalam mewujudkan semuanya itu tanpa memaksa. Islam sangat menghormti kebebasan, tidak memaksa kehendak.

(BKS0808201430)