Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Wednesday, September 30, 2009

Sekitar Pendidikan (13-15)

13 Manusia modern

Ukuran kemodernan mengacu pada budaya Barat. Budaya Barat sendiri adalah produk revolusi industri. Dalam dunia industri, manusia dipandang tidak lebih dari robot-robot untuk mengoperasikan mesin-mesin industri. Dalam masyarakat modern, agama, nilai-nilai moral tidak diperlukan, karena ia tak dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Agama merupakan penghalang kemajuan, kemodernan.

Kasus-kasus keluarga seperti perceraian, penyelewengan suami atau isteri, gadis yang hamil sebelum nikah, pengguguran kandungan, pasangan kumpul kebo, sudah dipandang sah, legal, lumrah, wajar. Sudah dipandang biasa, bila suami menganiaya isteri, isteri lari meninggalkan keluarga, orangtua berlaku kejam terhadap anak, anak membangkang dan menentang orangtua, yang frustasi bunuh diri, dan lain-lain.

Cengkeraman penjajahan Barat berhasil memporakporandakan moral keluarga, sehingga ia tidak mampu membebaskan dirinya dari penjajahan kultural, penjajahan mental.

Will Durant (penulis History of Civilization) menyebutkan bahwa "Seabad yang lalu di Inggeris (demikian dituturkan) kaum pria mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. Namun plakat-plakat mengundang mereka amengirimkan isteri dan anak-anak mereka ke pabrik-pabrik. Para majikan hanya berpikir dalam batasan-batasa keuntungan dan dividen, dan tidak ambil peduli terhadap pertimbangan-pertimbangan moral, lembaga-lembaga, atau negara-negara. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, usahawan pemilik pabrik berupaya membangkitkan gairah kaum wanita untuk bekerja di perusahaan-perusahaan mereka. Melalui iklan-iklan, politik kapitalis menciptakan kebutuhan-kebutuhan semu. Untuk dapat memuaskan kebutuhan tersebut, maka pemuja barang konsumsi ramai-ramai mendapatkan kerja di kantoran atau di perusahaan, baik pria maupun wanita. Orang-orang yang dengan ceroboh bersekongkol untuk "menghancurkan" rumah tangga adalah pengusaha pabrik Inggeris yang patriotis dari abad ke-19.

Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, usahawan pemilik pabrik berupaya membangkitkan gairah kaum wanita untuk bekerja di perusahaan-perusahaan mereka. Pengusaha pabrik merupakan pemegang saham penghancur rumah tangga. Melalui iklan-iklan, politik kapitalis menciptakan kebutuhan-kebutuhan semu. Untuk dapat memuaskan kebutuhan tersebut, maka pemuja barang konsumsi ramai-ramai mendapatkan kerja di kantoran atau di perusahaan, baik pria maupun wanita.

Manusia modern adalah manusia jingkrak-jingkrak (super aktif), manusia sibuk. Tidak ada istirahat. Tidak ada ketenangan. Tidak ada renungan. Tidak ada ketenteraman hati. Tidak ada keteduhan perasaan. Tidak ada kasih sayang. Tidak ada kemesraan keluarga. Yang ada keresahan rohani, ketegangan saraf, kenikmatan semu, kegembiraan hewani. Senantiasa "halu’a". Sibuk di tempat kerja. Sibuk ketika istirahat. Sibuk hidup nafsi-nafsi (individualisme). Penuh nafsu penumpukan harta. Takatsur. Rakus. Tamak. Avarice (emangnya lu gue pikirin). Jalan sendiri-sendiri. Mementingkan diri pribadi sendiri. Masing-masing asing satu sama lain. Masing-masing sibuk dengan karir/profesi/kegiatan mencari uang demi memenuhi kepuasan diri pribadi yang tak akan ada habisnya. Masing-masing bekerja sendiri-sendiri, memecahkan persoalannya sendiri-sendiri. Komunikasi antar keluarga hanya membuang waktu dan energi, tidak efisien, tidak efektif, tidak produktif.

Manusia modern menghabiskan hidupnya dalam lingkungan yang bercorak pabrik (yang bergaya industri) yang senantiasa berhubungan dengan mesin. Dibesarkan dan dididik dalam pendidikan bersuasana, bergaya pabrik. Sekolah formal merupakan pendidikan massal yang menekankan kedisiplinan terhadap waktu, kepatuhan dan rutinitas kerja. Pekerja harus datang tepat waktu, melaksanakan perintah tanpa bertanya-tanya, melakukan pekerjaan secara rutin. Aktivitas produk sekolah formal tak lebih dari robot-robot (manusia robot).

Di antara ajaran, himbauan Islam adalah bahwa tidak mempersekutukan sesuatunya dengan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh, tidak berbuat dusta, tidak mengadakan tuduhan palsu, tidak keberatan melakukan urusan baik. Demikian disimak dari QS Mumtahanah 60:12.

KH Irfan Zidny MA dalam HARIAN TERBIT (Rabu, Juli 1996, hlm XI) menceritakan bahwa Rasulullah pernah memberi nasehat kepada Mu’adz bin Jabal agar bertaqwa kepada Allah, bebicara benar, memenuhi janji, memenuhi amanat, tidak berbuat khianat, memelihara hubungan bertetangga, menyayangi anak-anak yatim, berbicara santun, senang mengucapkan salam, bekerja dengan baik, tidak berkhayal, beriman yang kuat, memahami makna al-Qur:an, mencintai perbuatan yang mengantarkan ke surga (akhirat), takut kepada sanksi Allah, rendah hati, tidak mudah mencela pemerintah, tidak mudah menuduh bohong kepada orang lain, tidak berkawan mengerjakan perbuatan dosa, tidak menentang pemimpin pemerintah, tidak berbuat kerusakan diatas bumi, takut kepada Allah dimana saja, menganjurkan untuk bertaubat.

Manusia itu makhluk mulia. Bila ia mengacu pada makhluk rendah (mengikuti kebebasan hewani), maka jatuhlah ia ke peringkat terendah (lebih jorok dari hewan, tanpa rasa malu). Kaum isteri modern merasa gerak langkahnya tak bebas, terhalang. Ia dibebani/diberati dengan tugas-tugas mengurus anak-anak, mengurus rumah tangga. Ia merasa diperlakukan tidak adil. Anak-anak dirasakan sebagai beban, penghalang. Padahal kehadiran anak adalah juga tas kemauannya sendiri. Lebih dari separuh dari responden yang ditanya dalam suatu angket yang pernah dilakukan di daerah Detroit menjawab, bahwa ANAK MENGEKANG KEBEBASAN WANITA. Seyogianya ia tak menjadi isteri. Untuk yang tak mau menjadi isteri, juga untuk yang tak mau menjadi suami, jaman edan menyhediakan beraneka boneka dan sarana pemenuhan kebutuhan biologis. Bahkan ada toko-toko yang menyediakan alat-organ seks imitasi-kopian secara bebas (KOMPAS, 3 September 1996, hlm 21, Dahil Sayo – Karena Engkau).

Manusia modern menuntut kebebasan tanpa batas (kebebasan kal:an’am, kebebasan hewani, bebas moral). Bebas menentukan dan menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas bagi pengembangan karir/profesinya dan aktivitas dalam keorganisasian/kemasyarakatan. Bebas memenuhi kebutuhan biologisnya dengan sarana hasil kreasi jaman edan. Bebas melakukan kemunkaran, kemaksiatan, kemesuman, kecabulan. Bebas melakukan hubungan seksual. Bebas berganti pasangan. Bebas melakukan SBM (sex before marriage). Bebas dari kecemburuan. Bebas dari ikatan dan tanggungjawab. Ikatan perkawinan tak dipoerlukan. Mengukuhkan kesopanan serta kesucian diri dan menjaga kehormatan pribadi serta persoaln keperawanan harus ditanggalkan dan ditinggalkan. Bebas dari mengurus anak. Bebas dari mengurus rumah tangga. Mengurus rumah tangga, mengurus anak adalah pekerjaan hina yang hanya layak diurus/dikerjakan oleh pembantu rumah tangga (PRT). Tugas mengasuh, merawat anak harus diambil alih oleh negara, yaitu di tempat penitipan anak (TPA). Negara harus menggantikan, mengambil alih peran orangtua. Bila menginginkan anak, tinggal pesan saja bayi hasil rekayasa genetika modern. Bebas untuk melahirkan atau menggugurkan. Hamil, melahirkan dan menyusui adalah suatu profesi yang harus menghasilkan uang. Karena itu wanita yang melahirkan anak haruslah dibayar dengan sejumlah tertentu. Tidak perlu semua, bahkan tidak sebagian besar wanita harus mengambil profesi melahirkan (petelor). Sitim keluarga patriarkal yang mencerminkan perbedaan antara kaum pria dan kaum wanita harus didobrak, diakhiri. Meskipun sains modern menyatakan bahwa terdapat perbedaan susunan jaringan, organ, sel serta sistim saraf antara pria dan wanita yang menyebabkan perbedaan kondisi fisik, psikis, watak, pembawaan, minat, hasrat, pola pikir, corak perasaan antara pria dan wanita. Semua serba boleh. Konsekwensi logis dari kebebasan seksual adalah penghapusan legitimasi anak dan penghapusan paternitas terhadap anak serta penghapusan garis keturunan/gentis. Jatuh terjerembab ke lembah "asfala safilin". Termasuk penghapusan hak, kewajiban, peran suaami, isteri, ayah, ibu, anak. Demikian disimak antara lain dari "keluarga Islam Menyongsong Abad 21", oleh Ibnu Musthafa.

Undang-undang dibuat untuk kepentingan umum serta untuk menyelamatkan (mengamankan) kepentingan yang membuatnya dan kepentingan yang diwakilinya.

Undang-undang yang berlaku dalam emaansipasi, yang mengatur hak-hak wanita pekerja pertama kai muncul di Inggeris pada tahun 1882, yang menetapkan bahwa sejak saat itu kaum wanita inggeris memiliki privilege (hak istimew) yang sebelumnya tidak pernah mereka miliki dalam memegang uang yang mereka terima. Undang-undang itu brsumber pada moral ajaran Kristiani, dan disodorkan/diusulkan oleh para pemilik pabrik di House of Commences untu/guna menggoda/menarik wanita Inggeris mau bekerja melayani mesin-mesin di perusahaan-perusahaan mereka, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Mulai kalai itu kaum wanita tertarik mengabdi di pabrik-pabrik dari pada melakukan pekerjaan rumah (Ibnu Musthafa : "Keluarga Islam Menyongsong Abad 21", hlm 51, dari Will Durant : "The Pleasure of Philosophy).

Undang-Undang Barat "yang beradab" tidak memberrikan hak memiliki dan memperoleh harta kepada wanita (independensi ekonomi, kebebasan dalam ekonomi). Pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan (konglomerat) mengeksploitasi hajat kaum wanita pada pekerjaan dan terus menerus memperlakukan wanita dengan perlakuan aniaya (exploitation de l’home par l’home).

Di negeri kampiun demorkasi, masih saja kepada wanita diberikan gaji/upah lebih rfendah/kecil dari yang diberikan kepada kaum pria dalam perusahaan dan pekerjaan yang sama, meskipun wakil-wakil wanita duduk di dalam badan perwakilan rakyat dan dalam eksekutif/manager perusahaan. Tingginya partisipasi wanita bekerja di luar rumah.

Wanita berjuang mendapatkan indpendensi, kedudukan dalam badan perwakilan rakayat, dalam jabatan-jabatan pemerintahan. Wanita yang senang bekerja, menurut penelitian yang pernah dilakukan, cenderung untuk berkuasa. Ia menuntut diberikan kekuasaan untuk mengatur masyarakat dan neara. Ia berupaya menggalang persatuan mendapatkan kebebasan, kemerdekaan, persamaan, menentang poligami (sekaligus mencerminkan egoisme, menolak kesetiakawanan sesama wanita).

Termasuk kebebasan seksual (kebebasan hewani) tanpa batas. Bebas memenuhi kebutuhan biologisnya dengan sarana hasil kreasi jaman edan (tiruan organ seks). Bebas berganti pasangan. Bebas melakukan kemunkaran, kemaksiatan, kemesuman, kecabulan. Bebas melakukan penyelewengan/penyimpangan seksual. Bebas dari kecemburuan.

Melakukan SBM (sex before marriage, kebebasan hewani) dipandang sebagai keharusan, mendobrak kemapanan norma-norma yang berlaku. Berbagai lokasi di kampus perguruan tinggi dijadikan para mahasiswa sebagai ajang hubungan seks bebas.

Pengertian kecabulan dan kemaksiatan diplintir, dimanipulir dari konteksnya. Mengantarkan pacar untuk melakukan aborsi tidak lagi dianggap asing/tabu. Praktek seks bebas (kebebasan hewani) berkembang di kampus-kampus kota besar.

Seorang isteri apabila kebetulan sedang di rumah, ia adalah milik suaminya. Namun jika ia sedang di luar rumah, ia milik siapa saja. Isteri punya PIL, dan suami punya WIL (teman idaman lain).

Bebas dari mengurus rumah tangga. Mengurus rumah tangga dipandang sebagai pekerjaan hina yang hanya layak diurus/dikerjakan oleh pembantu rumah tangga.

Peran orangtua harus dihapuskan. Negara haruslah dapat menggantikan pran orangtua dalam mengurus, mengasuh, merawat anbak-Anak-anak diasuh dalam panti tempat penitipan anak (TPA). Negara-negara Skandinavia terkenal dengan sebutan Child Gulag, karena anak-anak yang diasuh oleh negara mencapai titik tertinggi di dunia.

Isteri yang merawat/mengasuh/menyusui anak-anak hendaklah diberi subsidi/gaji oleh negara (sebagai ibu asuh, ibu susuan pada TPA). Setelah anak-anak tidak lagi memerlukan perawatan/pengasunan, maka kaum isteri harus segera kembali melakukan profesinya, meneruskan karirnya.

Bebas untuk melahirkan atau menggugurkan. Seorang wanita terkenal berkebangsaan Inggeris pernah mengemukakan "kenapa hanya kaum wanita saja yang harus mengandung dan melahirkan, sedangkan kaum pria tidak usah mengandung dan melahirkan". Kaum wanita juga seharusnya tidak usah mengandung dan melahirkan. Bila seseorang menginginkan anak, tinggal pesan saja bayi hasil rekayasa genetika modern.

Hamil, melahirkan dan menyusui adalah suatu profesi yang harus menghasilkan uang. Karena itu wanita yang melahirkan anak haruslah dibayar dengan sejumlah tertentu. Tidak perlu semua, bahkan tidak sebagian besar wanita harus mengambil profesi melahirkan (petelor).

Sistim keluarga patriarkal yang mencerminkan perbedaan antara kaum pria dan kaum wanita harus didobrak, diakhiri. Meskipun sains modern menyatakan bahwa terdapat berdaaan susunan jaringan, organ, sel serta sistim saraf antara pria dan wanita yang menyebabkan perbedaan kondisi fisik, psikis, waktak, pembawaan, minat, hasrat, pola pikir, corak perasaan antara pria dan wanita.

Sebenarnya kondisi fisik wanita untuk mengandung, melahirkan, menyusui diimbangi dengan kondisi mental psikologis berupa kesabaran, ketabahan, ketelitian. Perasaan, jiwa, fikiran wanita dipersiapkan untuk mengemban tugas biologis seperti hamil/mengandung, melahirkan, menyusui. Karena adanya perbedaan dalam suswunan jasmani, perasaan dan juga tugas biologis, maka berbeda pula watak pria dan wanita dalam mengantisipasi tuntutan asasi masing-masing.

Bebas dari ikatan dan tanggungjawab. Suatu sa’at kelak tidak diperlukan lagi hubungan suami isteri. Lembaga keluarga merupakan sesuatu yang tidak harus dipertahankan. Bahkan sah dan legal hubungan seksual tanpa ikatan (kebebasan seksual). Menjaga kehormatan pribadi dan mengukuhkan kesopanan serta kesucian individu dan kehormatan diri, serta persoalan keperawanan dipandang sudah ketinggalan aman.

Konsekuensi logis dari kebebasan seksual adalah penghapusan legitimasi anak dan penghapusan paternitas terhadap anak, serta penghapusan garis keturunan/genetis. Termasuk penghapusan hak, kewajiban, peran suami, isteri, ayah, ibu, anak.

Dengan alat kontrasepsi, seorang dapat memilih siapa yang akan menjadi ayah dari benih yang dikandungnya. Teknik pembekuan sperma, inseminasi buatan, bayi tabung menggusur peran ayah dan peran ibu. Hampir 50% anak di Swedia dilahirkan oleh pasangan kumpul kebo.

Di kalangan Arab Jahiliyah dikenal empat macam perkawinan. Pertama, seorang pria meminang seorang wanita pada keluarganya. Lalu dikawinkan. Kedua, seorang suami yang tak punya anak, menyuruh isterinya memperdagangkan dirinya kepada pria lain (istib’adh). Ketiga, sejumlah pria (kurang dari sepuluh orang) menggauli seorang wanita. Wanita itu memilih salah seorang dari pria yang menggaaulinya tersebut sebagai ayah dari anak yang dilahirkannya. Keempat, sejumlah pria menggauli seorang wanita. Ahli keturunan (orang yang mengerti tentang nasab/silsilah keturunan) menentukan salah seorang dari pria yang menggauli wanita itu sebagai ayah dari anak yang dilahirkan wanita itu.

Kepada manusia yang jatuh ke lembah kehinaan (manusia ternak), yang bergelimang lumpur kejorokan dan kekejian, kepada yang buta hati, yang kelewat batas, yang seweang-wenang, yang merusak, yang kufur, yang jahil, yang zalim, yang fasik, yang merugi, yang berdosa, Islam menyampaikan himbauan, menghadapkan seruan. Sejak dulu sampai nanti, Islam menghimbau, menyeru agar berada pada jalan yang bersih, yang benar. Mengenali Khaliq. MempertuhankanNya saja. Tak ada Tuhan selain Dia. Memperhambakan diri hanya kepadaNya saja. Berbakti dan bertakwa hanay kepadaNya saja. Tidak mempersekutukanNya. Ta’at melaksanakan perintahNya dan perintah RasulNya. Mengenali diri sendiri sebagai makhluk mulia. Berbuat kebaiakan, kebajikan. Gemar melaksanakan perbuatan baik. Meninggalkan semua perbuatan dosa, perbuatan terlarang. Tidak berbuat keburukan, kejahatan. Tidak menjatuhkan diri ke lembah kehinaan, kehewnan. Memelihara kesucian diri. Tidak mengotori diri dengan perbuatan keji. Segera membersihkan diri dari segala perbuatan keji. Tidak mengejek yang menyamapaikan seruan, himbauan itu dengan julukan sok moralis. Tidak berbuat kemunkaran, kekejian, maksiat, makar, onar, serong, jorok. Berlaku benar, adil, jujur. Tidak berlaku curang, culas, angkuh. Mengharapkan kebahagiaan akhirat. Mensyukuri nikmat Allah. Berdzikir. Beristighfar, mohon ampunan Allah. Bertobat, berjaanji tak akan mengulangi perbuatan dosa. Seruan, himbauan itu untuk mendidik diri agar memperoleh keeruntungan, rahmat Allah.

Dalam hal ini model pendidikan Nabi Luth dapat dijadikan acuan.Kaum Nabi Luth adalah kaum yang amat jahil, yang kelewat batas, yang penuh dosa, yang rusak, yang jahat, yang fasik, yang zalim, yang kufur, yang tak mengindahkan peringatan (Sodomnya Swedia). Kaum nabi Luth gemar mengerjakan perbuatan keji, jorok tanpa merasa malu, yang tak pernah dikerjakan seorangpun sebelum itu, yaitu menyalurkan syahwatnya kepada sejenis dan bukan kepada pasangannya yang sah, serta mengerjakan kemunkaran. Kaum yang martabatnya lebih hina dari hewan ternak, yang tanpa malu mendatangi nabi Luth mendesak Nabi Luth mau menyerahkan tamu-tamunya yang berwajah tampan. Nabi Luth menasehati mereka agar melakukan perbuatan yang suci yang halal, yaitu mendatangi pasangan sendiri yang sah dan bukan mendatangi yang sejenis, serta bertakwa kepada Allah dan ta’at berbakti kepada Allah serta tidak berbuat onar. Tapi kaumnya mengejek Nabi Luth dan pengikutnya sebagai orang yang sok suci, sok moralis. (Di tanah air Indonesia pernah yang menolak judi dibentak untuk meninggalkan tempat kediamannya, karena wilayah itu dibangun dari hasil judi).

Akhirnya Nabi Luth menyerahkan hukumannya kepada Allah dengan memohon agar Allah menimpakan azab kepada mereka. Allah memperkenankan permohonan Nabi Luth. Allah mendatangkan azab berupa terbaliknya bumi, hujan batu panas dari langit (sebagi hukuman perbuatan mereka). Allah selamatkan Nabi Luth dan pengikutnya sebelum fajar menyingsing, kecuali isterinya dan yang bersekongkol bersamanya. (Berdasarkan ini, maka pelaku sodomi dijatuhi hukum bunuh). Kisah ini dapat dijadikan acuan dalam mengahdapi kerusakan akhlak (krisis moral, fahisyah), yang antara lain dapat disimak dari QS A’raf, Hud, Hijr, Anbiyaa, Syu’ara, Naml, ‘Ankabut, Shaffat, Dzariyaat, Qamar. (Bks 26-1-97)



14 Simalakama Pendidikan

Beraneka ragam pertanyaan di seputar pendidikan tetap saja terkatung-katung di hulu, tak sampai ke hilir (hampir-hampir tak pernah selesai secara tuntas). Antara lain : Manakh yang harus jadi subyek ? (dan mana pula yang harus jadi obyek ?). Apakah guru ataukah kurikulum ? Ataukah sebaliknya ? Apakah tabungan pendidikan perlu diadakan ? Apakah pengajaran Matematika dan IPA perlu dibenahi ? Apakah Pendidikan Budi Pekerti masih diperlukan ? Apakah peneliti amatir perlu ditumbuhkan ? Apakah Ebtanas perlu dipertahankan ? Ada yang menghendaki dihaspus. Ada pula ayang menghendaki dipertahankan, meskipun ada beragai penyimpangan.

Apakah NEM perlu dipertahankan ? Apakah sistim peringkat (ranking) perlu dipertahankan ? Ada yang memandangnya sebagai praktek pendidikan yang keliru. Ada pula yang memandang taka ada salahnya. Dan ada lagi yang memandangnya bukan suatu jaminan (dengan atau tanpa peringkat).

Tolok ukur pendidikan itu apa ? Sementara pengamat menganggap bahwa anak didik yang cerdas adalah yang mampu banyak menbghapal. Anak didik yang baik adalah yang patuh pada guru dan yang mampu mereproduksi apa yang sudah diajarkan oleh guru atau yang tertera di buku secara persis (siswa beo-robot). Jumlah kelulusan dipandang sebagai tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan pendidikan, juga keberhasilan guru, kepala sekolah, bahkan Kanwil Depdikbud. Pengamat lain mengusulkan agar anak didik diransang untuk memiliki kebaranian untuk berani bertanya, mencoba, diberi kesempatan berbeda pendapat dengan gurunya dan membuat alternatif lain. Berbeda pendapat bukan sesuatu yang kurang ajar. Mungkin yang disampaikan itu salah, tapi jangan begitu muncul berbeda lalu sudah dilarang, meskipun guru perlu meluruskannya/memperbaikinya kemudian. Ketidakberanian bertanya dapat menumbuhkan kurang percaya diri yang nantinya berkembang menjadi budaya minta petunjuk, budaya takaut berbeda pendapat.

Adalah penting membudayakan anak bertanya dan mengemukakan ide (bertanya kreatif dan alternatif). Di Perguruan Tinggi di Amerika, mahasiswa yang mendebat sang Dosen mendapat acungan jempol.

Pendidikan kita hendak kemana ? Sementara pihak menghendaki gungsi pendidikan ialah mencerdaskan bangsa, menjadi inovator, mengubah lingkungan (stimulator), memberti sumbangan kepada kemajuan ekonomi dan seterusnya. Pihak lain memandang bahwa strategi pendidikan dewasa ini mestinya mengacu pada kemampuan dalam IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) untuk mengembangkan ekonomi dan bukan lagi pada keunggulan dalam ilmu-ilmu humaniora. Pendidikan tak perlu lagi bersusah payah menanamkan kesadaran tentang kebebasan, kemerdekaan, keadilan, serta hak-hak manusia, tetapi cukuplah menyajikan IPTEK dan ekonomi yang langsung berdampak pemenuhan kepentingan di bawah pusar/pinggang (perut dan kelamin versi Freud). Pendidikan berfungsi untuk menyiapkan tenaga kerja untuk mengerjakan teknik-administrasi/operasi dengan lancar, yang memiliki ketrampilan memijat tombol dalam industri mekanis (the push button skills in a mechanized industry) untuk memperbesar modal (kekayaan) para pemilik modal (konglomerat).

Dulu pemerintah kolonial Belanda pernah mencetak inlanders-alat dalam produksi, perdagangan, administrasi, kehutanan, kepolisian, kejaksaan, dan kepenjaraan kolonial. Kini rakyat harus bekerja keras dalam rangka meningkatkan komoditi untuk kepentingan kolusi konglomerat-birokrat-teknokrat, dalam rangka merintis "sistim-cultur-stelsel gaya baru", karena kehidupan kaum melarat tergantung dari kantong para konglomerat (Engkongnya si Melarat).

Sekolah harus mengabdi pada SDM (Sumber Daya Manusia/Insani) yang diperlukan bagi industri. Sekolah mesti memberikan yang terbaik pada para pelaku ekonomi. Sekolah harus mengabdi pada industri.

Sistim ganda di lingkungan sekolah kejuruan (sekolah kerja) bertujuan untuk mendekatkan dunia pendidikan dengan dunia industri dan menyeimbangi perkembangan/kemajuan teknologi yang sangat pesat.

Pendidikan harus mengabdi pada konglomerat (lokal dan asing). Karena itu kalangan pengusaha/dunia usaha dituntut untuk berperan aktif menyumbangkan dana, tenaga, pemikiran (funds and forces, material and spiritual, duit dan ide) bagi dunia pendidikan yang nantinya akan berkiprah/mendukung bagi peningkatan/kemajuan dunia industri. Organisasi-organisasi perusahaan sejenis (traders unions) pemilik modal seyogianya menyelenggarakan kurusus-kursus latihan kerja untuk mendidik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus yang mampu melayani mesin otomatis.

Dulu pernah didirikan "Sekolah Pembangunan" (comprehensive educational programs, a la Amerika) sekitar tahun 1970, tetapi akhirnya mengalami kegagalan, tersingkir/terdepak/tergusur ke pinggir oleh industri pabrik milik para konglomerat. Kemudian menyusul "Sekolah Teknologi Pembangunan" yang mengajarkan ketrampilan dasar (the basics skills).

Pendidikan yang berorientasi pada industri besar (pabrik raksasa) disadari atau tidak telah mengancam kelangsungan kehidupan industri rumah tangga (kerajinan tangan) yang padat karya, yang banyak menyerap/menyedot tenaga kerja. Industri rumah tangga komponen/barang elektronika di desa Cisantan, Cigugur, Kuningan yang dikelola oleh Karang Taruna setempat misalnya dapat saja terancam oleh keberadaan pabrik komponen elektrronika.

Dulu setelah Proklamasi, sebelum ORLA ada gagasan nasionalisasi modal/perusahaan asing (khususnya kolonial Belandan dan Jepang). Tapi kini malah berangkulan, bermesraan, mengundang modal/perusahaan asing (materialisme-kapitalisme) menjadi raja (tuan rumah) di tanah air sendiri (yang sudah merdeka), dengan dalih bahwa kita masih perlu waktu untuk melakukan alih teknologi maju-canggih ke bumi terkaya ini. Kini di kawasan industri Cikarang tersedia lahan kawasan industri bagi ratusan ivestor. Tak diberitakan berapa jumlah kekayaan rakyat setempat yang tergusur, tersedot. Juga tak tak diberitakan seberapa jauh tingkat kesejahte4raan rakyat sekitar kawasan industri naik dengan keberadaan investgor ini. Dan seberapa jauh sumbangan investor terhadap pembinaan SDM (termasuk sarana/prasarana pendidikan dan peribadahan) rakyat sekitar.

Kecerdasan (otak), kemaaauan, kemampuan dan kesempatan harus berhadapan dengan survival of the fittest dalam mengantisipasi segala ketinggalan, baik di bidang hukum, teknologi, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain sebagainya. Mengacu pada tujuan pendikan nasional, sudah berapa prosenkah kenaikan tingkat manusia Indonesia yang berkreasi dan berketrampilan tinggi, yang berakhlak dan berkepribadian luhur, yang berjiwa kesetiakawanan sosial, yang telah merasakan kemakmuran ? (gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta reharja).

Mutu pendidikan kita bagaimana ? Masalah kurikulum, kemampuan guru, anggaran serta prasarana pendidikan yang kurang memadai, merupakan sebagian unsur pengganjal, penyebab masalah mutu pendidikan. Kedudukan dan kehidupan ekonomi para guru dan pengajar di Indonesia sangat memprihatinkan, menyedihkan, memilukan. Banyak guru yang merasa terasing dari masyarakatnya, terisolasi dari perkembangan IPTEK, entah karena situasi ekonomi, maupun situasi budaya. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain agar anggaran pendidikan dan kesejahteraan guru diprioritaskan. Di samping itu perlu diciptakan sikon/suasana yang menunjang sehingga guru menjadi mandiri, merdeka, memiliki otonomi, tak terikat dan terbelenggu secara ketat oleh lingkungan dalam pelbagai jaringan sistim birokrasi. Guru tidak lagi menjadi budah pemerintah daerah, pemerintah pusat, BP7 dan tuntutan masyarakat. Guru yang bebas, yang kreatif, yang otonom, secara obyektif lebih mampu menghasilkan produk pendidikan yang bermutu.

Anak didik harus dipicu dan dipacu untuk melakukan kompetisi, menjadi manusia yang kompentitif, yang bersedia bersaing/bertanding memenangkan kompetisi, sekaligus mengalahkan lawan. Diiuskan bahwa manusia yang tempat tinggalnya beriklim panas (tropical man) seperti manusia Indonesia, bermental santai, bermalas-malas, berwatak kolektif (perkawanan, kerjasama, gotong royong), takut bertanding/berkompetisi sendirian. Sedangkan manusia yang kondisi alam tempat mereka hidup bermusim salju (dingin) memiliki sikap mental, etos kerja yang tinggi. Bekerja dan berpikir keras menjadi tradisi dalam kehidupan mereka. Punya watak individualistis, kompetitif (berani bertanding, berkompetisi sendiran). Amak-anak oleh sistim pendidikan disiapkan hanya untuk melayani kebutuhan konglomerat yang menguasai industri (KOMPAS, Rabu, 23 April 1997, hlm 5, "Terkait dan Sepadan ?" (Link and Match), oleh Like Wilardjo). Meskipun sama-sama non-tropical man, Jepang baru maju setelah Restorasi meiji, sedangkan Eropah setelah Revolusi Industri, juga negara selatan kalah maju dari utara. Sebelum Revolusi Industri, kehidupan non-tropical man tak lebih maju dri tropical man. Apa jasa, sumbangan kebijakan pemerintahan, pendidikan terhadap Revolusis Industri.

Di Indonesia mudah sekali mendapatkan pembantu dan gajinya rendah sekali, sehingga orang asing yang berdiam di Indonesia dapat bersantai, bertanding, berkompetisi sendiran). Amak-anak oleh sistim pendidikan disiapkan hanya untuk melayani kebutuhan konglomerat yang menguasai industri (KOMPAS, Rabu, 23 April 1997, hlm 5, "Terkait dan Sepadan ?" (Link and Match), oleh Like Wilardjo). Meskipun sama-sama non-tropical man, Jepang baru maju setelah Restorasi meiji, sedangkan Eropah setelah Revolusi Industri, juga negara selatan kalah maju dari utara. Sebelum Revolusi Industri, kehidupan non-tropical man tak lebih maju dri tropical man. Apa jasa, sumbangan kebijakan pemerintahan, pendidikan terhadap Revolusis Industri.

Di Indonesia mudah sekali mendapatkan pembantu dan gajinya rendah sekali, sehingga orang asing yang berdiam di Indonesia dapat bersantai, bermalas-malas, karena pekerjaan rutin sehari-hari dikerjakan oleh beberapa orang pembantu rumah tangga (PRT). Tapi di Inggeris, yang mampu menggaji seorang pembantu adalah para milyuner.

Richard Dawkins (The Selfish Gene, 1976) menyebutkan bahwa hanya kebudayaan yang terkuat saja yang akan mampu bertahan hidup. Demikian juga individu, masyarakat, bangsa yang kuat yang akan bertahan (dalam survival of the fittest). Yang kuat dan yang lemah harus bertanding dalam kedudukan yang sama agar tetap bvisa hidup. (Tak ada Kesetiakawanan Sosial).

Pendidikan hendaknya dilihat sebagai sebuah usaha bangsa untuk menyejahterakan dirinya untuk mengejar ketertinggalannya. Pendidikan sebagai bagian dari proses produksi bangsa dan upaya mempertahankan diri di tengah kompetisi global.

Pendidikan membutuhkan sebuah idealisme dalam mendidik norma. Tapi sayangnya dari hari ke hari norma-norma aturan kehiduapn diinjak terus-menerus. Terjadi krisis keteladanan. Inilah ironinya. Suatu simalakama pendidikan.



15 Mencerdaskan bangsa mengabdi industri ?

"Sekolah harus mengabdi pada pembinaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang diperlukan bagi industri". "Sekolah mesti memberikan yang terbaik pada para pelaku ekonomi". "Sekolah harus mengabdi pada industri". Demikian antarra lain intisari materi sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro pada peresmian pelaksanaan sistem ganda empat sekolah kejuruan di lingkungan PT Indonesia di Jakarta, Senin, 26 Juni 1995 (KOMPAS, Selasa, 27 Juni 1995, hlm 9, klm 1). Dalam bahasa pasaran "pendikan harus mengabdi pada konglomerat". ?

AA Navis mengemukakan bahwa ukuran kemajuan suatu bangsa pada z\aman kini terletak pada "kemampuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berfungsi mengembangkan ekonomi, dan bukan lagi pada keunggulan humaniora seperti yang berlaku di abad lalu" (KOMPAS, Senin, 7 Agustus 1995, hlm 4, jlm 7, "Strategi Pendidikan nasional"). Tersirat bahwa "pendidikan tak perlu lagi bersusah payah menanamkan kesadaran tentang kebebasan, kemerdekaan, keadilan, serta hak-hak manusia, tetapi cukuplah menyajikan IPTEK dan ekonomi yang langsung berdampak bagi pemenuhan kepentingan di bawah pusar-pinggang (perut dan kelamin versi Freud)".

Dalam hubungan ini lebih lima puluh tahun yang lalu, Tan Malaka (bagaimana pun pernah disebut sebagai Bapak Revolusi Indonesia, dan juga pernah disebutkan tak turut terlibat dalam peristiwa komunis di Madiun di bulan September 1948, yang barangkali nasibnya seperti Chairul Saleh yang dinyatakan tidak terlibat G30S/PKI oleh Panglima TNI-Ad Jenderal Soeharto, seperti diungkapkan dalam KOMPAS, Rabu, 5 Juli 1995, hlm 20, klm 6), melihat dalam perekonomian, bahwa bumiputera (si Inlander) menurut Belanda bisa hidup dengan sebenggol sehari (sekarang, kalikan saja 1000.000), sedangkan seorang pengemis di negeri Belanda bisa mudah menjadi "Tuan Besar" di kebon dan di tambang di Indonesia.

Sistim rodi cultuur stelsel dirobah menjadi sistim Vrije-Arbeit (kerja merdeka) a la Malafeit. Rakyat Indonesia diberi latihan dan pelajaran sekolah. Setiap tahun dicetak inlanders-alat produksi, perdagangan, adminsitrasi, kehutanan, kepolisian, kejaksaan dan kepenjaraan kolonial. Demikian antara lain hasil pengamatan Tan Malaka, yang dalam minimum programnya pernah antara lain menggerakkanKesatuan Aksi (United Actie, Persatuan perjuangan) untuk mensita, membeslag, menyelenggarakan pertanian, kebon, perindustrian, pabrik, bengkel, tambang milik musuh Republik Indonesia, pada pertengahan Januari 1946 di Solo.

Apakah kini rakyat juga harus bekerja keras dalam rangka meningkatkan komoditi untuk kepentingan konglomerat, dalam rangka merintis "sistim-cultuur-stelsel gaya baru" ? (dengan dalih ahwa kehidupan para kaum melarat tergantung dari kantong para konglomerat ?).

Dulu setleh proklamasi, sebelum ORLA ada gagasan nasionalisasi modal, perusahaan asing (khususnya kolonial Belanda dan Jepang). Tapi kini malah berangkulan, bermesraan, mengundang modal, peruisahaan asssing (materialisme-kapitalisme) menjadi raja (tuan rumah) di tanah air sendiri (yang sudah merdeka) (dengan dalih ahwa kita masih perlu waktu untuk melakukan alih teknologi maju, canggih ke bumi terkaya ini).

Di Cikarang (Industrial Estate Jabebeka) tersedia lahan kawasan industri bagi 340 investor (KOMPAS, Selasa, 4 Juli 1995, hlm 17, iklan). Berapa jumlah kekayaan rakyat setempat yang tergusur, tersedot ? Seberapa jauh tingkat kesejahteraan rakyat sekitar kawasan industri dapat diharapkan naik dengan keberadaan investor ini ? Seberapa jauh sumbangan investor terhadap pembinaan SDM 9termasuk sarana, prasarana pendidikan dan peribadahan) rakyat sekitar ?

Dalam kaitan ini barangkali patut juga disimak pandangan Prof Dr Dorodjatun Kuntjoro Jakti pada pengukuhannya sebagai guru besar ekonomi di Fakultas Ekonomi UI tanggal 17 Juni 1995, bahwa kecerdasan (otak), kemauan, kemampuan dan kesempatan haruslah berhadapan dengan survival of the fittest dalam mengantisipasi segala ketinggalan kita, baik di bidang hukum, teknologi, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain sebagainya (KOMPAS, Minggu, 20 Agustus 19995, hlm 2, klm 1-9, wawancara KOMPAS dengan Prof Dr Dorodjatun Kuntjoro-Jakti).

Hitam atas putih, tujuan pendidikan masih saja tetap seperti tertuang dalam GBHN-1978 (TAP NO,IV/MPR/1978), yang berbunyi : "Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk menimbulkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat keangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa". Demikian TAP MPR IV/1978 (Lihat juga UU No.2 tahun 1989, pasal 4, Dr H Amiruddin Rasyad, dkk : "Pengabdian dalam bidang pendidikan", SESOSOK PENGABDI, 1980, hlm 1)

Setelah lebih lima puluh tahun Indonesia Merdeka, sudah berapa prosenkah kenaikan tingkat manusia yang berjiwa pancassislais, yang bertakwa kepada Allah, yang berkreasi dan berketrampilan tinggi, yang berakhlak, berkepribadian luhur, yang berjiwa patriotisme, kesetiakawanan sosial, yang bertanggungjawab terhadap keberhasilan pembangunan keadilan dan kesejahteraan, yang telah merasakan kemakmuran ? (gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta reharja). (Bks 31-8-95)




1

Sekitar Pendidikan (9-12)
10 Dasar-dasar ilmu sosial (2)

Dalam Majalah Tiga Bulanan RUHAMA, terbitan LDK PP Muhammadiyah Jakarta, No.2/Th.I/1993, dalam rubrik "Wawasan" di bawah judul Rekonstruksi pemikiran dalam mengemban Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah (oleh Dr Ahmad Muflih Saefuddin), antara lain terbaca :

# Ilmu-ilmu Sosial harus dibangun brssumber dari al-Qur:an dan Hadits, kemujdian dilanjutkan pengambilan sumbernya dari buku-buku para cendekiawan muslim.

# Buku-buku yang berisi tentang ilmu sosial, humaniora dan cabang-cabangnya perlu ditelusuri sehingga berkembanglah ilmu dalam Islam.

# Sudah sa’atnya bila mulai disusun ilmu yang merujuk ke pada Islam.

# Ilmu hendaknya mengacu, terkait, terpadu dengan al-Qur:an dan Hadits.

# Seorang Muslim hendaknya mengambil asumsi dari postulaat yang ada dalam al-Qur:an yang kebenarannya adalah mutlak, tidak diragukan lagi.

# Seorang Muslim hendaknya mengambil bahan untuk membuat hipotesa dari ajaran agama Islam sendiri dan mengambil dasar penerapannya juga dari ajaran agama Islam (etika, moral Islam) (hlm 30-32).

Timbul pertanyaan : Bagaimana cara ilmu memahami wahyu (baik dalam hal observasi, klassifikasi, sistematisasi, generalisasi, informasi, konklusi) ? Barangkali dalam hal ini lebih terpaut pada metoda deduksi (dari kaidah umu ke kasus khusus).

Dalam al-Qur:an Allah menyajikan sejumlah data konkrit (fakta historis), bahwa generasi yang menantang Rasul Allah bakal dimusnahkan Allah, seperti yang dialami oleh kaum nabi Nuh, Hud (kaum ‘Ad), Shalih (kaum Tsamud), Ibrahim (kaum Kan’an), Luth (kaum Sodom), Syua’aib (kaum Madyan, Aikah), Musa (Bani Israil), dan lain-lain. Sejarah berulang (Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", juzuk XI, hlm 180).

Generasi yang menantang Rasul Allah bakal digantikan Allah dengan generasi yang mengiktu Rasul (QS 6:6, 23:31).

Dan bagaimana pula memahami muncul dan musnahnya generasi masa kini (lokal, refional) setelah Rasul tiada lagi ?

KESENANGAN HIDUP. Bumi diuntukkan Allah bagi semua manusia (QS 2:36, 7:24-25). Kehancuran dan kemajuan dalam pembangunan, perdagangan, perusahaan tampak menonjol di kalangan orang jahat-jahat (QS 3:196-197).

RAHMAT, BERKAT, KEMAKMURAN. Allah menetapkan rahmat bagi orang baik-baik (QS 7:156). Allah menetapkan kemakmuran, keselamatan, kebahagiaan bagi generasi baik-baik (yang beriman dan berbuat baik) (QS 7:96, 5:66). Kemakmuran, kehidupan duniawi tampak terkesan dari : lahan pertanian yang subur, cukup melimpah pangan, sandang, berkembangbiaknya ternak (peternakan), menjamurnya bangunan yang indah, megah, mewah, penuh hiasan asesori, pembangunan yang merata (QS 10:24), gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta reharja, jer besuki meo beo, padi masak, jaguen maupieh, bapak kayo mande batuah, moyang duduek jo sukatan, nagari aman kampueng santoso, nan dimukasuik lakeh sampai, nan dijapuik lakeh tabao, nan dijuluek lakeh rareh, nan dimintak lakeh bulieh (kandak bulieh, pintak balaku).

PEREKONOMIAN. Prof Dr Hamka dalam "Tafsir Al-Azhar", juzuk XI, hlm 32-34 menyalinkan Konsepsi pokok-pokok perbaikan mengenai soal harta benda dalam Islam yang ditulis Sayid Rasyid Ridha di dalam Tafsirnya, juzuk 11, hlm 30, keluaran ALMANAR, 1953.

Prof Dr M Hasbi ash-Shiddieqy dalam bukunya "Al-Islam", jilid II, hlm 269-272 menguraikan tentang Dasar-dasar mu’amalah dalam Islam.

Z A Ahmad dalam bukunya "Dasar-dasar Ekonomi dalam Islam" hlm 93-131 menguraikan tentang pokok Dasar dan Tujuan Ekonomi menurut Islam, mengacu pada QS 28:77-83.

Abul A’la al-Maududi dalam bukunya "khilafah dan Kerajaan", hlm 45-110 menghimpun ajaran-ajaran al-Qur:an di bidang Politik dan Dasar-Dasar Pemerintahan Dalam Islam.

Prof Syekh Thanthawi Jauhari menghimpun ayat-ayat al-Qur:an mengenai Ilmu Pengetahuan Modern dalam bukunya "Al-Qur:an dan Ilmu Pengetahuan Modern".

Prof Dr Omar Mohammad al-Tousy al-Syaibany dalam bukunya "Falsafah Pendidikan Islam", hlm 55-396, menguraikan tentang Prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap jagat raya, manusia, masyarakat, dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar teori pengetahuan pada pemikiran Islam serta Falsafah Akhlak dalam Islam dengan mengacu pada al-Qur;an, hadis dan riwayat salafus saleh.

KEMEWAHAN, KONGLOMERAT (Qarun). Kemewahan, kemakmuran adalah pangkal kedurhakaan (QS 56:41-45, 16:112). "Jangan membuat timbunan kekayaan (investasi, deposito) yang akan menyebabkan kamu cinta dunia" (HR Tirmizi dari Abdullah bin Mas’ud) (Terjemah Riadhus Shalihin, jilid I, hlm 411, hadis 23).

KERUSAKAN PEREKONOMIAN. Sistem kerusakan perekonomian dunia disebabkan oleh : kerakusan para rabbi dan rahib memperkosa hak milik manusia dengan cara memperkedok nama agama dan nama Tuhan (Universil-feodalisme), kerakusan kaum kapitalis (rentenir, ribawan) memperkuat dan memperkokoh kekuasaan atas hak milik (menumpuk harta kekayaan), dengan mengesampingkan sama sekali peri kemanusiaan dan peri ketuhanan (individualistis-kapitalisme) (ZA Ahmad : "Dasar-dasr Ekonomi dalam Islam", hlm 27, tentang tafsiran QS 9:34).

HUKUM SOSIAL. Ketetapan Allah (baik dalam masalah kealaman, mapun dalam masalah sosial) berlaku langgeng, lestari, abadi, universil (tanpa tergantung dari tempat dan waktu), berlaku umum (QS 17:77, 35:43, 33:62, 48:23).

SUKSESI, PEWARISAN. Bumi diuntukkan Allah bagi orang baik-baik (QS 31:105). Kebaikan itu bagi orang takwa (QS 7:128).

DESA, KOTA, NEGERI. Allah membinasakan suatu generasi bilamana : telah melampaui batas (kufur, musrif) (QS 34:17, 21:9), telah berbuat aniaya (zalim) (QS 18:59, 10:13, 22:45, 22:48, 28:59, 6:47, 8:54), telah berbuat dosa (jarim, zunub) (QS 10:13, 44|:37, 77:16-18, 17:17, 6:6, 8:54), telah mendustakan ayat Allah (kazib) (QS 8:54, 7:96), telah mengingkari nikmat Allah (QS 16:112), Telah mendustakan Rasul Allah (QS 26:139, 10:13), telah melakukan kedurhakaan (fasiq) (QS 17:16, 46:35). Allah tidak akan membinasakan generasi yang tetap beriman (QS 21:6, 11:117).

KAUM, UMMAT, BANGSA, GENERASI< REGIM. Sa’at munculnya generasi baru dan musnahnya generasi lama 9usang) telah ditetapkan Allah (QS 10:49, 7:34, 15:14, 23:43, 18:59).

WALI, PELINDUNG, PEMIMPIN, PEMBESAR, PENGUAS. Orang jahat-jahat akan mengangkat pelindungnya dari setan (thagut) (QS 2:257, 7:27, 7:30). Perlawanan, permusuhan terhadap dakwah Rasulullah digerakkan oleh para pembesar, penguasa negeri (mala:I) (QS 7:60, 7:66, 7:75, 7:88, 7:90, 7:109, 7:128), dan para konglomerat (mutraf) (QS 34:34, 43:23).

HUKUM, SYARI’AT. JUSTISI. Syari’at Islam itu sempurna, menyeluruh, meliputi, mencakup segala peraturan yang dibutuhkan oleh segenap lapangan kehidupan manusia, baik secara individuail maupun secara kelompok, masyarakat ataupun negara (komunal).

Syari’at Islam itu bersifat universal, bukan bersifat regional (lokal, nasional), bukan pula bersifat parsial, sektoiral.

Syari’at Islam itu memiliki sifat stabil, abadi.

Syari’at Islam itu datang untuk segala zaman (tempo) berlaku untuk seluruh dunia.

Syari’at Islam itu untuk seluruh ummat manusia, baik timur, maupun barat, baik tunggal (singularis, homogen) maupun majemuk (pluralistis, heterogen) yang beraneka ragam adat istiadat, tradisi, sejarah perkembangannya, dengan beragai macam suku, daerah dan kebudayaannya.

Syari’at Islam itu untuk segala peristiwa yang bermacam-macam.

Syari’at Islam itu sanggup, mampu menyerap, menanggulangi, mengatur segenap persoalan kehidupan manusia di mana saja, baik sosial, hukum, administrasi, politik, dan sebagainya (QS 5:3, 33:40, 7:158, 9:33).

Hanya cara penggunaan, pemakaian, penerapan ajaran Islam yang harus disesuaikan dengan keadaan, situasi, kondisi, waktu, tempat.

Muncul pertanyaan : Ajaran Islam (tentang sikap mental) yang bagaimana yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oelh orang-orang yang hidup pada masyarfakat industri (masyarakat modern) ? (Dr HM Atho Mudzhar : "Perlunya Transformasi Kehidupan Beragama di Indonesia", RUHAMA, No.2/Th.I/1993, hlm 17).

Apakah yang berorientasi masa depan (ukhrawi, pahala, immateri) ataukah yang berorientasi masa kini (duniawi, materi) ?

Dan mana pula ajaran Islam yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat neo-feodalisme (yang lebih paternalistik dari patrimonial, yang lebih menonjolkan bapak angkat dari anak angkat, yang lebih menonjolkan siapa (person, figur) dari apa (problem, thema) ?

MANUSIA (JIWA, SIKAP, MENTAL). Watak dasar manausia : berssifat lemah (QS 4:28), bersifat keluh kesah (QS 70:19, 10:12, 39:8, 39:49, 42:8), berputus asa (QS 11:9, 17:83), tidak pandai berterima kasih (QS 14:13, 17:67, 22:66, 42:48, 43:15, 100:6, 11:9), amat aniaya (zalim) (QS 33:72, 14:34), bersifat tergesa-gesa (QS 9:11), sangat kikir (QS 17:100, 70:19), paling banyak membantah (QS 18:54), amat bodoh (QS 33:72), dalam susah payah (QS 90:4).

PENDIDIKAN, PENGAJARAN. Mengenai objek, materi, metode, dasar, tujuan, media Pendidikan (baik untuk orang dewasa, orang terpelajar, anak-anak, nara pidana) dapat disimak dari Kisah Luqman (QS 31:13-19), Kisah Musa dan Khaidir (QS 18:65-82), Kisah Yusuf dan narapidana (napi) (QS 12:37-42), Kisah Ibrahim dengan bapaknya Azar (QS 26:70-74, 21:52-53, 6:74, 19:41-48), Kisah Yahya (QS 19:12-15), dan (QS 17:31, 67:23, 46:16, 23:78, 32:9, 16:78) mengenai pemahaman, penglihatan dan pendengaran (Dr Musthafa Assiba’i : "Al—Hadits Sebagai Sumber Hukum", 1982, hlm48-49).

SERBANEKA. Bagi manusia baik-baik (yang beriman dan berbuat baik) dibukakan Allah jalan dari kesukaran ke jalan kemudahan (QS 65:2, 65:4).

Segala sesuatu bakal dimudahkan Allah bagi orang baik-baik (taqwa), sebaliknya segala sesuatu bakal dipersulit Allah bagi orang jahat-jahat (fajir) (QS 92:5-10).

Cobaan (fitnah) itu didatangkan agar terpisah orang baik-baik dari orang jahat-jahat (QS 7:155, 5:48, 76:3).

Allah menimpakan kebinasaan secara merata (QS 8:25).

Musibah yang menimpa manusia sebagai ganjaran/balasan atas sebagian kecil dosa yang dilakukannya agar kembalai bertobat (QS 7:168, 42:30, 30:41).

Bagaimana pula cara ilmu memahami hubungan antara dosa dengan binasa.

Ukuran nilai yang digunakan oleh orang jahat-jahat berlawanan dengan ukuran nilai yang digunakan oleh orang baik-baik (QS 40:29, 7:82). (Maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui ? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. QS 3:66).

Bagi orang baik-baik (mukmin), dunia itu bagaikan neraka (tidak berarti), sedangkan bagi orang jahat-jahat (kafir), dunia ini bagaikan surga (sangat berarti) (QS 93:4, 87:17. "Dunia ini bagaikan penjara bagi orang-orang mukmin, dan sebagai sorga bagi si kafir" (HR Muslim dari Abi Hurairah) (Terjemah Riadhus Shalihin, jilid I, hlm 407, hadis 14). "Ingatlah, bahwa dunia terkutuk, dan semua yang ada di dalamnya juga terkutuk" (HR Tirmizi dari Abi Hurairah) (Terjemah Riadhus Shalihin, jilid I, hlm 411, hadis 22). "Andaikan dunia ini bernilai disisi Allah sebesar sayap nyamuk, maka tidak akan diberikanNya kepada orang kafir walaupun seteguk air" (HR Tirmizi dari Sahal bin Sa’ad as-Sa’idy) (Terjemah Riadhus Shalihin, jilid I, hl 411, hadis 21).

Orang jahat-jahat memasang label makruf pada yang munkar, dan memasang label munkar pada yang makruf. "Janganlah kamu berbuat dosa seagai Yahudi, menghalalkan barang yang diharamkan Allah dengan berbagai helah (dalih)" (HR Abi Hurairah yang diterima Abu Abdillah bin Biththah) (Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", juzuk X, hlm 147). "Allah membinasakan kaum Yahudi, ketika diharamkan atas mereka lemak (gajih) maka mereka mengolahnya (memodifikasinya), kemudian menjual dan memakan hasilnya" (HR Bukhari, Muslim dari Abi Hurairah) (H Salim Bahreisy : "Terjemah al-Lukluk wal-Marjan, jilid 2, hlm 573, hadis 1020). "Akan datang suatu zaman di mana mereka menghalalkan yang haram setelah mereka mengganti namanya" (Ahmadi Thaha : "Sejarah pembaruan dan pembangunan kembali alam pikiran agama", hlm 86).

Majalah KIBLAT, Jakarta, No.13, Th.XXXVII 5-18 September 1990, dalam Bonus Serial (seri 4) (hlm 13-16) memuat terjemahan karya Imam al-Ghazali Ihya ‘Ulumuddin mengenai Ilmu Pengetahuan (Bab III).

Dalam majalh PANJI MASYARAKAT, Jakarta, No.227, Tahun ke-IX, 15 Juli 1977, hlm 21-23, di bawah judul "Mengkhianati Amanah Tuhan dan Rakyat", Zainal Abidin Ahmad menyebutkan ahwa ada beberapa orang ulama yang membicarakan secara serius akan soal "amanah" di dalam hubungan kenegaraan, antara lain Imam al-Ghazali dengan bukunya Ihya ‘Ulumuddin (juzuk III), Imam Ibnu Taimiyah dengan bukunya "As-Siyasatul Islamiyah fi ishlahir raa’ie war ra’iyah", Sayid jamaluddin al-Afghani dengan bukunya "Ar-Ra’du ‘alad dahriyin". H Zainal Abidin Ahmad menulis "Tentang Perekmbangan Ekonomi dan Institut Perbankan menurut Imam Ghazali dalam PANJI MASYARAKAT, Jakarta, No.181-183, 15 Agustus – September 1975, hlm 24-29.

Bagaimana konsepsi kesosialan dalam Islam : Keadilan, kejujuran (Amanah), Kepedulian Sosial (wasiat, nasehat), Kesetiakawanan Sosial (ta’awun), Kelapangan dada (tasamuh), Kebersamaan (jama’ah, ummah), Kesatuan (ukhuwah), Kekeluargaan (usrah), dan lain-lain. (Bks 20-1-93)



11 Sumber Daya Insani

Sesungguhnya umat Islam itu – tanpa mengabaikan segala cacat dan segi-segi kelemahannya – masih tetap memendam jiwa (semangat) yang melimpah dan siap siaga, berupa keimanan dan ketakwaan, kerelaan dan pengorbanan, ketaatan dan kepatuhan, kecintaan serta ketulusan yang takkan dapat dijumpai pada ummat materalist (hubbun dunya) manapun di bawah kolong langit ini.

Sesungguhnya ummat Islam itu, walaupun dalam kebodohan yang amat disesalkan dan kemunduran yang memilukan, merupakan bahan-bahan istimewa dari kemanusiaan (sumber daya insani) yang dari padanya dapat dibentuk model manusia yang ideal (manusia seutuhnya, insan kamil, ideal persosn), kaliber tertinggi dari makhluk insani. Kekuatannya yang paling besar terletak dalam keimanan dan kejujuran, kesederhanaan dan keperwiraan.

Tetapi kekuatan iman dari ummat telah mulai tercekik di bawah pengaruh modernisasi dan westernisasi, hingga ummat ini telah dijalari oleh kanker mental yang taka dapat disembuhkan oleh obat dan perawatan manapun juga (Abul Hasan Ali Al-Husni An-Nadwi : "Pertarungan antara alam pikiran Islam dengan alam pikiran Barat di Negara-negara Islam", al-Ma’arif, Bandung, 1983 (cetakan kedua), hlm 213-214).

Dunia Islam membutuhkan pahlawan ulung dalam barisan penuh dan para pemimpin. Pahlawan ulung yang mampu memungut motif-motif terbaik dari agama (Islam) serta mampu menampung sarana dan alat-alat yang kuat dan berlimpah dari peradaban Barat.

Pahlawan ulung yang mampu mengambil manfa’at yang banyak dari Barat, terutama dalam bidang ilmu dan teknologi. Mengambil-alih buah pikiran dan cara-cara ilmiah (sains dan teknologi), bukanlah merupakan penjiplakan. Ilmu itu bukanlah kepunyaan Barat maupun Timur. Semua usaha-usaha ilmiah adalah hak berserikat di antara seluruh ummat manusia. Setiap sarjana membina ilmunya di atas dasar yang telah dirintis oleh orang-orang terdahulu, baik dari kalangan bangsawan sendiri maupun dari bangsa lain. (Pertarungan, hlm 203-208).

Ummat Islam perlu mengutip manfa’at dari Barat di lapangan ilmu pengetahuan, perindusterian dan penyelidikan-penyelidikan ilmiah (riset) serta teknologi (IPTEK) yang berdiri hanyalah di atas dasar percobaan-percobaan praktis dan fakta-fakta ilmiah dan jerih payah manusia semata untuk melayani tujuan-tujuan luhur yang diberikan oleh nubuwat terakhir dan Kitab Suci Terakhir (Pertarungan, hlm 215).

Ummat Islam haruslah berpikir untuk menyesuaikan pengajaran yang diambilnya dengan akidah yang dianutnya (selektif).

Ummat Islam haruslah berpikir untuk mengusahakan agar sarana-sarana pendidikan itu tunduk ke pada risalat samawi dan akidahnya yang pasti, serta ilmu pengetahuan yang terpelihara dari kesalahan dan kesesatan (Pertarungan, hlm 171-172).

Ummat Islam haruslah selektif memilah materi Ilmu pengetahuan, kesusasteraan, filsafat, sejarah, ilmu-ilmu sosial seperti ilmu ekonomi dan politik. Secara kritis memisahkan bagian yang berguna dari yang berbahaya, mengambil yang bersih dan meninggalkan yang bernoda (Pertarungan, hlm 158).

Sistem pengajaran itu hendaklah diatur sesuai dengan akidah dan tuntutan tempat serta perkembangan masa modern dan pengetahuan mutaakhir. Generasi muda hendaklah dibina dengan keimanan, watak, akhlak, keteguhan hati, kepercayaan diri sendiri, keyakinan beragama, keperwiraan dalam membela dan mempertahankan agama. Jiwa mereka dibangkitkan agar tumbuh hasrat menyelidik dan kebebasan berpikir, kebesaran pribadi dan kemampuan menghadapi Barat secara berani dan bijaksan. Jiwa rakyat dihidupkan dengan keimanan dan keagamaan yang tangguh, rasa kesusilaan dari ajaran Islam. Susunan dan tatacara hidup hendaklah diperbaiki. Dari Barat dikutp mana yang baik dan berfaedah (halalan-thaiyiba) dan sesuai dengan akidah Islam, sertaa yang mempunyai nilai positif yang akan memperkuat potensi ummat serta menguntungkan mereka dalam perjuangan hidup dan tercapainya kejayaan.

"Dunia dan negeri-negeri Islam memerlukan suatu masyarakat Islam yang maju dan adil, sehingga kehidupan menurut Islam dapat terwujud dalam praktek dn kebudayaan" (Pertarungan, hlm 37).

Ummat Islam haruslah selektif memilah konsep-konsep Barat yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Dalam budaya Barat, ke pada anak-anak sejak dini diperkenalkan segala sesuatu tentang sex (perkelaminan), baik tentang unsur (organ), perkembangan, maupun cara pemakaiannya, yang diintrodusir dengan nama Pendidikan Sex (Sex Education). (Ingat buku "Adik Baru").

Sebaliknya dalam Islam, sampai batas waktu tertentu (sampai batas usia baligh/dewasa), anak-anak dijauhkan dari hal-hal cenderung ke pada mengenali tentang sex, yang barangkali lebih pantas disebut Pendidikan Berkeluarga (Berumah tangga).

Mulai usia tertentu, anak-anak tidak lagi bebas keluar masuk kamar orang-tuanya. Intinya agar anak-anak tidak mengenali aurat orang-tuanya. Anak-anak lelaki dipisahkan kamar tidurnya dari anak-anak perempuan. Islam tidak menyukai apa yang disebut dengan Pendidikan (Pelajaran ?) Sex.

"Setiap makhluk semenjak lahirnya telah diberi oleh Allah kemampuan cara bagaimana ia memenuhi nafsunya tanpa belajar lebih dahulu. Untuk memenuhi nafsu makan, maka setiap makhlku tanapa belajar telah tahu di mana harus mencari makan, dan bagaaimana cara memperolehnya. Semua nafsu disertai dengan instinct sendiri-sendiri" (Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, hlm 61).

Dalam bioteknologi, ummat Islam haruslah meninggalkan konsep "generatio spontanea". Semua ini dirancang dan diciptakanlah mengikuti proses yang ditetapkanNya, bukanlah terjadi secara kebetulan.

Terpesona dengan kemajuan bioteknologi, Prof Dr Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapkan "Suatu kali siapa tahu nanti sperma buaya bisa dikawinkan dengan sperma manusia dan lahir makhluk baru". Demikian terlintas dalam benak sang professor bahwa otak-otik sperma akan menghasilkan makhluk baru (JURNAL ULUMUL QUR:AN, Jakarta, No.1, Vol.1, April-Juni 1989, hlm 49, Masa depan : "Paham Islam yang menghambat kemajuan").

Dalam bidang kependudukan, Islam memberikan tuntunan : "Katakanlah : Dia yang menjadikan kamu di muka bumi dan ke padaNya kamu akan dihimpunkan" (Tarjamah QS Mulk 67:24). "Dia yang menjadikan kamu di bumi dan ke padaNya kamu dihimpunkan" (Tarjamah QS Mukminuun 23:79).

Dalam bidang ekonomi, Islam membedakan antara :

# usaha memperoleh harta kekayaan dengan cara yang sahih, benar, baik, boleh, seperti jual beli (lembaga niaga).

# usaha memperoleh harta kekayaan dengan cara yang batil, salah, buruk, terlarang, seperti riba, maisir (judi, lembaga spekulasi).

"Janganlah seagian kamu memakan harta orang lain dengan yang batil (tiada hak) dan (jangan) kamu bawa ke pada hakim, supaya dapat kamu memakan sebagian dari harta orang dengan berdosa, sedang kamu mengetahui" (Tarjamah Qs Baqarah 2:188). "Allah menghalalkan berjual beli dan mengharamkan riba" (Tarjamah QS Baqarah 2:275).

Apakah dapat diciptakan undang-undang untuk menetralisir (menghilangkan) dosa (itsmun) (2:219) sehingga status hukum khamar dan maisir bisa berubah dari haram ke halal, kembali kepada hasil pemikiran (ijtihad) para ahli fikih yang wara’. Demikian juga apakah dapat diciptakan undang-undang untuk menetralisir (menghilangkan) bunga-berbunga (adh’afan mudha’afah) (3:130) sehingga status hukum riba dapat berubah dari haram ke halal, juga kembali kepada hasil pemikiran (ijtihad) para ahli fikih yang wara’".

Riba dewasa ini dikenal dengan sebutan rente, bunga dan terdapat di kalangan Bank (lembaga riba).

Iqbal menyeb utkan bahwa : Bank-bank besar ini tiada lain dari hasil kelicikan Yahudi yang licik (Pertarungan, hlm 90).

Prof Dr Hamka memperingatkan bahwa : "Memang Masyarakat Modern tidak akan dapat dihadapi, kalau tidak ada pinjam-meminjam, atau tidak ada Bank untuk mengedarkan uang. Tetapi wajiblah orang mengingat bahwa masyarakat memakai Bank itu baru ada dalam Dunia Islam setelah ekonomi, politik dan sosial dipengaruhi atau dijajah oleh bangsa Barat dengan sistim kapitalis yang berpusat pada Bank". (Bukitting Sumatera Barat baru pertama kali mengenal Bank kira-kira tahun tigapuluhan dengan didirikannya Bank Nasional tahun 1930).

"Orang yang beriman janganlah berputus asa di dalam hendak menegakkan masyarakat Islam yang berdasarkan iman dan beramal shaleh, sembahyang dan mengeluarkan zakat, karena terpesona oleh kehidupan kapitalisme yang sekarang tengah mencengkeran di atas diri kita".

"Di zaman sekarang kita terpaksa meniru sistim ekonomi yang bersandar ke pada Bank, sebab orang Yahudi menternakkan uang dengan Bank, untuk meminjami orang luar dari Yahudi. Orang Islam tidaklah menyerahkan ke pada susunan ini. Kita masih menuju lagi ke pada tujuan yang lebih jauh, yaitu kemerdekaan ekonomi kita secara Islam, dengan dasar hidup beriman ke pada Allah. Kita wajib meyakini konsepsi ekonomi Islam, dan tetap bercita-cita mempraktyekkannya di dunia ini" (Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", juzuk II, hlm 71, 77-78).

"Abul A’la Maududi berucap : Kami akan tetap berusaha menciptakan masyarakat Islam, betapa pun andainya anda tidak melihat adanya kebobrokan-kebobrokan ini di depan mata kita" (Abul A’la al-Maududi : "Kemerosotan Ummat Islam", hlm 3).

Dalam mengutip ilmu-ilmu Barat, ummat Islam hendaknya jangan sampai termakan ajaran-ajaran orientalis yang menyesatkan. Para orientalis berupaya menimbulkan keraguan dan kebingungan terhadap Islam, sehingga mengakui bahwa Islam itu tidak cocok dengan alam kehidupan modern, serta tidak mampu untuk menjawab tantangan dan melayani kebutuhan jaman" (pertarungan, hlm 180).

Para orientalis berupaya mempropagandakan bahwa : al-Qur:an itu adalah gubahan manusia, pemisahan agama dari politik, bahwa Islam itu adalah agama dan bukan negara. Dan berupaya menyerukan, menyuarakan : seruan kepada sekularisme, kebimbangan dalam nilai ilmiah hadits, seruan akan persamaan wanita dan lelaki, seruan menanggalakan jilbab, seruan bahwa fikih Islam itu dikutip dari undang-undang Romawi (Pertarungan, hlm 116).

Sungguh, ajaran-ajaran Islam cukup sempurna dan jadi jaminan untuk dapat memperbaiki tatanan sosial, tetapi sayang ummatnya lemah, dalam keadaan tiada berdaya, hingga datanglah peradaban materialistis yang secara keterlaluan menganjurkan persamaan dan kemerdekaan yang meliwati batas, serta mengganti tradisi-tradisi lama bagaimanapun juga corak bentuknya, hingga akhirnya meledaklah kebencian dan pemberontakan terhadap tradisi dan tatanan yang berlaku (Pertarungan, hl 34).

Dalam menyusun Fikih Islam secara baru, tidaklah perlu menemukan undang-undang baru yang membutuhkan disusunnya prinsip-prinsip baru (kaidah usul fikih), atau menciptakan sesuatu yang belum terwujud menjadi berwujud. Yang perlu sekarang ini hanyalah menarik maslah-masalah cabang dari pokok atau garis-garis besar fikih Islam yang bersumber ke pada al-Qur:an dan Sunnah. Ini diperlukan untuk menjawab tantangan kehidupan modern yang senantiasa berobah-robah, dan guna menyodorkan pemecahan bagi kemusykilan-kemusykilan baru (Pertarungan, hlm 189).

Walau dengan artinya yang luas sekali pun, kedatangan syari’at tak akan dapat memecahkan semua kesulitan yang ditemui di masa kini seperti masalah asuransi, perdagangan internasional, undang-undang hukum lautan, undang-undang pemerintahan modern. Tetapi syari’at itu mengandudng prinsip-prinsip utama yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah-masalah itu, sebagaimana juga ia memuat cara-cara praktis untuk menggali dan mendapatkan pemecahan baru (Ahmad Zaki Yamani MCJ.LLM :"Syari’at Islam Yang Abadi Menjawab Tantangan Masa Kini", al-Ma’arif, Bandung, 1986 (cetakan ke-3), hlm 35).

Susmber daya insani berpangkal pada : mengimani Islam (berdimensi iman0), mengilmui Islam (IPTEK, Sains & teknologi), mengamalkan Islam (etos kerja, amal shalih, ihsan), menda’wahkan Islam (manajemen), shabar dalam Islam (ALMUSLIMUN, Bangil, No.191, hlm 72).

Agar sukses (tidak merugi) dengan meningkatkan sumber daya insani, dengan membekali hidup dengan : iman (mental-spirituil), IPTEK (sains & teknologi), amal shaleh (etos kerja), da’wah (manajemen), sbar (optimis, dinamis).



12 Pendidikan Budi Pekerti, apa masih diperlukan ?

Indonesia punya BUDI UTAMA (Budi Utomo, didirikan 20 Mei 1908 sebagai organisasi para cendekiawan Jawa yang berjiwa/bercorak Jawa sentris, elitis dan aristokratis).

Indonesia juga punya PENDIDIKAN MORAL PANCASILA (PMP) dan TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA (TPI).

Di samping itu Indonesia memiliki acara PENDIDIKAN BUDI PEKERTI melalui Mimbar Agama dan Mimbar Kepercayaan dalam siaran TVRI.

Masih ada lagi. Indonesia juga punya LEMBAGA PENDIDIKAN MASYARAKAT (LPM),

Harian ibukota 23 Oktober 1995 antara lain menyajikan tentang posisi dan fungsi dari PENDIDIKAN BUDI PEKERTI.

REPUBLIKA, Senin, 8 November 1999, di hlm 16 tampil dengan judul "Budi Pekerti akan Kembali Diajarkan di Sekolah", berkenaan dengan gagasan Mendiknas Dr H Yahya Muhaimin.

BUDI LUHUR yang AMAT IKHLAS sudah hampir tak dikenal lagi. Demikian tutur Satya Graha hurip dalam "surat Undangan"nya.

Masyarakat saban waktu dihadapkan pada kecenderungan demoralisasi, kebringasan sosial, pemerkosaan, penjambretan, korupsi, kolusi, monopoli, perampokan, pembunuhan, tindakan kekerasan (violance), tontonan-bacaan-hiburan yang non-edukatif, dan lain-lain tindak kesadisan dan kebrutalan.

Pembantaian keluarga Herbin dan keluarga Rohadi, serta perkosaan dan perampokan terhadap keluarga Acan merupakan sebagian contoh kebringasan, kesadisan dan kebrutalan (sosial ?).

Munculnya kesan kecenderungan meluntur/meluncurnya kejujuran.

Masyarakat tanpa disadari cenderung digiring ke arah "kurang percaya diri".

Sistim pendidikan lebih berorientasi pada IPTEK untuk menyiapkan sarana bagi peningkatan kekayaan konglomerat.

Untuk membentuk masyarakat yang memiliki BUDI PEKERTI diperlukan kesadaran dan keterlibatan berbagai pihak sebagai panutan (tuntunan dan tontonan), baik dari kalangan dunia pendidikan (formal maupun informal), penerangan (koran, radio, televisi, film), sosial budaya (olahraga, kesenian, kepariwisataan), hukum (kepolisian, kejaksaan, pengadilan, kehakiman), politik (kebijaksanaan, peraturan, perundang-undangan), dunia usaha, mode dan lain-lain.

Faktor-faktor penyebab munculnya ketimpangan, kecemburuan, kesenjangan sosial secara serius harus disingkirkan sedini mungkin dalam rangka upaya menepis/menangkal munculnya keberingasan sosial dan tindak kekerasan.

Dalam menegakkan hukum secara adil, maka unsur ketimpangan, kesenjangan, kecemburuan sosial tak dapat dikesampingkan dari pertimbangan begitu saja sebagai penyulut timbulnya keberingasan dan tindak kekerasan.

Di Indonesia, Islam adalah agama yang terbanyaak dianut oleh penduduknya. Cendekiawan Muslim ditantang untuk menjabarkan BUDI PEKERTI dalam bentuk konsepsi yang jelas, tegas, lugas, yang mudah dicerna, dipahami, dilaksanakan, yang dapat dijadikan panduan untuk membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkwalitas. (Panduan Metodik/Didaktik Rasulullah Mengantisipasi Dekadensi Moral Ummat). Manusia yang berkwalitas menurut islam adalah yang memiliki BUDI PEKERTI, pembawa rahmat bagi lingkungan sekitarnya, serta lebih positip. Cendekiawan Muslim dituntut menampilkan keteladanan ber BUDI PEKERTI. Dalam hubungan ini ada seruan "Ambil Islam Seluruhnya Atau Tinggalkan Samasekali", jangan setengah-setengah, jangan sepotong-sepotong.

Moral lokal boleh-boleh saja digunakan sebagai sarana untuk menegakkan BUDI PEKERTI Islam. Dan jangan sebaliknya, yaitu jangan menggunakan BUDI PEKERTI Islam sebagai sarana untuk menegakkan Moral lokal (ALMUSLIMUN, Bangil, No.289, April 1994, hlm 79, KOMPAS, 2/4, 10&20/5, 27/6, 7/8. 23/9, 23/10/95).

Mantan Panglima Divisi Siliwangi Jenderal TNI (Pur) AH Nasution dalam sebuah bagian bukunya yang berjudul "Pembangunan Moral, Inti Pembangunan Nasiona" (hlm 53-54) mengingatkan bahwa sesungguhnya suatu negara berdiri karena BUDI PEKERETI. (Bait madah Syauqi Bey mengungkapkan bahwa "Satu bangsa terkenal ialah lantaran budinya. Kalau budinya telah habis, nama bangsa itu pun hilanglah". Prof Dr Hamka : "Lembaga Budi", 1983:3). Nasution menunjuk lima ukuran (keberhasilan) pembangunan menurut agama Islam, yaitu :

# apakah orang yang diatas (pemimpin) memiliki kasih sayang sehingga dia tidak berani makan sebelum rakyatnya makan.

# apakah orang yang memerintah itu menjadi pelayan 9khadam) atau menjadi tuan besar bagi rakyatnya.

# apakah orang-orang-orang berwibawa, orang-orang kaya, orang-orang berilmu itu mencari kesenangan, kemewahan, kepuasan atau pencari pengabdian, pengorbanan dan keridhaan Tuhan.

# apakah par orang-orang di atasan (pemimpin) kian memperbanyak, menumpuk-numpuk kekayaan, tanpa memikirkan nasib mereka yang kian hari kian melarat, lapar dan kekurangan.

# apakah orang-orang jahat dilindungi dan orang-orang teraniaya dibiarkan, (KOMPAS, Senin, 23 Oktober 1995, hlm 11, "Pembangunan Moral Tertinggal"). (Bks 25-9-95)




1

Sekitar Pendidikan (1-3)

1 Pendidikan agama Islam di sisi lain

Berpijak pada paedagogik, pendidikan agama Islam tidak sama dengan pengajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam terbatas hanya semata-mata untuk mendidik anak-anak Islam, bukan anak-anak sembarang. Anak-anak bukan Islam tidak dituntut untuk mengikuti Pendidikana Agama Islam (PAI). Pendidikan agama Islam melalui semua bidang studi, semua bidang kegiatan, intra maupun extra kurikuler.

Pengajaran agama Islam hanya terbatas pada satu bidang studi Ke-Islaman (Pelajaran agama). Semua anak didik, baik Islam maupun bukan bisa saja mengikuti Pengajaran agama Islam, tidak terbatas semata-mata untuk anak-anak Islam.

Semua bidang studi dan semua bidang kegiatan merupakan wadah sarana untuk menyemaikan benih ruh Islam, ruh Tauhid, ruh Jihad, ruh Madaniah, untuk menaburkan, menebarkan pola pikir Islam, pola Moral Islam, ringkasnya untuk mentransfer IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB Islami secara integrated (kaffah), tak ada yang terlepas dari semangat Islam.

Islam disemaikan keseluruh bidang studi, ke seluruh bidang kegiatan, tanpa kecuali. Anak didik dididik untuk mengikuti shalat jama’ah fardhu, melaksanakan shaum Ramadhan. Pelaksanaan wudhuk anak didik dikotrol secara tgeratur. Anak didik dididik menggunakan busana yang mengikuti tuntunan Islam, mengikuti kepramukaan yang mengacu pada Islam.

Anak didik dididik mengikuti kegiatan olahraga yang memantulkan ruh jihad, bukan semata-mata untuk pembinaan kesehatan fisik, apalagi untuk pamer kebolehan prestasi pada lomba. Kesehatan fisik dapat dibina melalui puasa. Perlombaan untuk membangkitkan ruh jihad, bukan untuk merebut prestasi duniawi.

Anak didik dididik mengikuti kesenian yang mengacu pada Islam, bukan semata-mata untuk bersantai-santai. Islam tak mengenal l’art pur l’art. Menghibur diri dapat melalui shalat. Kesenangan dapat diperoleh dalam shalat.

Seluruh bidang studi dan kegiatan hendaknya dibersihkan dari hal-hal yang menyalahi Islam. Teori rente (dalam bidang studi Matematika dan Ekonomi0), teori generatio spontanea (dalam bidang studi Bilogi), teori relativitas (dalam bidang studi Fisika Kwantum) misalnya perlu dikonfrontir dengan Islam tentang ke validitasnya.

Malapetaka yang menimpa umat Islam dewasa ini bermula dari polah tingkah umat Islam itu sendiri. Umat Islam harus berani jujur mengakui kekeliruan sendiri tanpa mengkambing-hitamkan yang di luar Islam. Semua ini dalam rangka mengaca diri sendiri, menuding diri sendiri, bukan pihak lain. Nilailah diri sendiri sebelum pihak lain sempat menilai. L’histoire repite. Sejarah berulang. Apakah sejarah akan mengulas melindas gilas ? Marilah bertanya pada sejarah. Wal’ashri.

Semula umat Islam sepakat meletakkan landasan Indonesia Merdeka berdasarkan ke-Tuhanan dengan kewajiban melaksanakan syari’at Islam bagi pemeluknya. Serta merta dengan dalih tasamuh (toleransi), kesepakatan itu dicabut, bukan karena darurat (terpaksa), tetapi semataa-mata mabuk tergodaa akan sanjungan keagungan toleransi Islam.

Umat Islam tidak istiqamah (tidak konsiten), tidaka tahu mensyukuri nikmat kesepakatan. Faidza farghta fanshab. Meskipun sudah jauh terlambat, umat Islam kemudian berusaha meralatnya untuk mengembalikan kesepakatan tersebut, tetapi apalah artinya. Jatuh pada lobang pertama, menyusul jatuh pada lobang-lobang berikutnya. Selalu jatuh ketipma tangga. Untuk menghibur diri, tak apalah terlambat dari pada tak ada sama sekali. Sayang terlambatnya sudah sedemikian jauh.

Semula umat Islam berangkat dari nasionalisme ummatan wahidah, bukan nasionalisme "ashabiyah. Tapi belakangan umat Islam sudah nyenyak terlena dalam sangkar nasionalisme ‘ashabiyah. Sudah beberapa kali pemuka-pemuka Islam diberikan kesempatan oleh Allah untuk memegang tampuk pimpinan, tetapi tak mampu meralat salah langkah. Dengan tangan-tangan umat Islam sendiri, Islam itu diasingkan dari umat Islam itu.

Budaya takbur melanda dunia dewasa ini. Umat Islam tak luput dari budaya takbur itu. Yang berkuasa tak mengindahkan suara yang dikuasai, apalagi bila yang dikuasai itu tak disenangi. Sudah beberapa kali pemuka-pemuka Islam menyampaikan suaranya tapi tak pernaha digubris oleh yang berkuasa. Yang Mulia tak mengacuhkan yang tak terkenal, apalagi yang tak dikenal. Sudah berapa banyak suara umat baik dalam tatap muka, dalam surat tertutup, dalam surat terbuka yang diacuhkan. Sudahkan dijawab salam umat baik lisan maupun tulisan ?

Suasana budaya takbur mengencangkan belenggu kungkungan, yang menampakkan gejala kebangkitan neo-feodalisme. Manusia dibeda-bedakan tingkat ranking kelasnya. Lapisan bawah cepat dipensiunkan. Lapisan tengah, batas usia pensiunnya lebih panjang. Lapisan atas berbahagia menikmati batas usia pensiun terpanjang. Lapisan bawah tak mampu berbuat apa-apa,cukup nrimo. Lapisan bawah sekedar umpan peluru. Peraturan tentang batas usia pensiun hanya menguntungkan lapisan atas, pengambil keputusan. Lapisan bawah tinggal terima jadi. Apa salahnya bila batas usia untuk pensiun ditetapkan sama (tidak dibeda-bedakan) mulai dari bawah sampai atas ?

Pemuka-pemuka Islam ahli pendidikan dinantikan mengemukakan amandemen, bandingan terhadap undang-undang pendidikan. Pasal-pasal mana yang tak perlu, yang harus dihapuskan. Pasal-pasal mana yang perlu ditambahakana. Pasal-pasal mana yang perlu dirubah, direvisi, diperbarui, diperbaiki. Bagaimana seharusnya bunyi rumusan redaksional dari pasal yang diperbaiki itu. Seyogianya umat Islam mengarahkan perhatian kesini, meninggaalkan membicarakan hal-hal yang tak menguntungkan bagi keselamatan kesaatuan umat. Suara-suara umat hendaknya dimonitor, dipantau, diperhatikan bagaimana pun remehnya, baik yang langsung face to face, maupun yang tak langsung yang tersebar dalam media massa. Pemain belakang mengoper bola ke pemain tengah, pemain tengah mengoper ke pemain depan, pemain depan menyarangkan ke gawang. Tak ada yang terbuang. Tak ada yang diremehkan.

# Terpesona akan keunggulan kemajuan sains dan teknologi Barat, umat Islam mengoper bidang studi keilmuan tanpa melakukan amandemen, perubahan, perbaikan, tanpa membersihkannya dari yang tak Islami, tanpa mengisinya dengan ruh iIslam.

# Pendidikan agama Islam berusaha menggerakkan kesadaran beragama dan kesadaran beramal anak didik agar : Beriman teguh (bertakwa). Berakhlak tinggi (berbudi luhur). Berpengetahuan luas (berkecerdasan tinggi). Berkemampuan (berketerampilan tinggi0). Berkehidupan baik. Kuat beribadah. Giat beramar makruf, nahi munkar. Giat beramal tolong menolong.

# Upaya menyingkirkan bidang studi Islam dari kurikulum umum tak pernah berhenti.

# Guru-guru Muslim dan penulis-penulis buku pelajaran sekolah (SD-SLTP-SMU) diharapkan kiranya dapat memanfa’atkan bidang studi sebagai wadah, srana bagi penyampaian pesan ajaran Islam.

# Kendala yang mengungkung berupa target kurikulum (garis besar pelajaran – sitim pendidikan nasional).

# Dibuhkan kemantapan tekad untuk membebaskan diri dari lilitan kungkungan terseut.

# Nabi Musa ditugaskan membebaskan Bani Israil. Nabi Musa mempertanyakan apakah memperbudah manusia (Bani Israil) itu merupakan jasa baik (nikmat) penguasa ? (QS Syu’ara 26;17-22).

# Sanusi Pane meradang, bukan beta budak negeri mesti menurut undangan mair.

# Bila sampai waktunya, Chairil Anwar mau bebas, tak mau terikat oleh rayuan tradisi.

# IPA kiranya dapat dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kitab tauhid.

# IPS kiranya dapat dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kitab akhlak.

# PKK, Orkes, Matematika, Linguistik kiranya dapat dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang tersimpan dalam kitab kuning.

# Akhlak Islam berasal dari tuntunan Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw mengenai sopan santun di segala lapangan (IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB).

# Untuk sementara sebaiknya perguruan Islam menyisipkan bidang Sejarah Perkembangan Sains dan Teknologi, Qur:an, Sains dan Teknologi, Falsafah Pendidikan Islam sebagai extra kurikuler.

Materi Sejarah Perkembangan Sains dan Teknologi seperti termaktub dalam buku A History of Invention, karangan Egon Larsen yang diterjemahkan oleh Mohammad Ridwan dkk, terbitan Djambata, Jakarta, 1981.

Materi Qur:an, Sains dan Teknologi seperti termaktub dalam buku Al-Qur:an wal "Ulumul "Ashriyah, karangan Prof Dr Syaikh Thanthawi Jauhari yang diterjemahkan oleh Drs Muhammadiyah Ja’far, terbitan al-Ikhlas, Surabaya, 1984.

Materi Falsafah Pendidikan Islam seperti termaktub dalam buku Falsafat Tarbiyah al-Islamiyah, karangan Prof Dr Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany yang diterjemahkan oleh Dr Hasan Langgulung, terbitan Bulan Bintang, Jakarta, 1983

# Sebagai bahan rujukan barangkali dapat digunakan karya-karya tentang Sains dan Teknologi sejenis karya Ustadz Thanthawi Jauhari, Dr Maurice Bucaile.

Demikian diantara suara umat, suara hati ke hati, yang sempat direkam.



2 Semua bidang studi dimanfa’atkan sebagai media untuk menanmkan agama ke dalam jiwa

Ilmu-ilmu terpecah-pecah atas beberapa pecahan, diantaranya : Ilmu Agama (Tafsir, Hadits, Musthalah, Fiqih, Ushul, Tauhid), Ilmu Bahasa (Nahwu, Sharaf, Bayan, Ma’ani, Badi’, ‘Arudh), Ilmu Teoritis : Ilmu Ke-Tuhanan (Theologi, Metafisika), Ilmu Mantik (Logika, Rethorika), Ilmu Pasti (Arithmatika, Matematika, Mekanika), Ilmu Pengetahauan Alam (Fisika, Kimia, Biologi, Geologi, Astronomi), Ilmu Pengetahuan Manusia (Anthropologi, Sosiologi, Psikologi), Ilmu Praktis (Pengobatan, Pertanian, Pertukangan, Perdagangan, Pergaulan, kesenian, Olahragaa, Kemiliteran).

Ilmu Teoritis dan Ilmu Praktis termasuk ke dalam Ilmu Umum (Ilmu "Ashari, Ilmu Dunia).

Sesungguhnya takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah ulama (orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah. (QS Fathir 35:28)

Orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (QS Ali Imran 3:191, Hud 11:120)

Islam dimusuhi dengan caraa-cara baru melalui brosur-brosur, film-film agama, kunjungan dari rumah ke rumah, drama-drama radio dan televisi (Sanggar Prativi ?), lagu-lagu qasidah modern (Fantastique Group ?), novel-novel (Marga T ?), komik-komik (Zaldy ?).

Di antara tujuan pendidikan adalah : meningkatkan ketaqwaan, mempertinggi akhlak, memperkuat kepribadian. Tujuan tersebut diikhtiarkan mencapainya melalui masing-masing bidang studi. Masalahnya :

# Bagaimana caranya menyajikan Matematika agar lebih akrab dengan khazanah, suasana Islam ?

# Bagaimana caranya menyajikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar lebih yakin akan Keagungan dan Kemahakuasaan Allah, pencipta alam semesta ?

# Bagaimana caranya menyajikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) agar lebih bergairah berperan menunaikan amanah amar makruf, nahi munkar ?

# Bagaiamana caranya menyajikan Pendidikan Kewarganegaraan agar lebih tunduk kepada Hukum Ilahi ?

# Bagaimana caranya menyajikan Pelajaran Bahasa Asing agar lebih peka menangkis ajaran-ajaran yang memusuhi Islam ?

# Bagaiamana caranya menyajikan Pendidikan Jasmani agar lebih peka menghadapi pihak-pihak yang memusuhi Islam ?

# Bagaimana caranya menyajikan Pendidikan Kesenian agar lebih akrab dengan khazanah, suasana Islam, dan lebih percaya diri ?

# Bagaimana caranya menyajikan Pendidikan Ketrampilan agar lebih akrab dengan mata-usaha yang berpedoman kepada petunjuk-petunjuk Islam, dan lebih kreatip ?

Pada masa kebangkitan dan kemajauan dalam bidang ilmiah dalam dunia Islam, filsafat merupakan senjata yang ampuh bagi musuh-musuh Islam untuk menyerang Islam. Tampak pengaruh orang-orang bekas penganut-penganut agama Yahudi, Nasrani, Majusi dan bermacam-macam agama lain, yang telah memeluk Islam. Mereka menyerang Islam dengan memasukkan keragu-raguan ke dalam agama Islam dengan bersenjatakan filsafat dan logika Yunani.

Kaum Mu’tazilah menyelami filsafat untuk mempertahankan agama Islam, meskipun banyak di antara mereka itu memakai senjata tersebut untuk menikam diri sendiri. Mereka menerima aspirasi dari filsafat Yunani, tanpa rasa rendah diri. Pengaruh Yunani pada peradaban Islam terbatas pada pengetahuan dan filsafat.

Aspek peradaban Yunani yang menjijikkan buat Islam, mereka tolak, seperti penyembahan berhala, kontes atletik dan sport, lukisan dan ukiran telanjang, musik, drama, seni, organiasi, politik, ekonomi dan sosial.

Kaum Mu’tazilah memakai filsafat sebagai senjata untuk mempertahankan Islam terhadap serangan dan tantangan musuh-musuh Islam. Mereka mengadakan konfrontasi ilmiah untuk mempertahankan akidah Islam. Mereka bergerak membela akidah, memelihara sunnah dan menangkis bid’ah, meskipun ada yang memandangnya tidak banyak diandalkan.

Pada satu dua abad yang lalu, perbedaan antara keterbelakangan materi orang Muslim dengan enersi yang mengagumkan dan hasil nyata Eropah, sudah sangat menyolok. Kaum modernis sangat mengagumi peradaban Barat (Eropah). Mereka menaruh penilaian yang tinggi terhadap nilai-nilai Barat. Mereka menggambarkan, bahwa peradaban Barat itu jauh lebih tinggi dan unggul dari Islam dan perdabannya dalam segala hal. Mereka memandang, bahwa menampilkan apa-apa yang berbau Islam dalam lingkungan hidup modern sekarang ini adalah semacam ketololan yang menimbulkan ejekan dan hinaan. Mereka kagum terhadap keunggulan ilmu-ilmu fisika, dan juga ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh filsafat Barat.

Mereka berpendapat, jika orang Muslim dapat menelan ilmu pengetahuan melalui pendidikan modern, maka orang-orang Muslim akan menjadi sama kuatnya, sama progresifnya, dan sama kayanya. Mereka yakin sekali, bahwa ini merupakan jalan yang benar ke pada arah kelangsungan Islam dalam panggilannya ke pada manusia modern.

Mereka berkeyakinan, bahwa pendidikan dan sains Barat modern adalah kunci kemakmuran dan kejayaan. Kaum Muslimin mundur dalam kemajuan duniawi karena tidak mempelajari sains Barat modern. Rasa rendah diri yang diakibatkan oleh penyerahan diri terhadap kekuasaan penjajah, menggiring mereka memungut kebudayaan dan pandangan hidup materialistik, yang diarahkan demi kegunaan dan keuntungan.

Mereka memandang perlu menggalakkan usaha-usaha pengembangan sistim pendidikan baru (Barat modern) ke seluruh pelosok. Pandangan mereka ini diterima tanpa kritis. Mereka berusaha memadukan Islam dengan kehidupan modern. Mereka bermaksud menafsirkan syari’at Islam (fikih dan hukum-hukum syara’) menurut tafsiran yang sesuai dengan generasi baru dan peradaban modern, dengan suatu cara yang bebas dari pengaruh penafsiran klassik (salaf).

Mereka menyerang sistim pengajaran tradisional yang tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan modern. Usaha mereka ini telah membuka pintu pembaratan (westernisasi) bagi generasi berikutnya.

Anjuran supaya Ilmu Umum diajarkan di Madrasah, di Minangkabau sudah mulai sejak tahun 1911 dan sudah dilaksanakan sejak tahun 1931. Sebab musabanya ialah karena Ilmu Umum itu dipandang penting untuk kemajuan hidup duniawi. Dalam majalah Al-Munir (yang terbit di Padang mulai tahun 1911) murid-murid surau (pesantren) dianjurkan supaya mepelajari Ilmu Umum dan bahasa Barat (Eropah).

Pendidikan Islam yang mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja dan papan tulis ialah seklah Adabiah (Adabiah School) di Padang, yaitu madrasah (sekolah agama) yang pertama di Tanah Air yang didirikan tahun 1901 oleh Syaikh Abdullah Ahmad. Pembahsan dan penyelidikan soal-soal agama secara mendalam sudah mulaia di Minangkabau sejak tahun 1918.

Yang mula-mula melakukan pendidikan Islam untuk masyarakat umum dengan tabligh, pidato, khutbah, ialah Syekh Muhammad Jamil Jambek, kira-kira tahun 1911. Syekh M Thaib Umar adalah yang mula-mula mengarang kitab khutbah Jum’at dan Hari Raya dalam bahasa Melayu yang dicetak dan disiarkan di seluruh Minangkabau, kira-kira tahaun 1918. Khutah Jum’at dalam bahasa Melayu yang pertama dilakukan adalah di Lantai Batu, Batu Sangkar, Minangkabau, kira-kira tahun 1918.

Pada tahun 1920 di Minangkabau sudah tersebar 5 (lima) majalah Islam yang diusahakan oleh Sumatera Thawalib : Al-Munir (Padang), Al-Bayan (Parabek, Bukittinggi), Al-Imam (Padang Japang, Padang Panjang), Al-Basyir (Sungayang, Batu Sangkar) dan Al-Itqan (Maninjau, Bukittinggi).

Upaya pelaksanaan anjuran pengajaran Ilmu Umum di Madrasah dilakukan dengan menyerapnya secara utuh, dan lupa menyesuaikannya (mengadaptasinya) dengan semangat, suasana, lingkungan Madrasah. Tujuan umum masing-masing Ilmu Umum hendaknya mengacu pada tujuan Ilmu Agama yang sejalan.

Tujuan umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hendaknya sejalan dengan tujuan Ilmu Tauhid, yaitu agar tumbuh rasa kagum akan Ke-mahakuasaaan Pencipta alam semesta, dan ciptaannya. Ya Tuhan kami, bukanlah Engkau jadikan ini dengan percuma (sia-sia). (QS Ali Imran 3:191).

Tujuan umum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hendaknya sejalan dengan tujuan umum Ilmu Tarikh, yaitu memperkokoh keimanan dan keyakinan. (QS Hud 11:120)

Tujuan umum Ilmu Bahasa untuk dapat membela agama dari serangan musuh-musuh agama. Barangsiapa yang mempelajari bahasa sesuatu kaum, maka ia akan selamat dari tipu daya merekaa. Ilmu Bahasa diajarkan sebagai sarana pertolongan untuk mengetahui tipu daya dan politik licik musuh-musuh agama, yang tertuang dalam bahasa mereka.

Tujuan Pendidikan Jasmani secara umum adalah untuk memelihara, menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh, serta membela diri dan kehormatan agama. Silat (cabang Seni Beladiri), Kasidahan (cabang Kesenian), Bertani, Berternak, Bertukang diajarkan sebagai bidang studi extra kurikuler.

Materi Ilmu Umum hendaknya disajikan berdasarkan pada tujuan umum yang sejalan dengan tujuan umum Ilmu Agama, merupakan tnash-nash agama yang berhubungan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang jagat raya (alam semesta).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang sosial kemasyarakatan.

Bahan bacaan untuk Ilmu Bahasa sebagian dipungut dari karya orientalis.

Contoh-contoh soal hitungan untuk Matematika diambilkan dari alat peraga yang berindikasi identitas Islam, seperti masjid, menara, sajadah, mukenah, songkok, sarung, faraidh, zakat, hisab, nisab, hilal, imsak, kiblat, dan sama sekali bersih dari bunga (rente).

Di samping itu juga diperkenalkan dengan sarjana-sarjana Matematika Muslim dan sumbangannya terhadap Matematika

Untuk semua ini, sebagai bahan acuannya dapat digunakan kitab Tafsir Thanthawi Jauhari. Kitab Tafsir Thanthawi Jauhari ini diolah ke dalam beberapa buku bidang studi : Geografi, Antropologi, Fisika, Biologi, Kosmografi, dan seterusnya (Jilid 10, hlm 70, 92, 120, Thariq al-Ittihad). Kitab Tafsir Thanthawi Jauhari merupakan manifestasi hasil-usaha seorang Muslim untuk menggali isi kandungan al-Qur:an, sesuai dengan ilmu dan keahliannya, yang banyak menitik beratkan uraiannya dalam ilmu alam dan biologi.

Pengajaran Ilmu Agama hendaknya dapat menumbuhkan akhlak mahmudah, moral esensial, sikap mental positip, serta menjauhkan akhlak madzmumah, moral artifisial, sikap mental neatip.

Pendidikan Ibadat (Shalat, Shaum, Zakat, Haji) hendaknya dapat menumbuhkan sikap mentalkhalifah fil ardh, sikap mental inventor, bukan hanya sekedar sikap mental operator, apalagi bukan sikap mental imitator.

Pendidikan Moral Islam cukup sudah untuk menumbuhkan sikap mental kreatip, tanpa perlu lagi berpaling ke pada moral lain, baik yang berasal dari dalam maupun luar tanah air.

Natijah dari semua itu adalah sebagai berikut :

# Pengertian Ilmu Agama secara definitip masih samar.

# Kaum Mu’tazilah mengutip filsafat dan logika Yunani untuk membela akidah, memelihara sunnah dan menangkis bid’ah.

# Kaum Modernis menjiplak pendidikan dan budaya modern untuk menyaingi kemajuan duniawi Barat.

# Ilmu untuk hidup. Hidup untuk amal. Tujuan akhir Ilmu adalah untuk amal (ibadah ke pada Yang Maha ‘Alim).

# Ilmu Agama hendaknya disenyawakan (compounded) dengan Ilmu Umum, bukan hanya sekedar dicampurkan (combined).

#Teori ilmiah senantiasa berkembang. Kitab Tafsir Thanthawi Jauhari masih segar untuk acuan (rujukan) buku-buku Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).



3 Memadukan "Islam Pedoman Hidup Yang Lengkap" ke dalam buku pelajaran IPA/IPS (pasti-alam/sosial-budaya)

Catatan berikut bukanlah dari kalangan guru atau pendidik, apalagi ilmuwan, tapi hanyalah dari kalangan yang peduli akan pendidikan. Diharapkan kiranya pada suatu ketika nanti, ada yang berkesempatan merintis menyelenggarakan suatu sekolah/perguruana yang berco9rak Islamai secara terpadu (integrated), tak terpisah antara pengetahuan agama dari pengetahuan umum (Sekolah Umum plus pengetahuan agama).

Usaha perintisan ini tentu saja dimulai dari bawah, yaitu dari Sekolah Dasar (SD), sebagai dasarnyaaaaaaaaa. Dalam hal ini diharapkan beberapa pokok masalah berkenaan dengan SD Islami terpadu tersebut sebagai berikut :

Maksud dan tujuan :

# SD tersebut dimaksudkana agar para lulusannya memiliki kesiapan dan kemampuan untuk melanjutkan pelajarannya pada sekolah lanjutan, yaitu sekolah yang lebih tinggi.

# Anak didik yang tak berhasil memasuki sekolah lanjutan, dipersiapkan memiliki sekurangnya salah satu cabang ketrampilan atau keprigilan, sehingga memiliki bekal untuk terjun ke dalam masyarakat dan dunia kerja.

# Anak yang selesai mengikuti pendidikannya, diharapkan sudah memiliki kemampuan untuk melaksanakan ibadah seperti : shalat wajib, puasa wajib, amal zikir sehari-hari.

# Anak dsdik diharapkan sudah dapat memiliki akidah keyakinan yang memadai sebagai dasar pedoman memahami dan menghadapi hidup dan kehidupan.

Bahan pelajaran/kurikulum :

# Materi pelajarannya disesuaikan sekurang-kurangnya minimal menyamai kurikulum SD Umum.

# Pelajaran agama tidak dipisahkan secara mutlak dari pelajaran umum, tetapi sebaliknya pelajaran umum tersebut diolah kembali dulu (direvisi) dengan menggunakan pedoman pokoknya pelajaran agama, dan baru kemudian hasil olahan tersebutr disajikan ke pada anak didik.

# Pelajaran IPA direvisi (diproses) dengan pelajaran tauhid, sehingga pelajaran IPA dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan roh akidah, roh tauhid, roh iman.

# Pelajaran IPS direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, pelajaran tarikh, kisah, riwayat, ibarat, sehingga pelajaran IPS juga dapat digunakana sebagai sarana untuk membentuk akhlak karimah, budi luhur mulia, menumbuhkan ruh jihad dan ruh ijtihad.

# Pelajaran Matematika direvisi (diproses) dengan roh agama, nafas agama, jiwa agama, sehingga dapat tumbuh rasa kebanggaan akan hasil usaha, ciptaan, penemuan para ilmuwan Muslim dulu, serta mengenalkan alat peraga yang bernafas Islam, seperti sajadah, mushalla, mihrab, mesjid, menara, kullah, kolam, sawah, ternak, kiblat, mukenah, dan lain-lain disamping segitiga, segiempat, bujursangkar, trapesium, kubus, kerucut, dan lain-lain. Juga mengenalkan hitungan yang bernafaskan agama seperti zakat, fitrah, nisab, hisab, raka’at, dan lain-lain, serta menjauhkan dari hitungan yang di luar agama, seperti : bunga, rente, dan lain-lain.

# Pelajaran bahasa direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, dan tarikh yang membangkitkan kecintaan ke pada Rasul dan agama dan menumbuhkan keinginan untuk meneladani tingkah rasul, yaitu dengan menyajikan bacaan dan contoh-contoh kalimat yang berjiwa agama.

# Pelajaran agama ditekankan pada kemampuan membaca al-Qur:an dan dapat pula memaahami bebeapa ayat al-Qur:an dan beberapa Hadits. Makna ayat-ayat al-Qur:an dan Hadits ini dapat pula dipelajari dan dipahaminya pada pelajaran IPA dan IPS. Di samping itu pelajaran ibadah praktis berkenaan dengan kaifiat shalat, puasa, dzikir yang bersumber dari nash yang shahih.

# Pelajaran kesenian dan olehraga hendaklah disesuaikan dengan kemauan dan kehendak agama.

# Pelajaran ketrampilan/keprigilan diberikan sebagai pelajaran pilihan wajib (fakultatif) di antara berbagai macam ketrampilan seperti : bertukang (tukang batu, tukang mebel), berkebun, berternak (ternak ayam, ternak bebek), memasak, menjahit, sablon, bengkel (sepeda, elektronika), dan lain-lain yang dapat dimanfa’atkannya bila ia tak sanggup melanjutkan sekolahnya, dan di samping itu hasil prakteknya dapat pula dihimpun sebagai dana sekolah/perguruan.

Dana/biaya :

# Dana diusahakan dengan menghimpunnya dari para umat Islam sendiri baik yang kaya mapun yang sederhana (fis sharra wad dharra) sesuai dengan kemampuan dan keikhlasannya, baik yang berupa donatur tetap maupun yang berupa dermawan insidentil, maupun berupa infak, shadakah, zakat, wakaf, derma, sumbangan dari umat Islam.

# Uang sekolah dari anak didik, yang disesuaikan dengan kemampuan orangtuanya, dan diusahakan seminimal mungkin.

# Hasil penjualan dan hasiul kegiatan praktek anak didik pada pelajaran ketrampilan.

Peralatan/perlengkapan :

# Semua biaya peralatan dan perlengkapan disesuaikan dengan dana yang ada.

# Selain gedung dan mebel, diperlukan perlengkapan untuk praktek pelajaran ketrampilan (pra karya), laboratorium, juga perpustakaan untuk menunjang pelajaran formal.




1

Sekitar Pendidikan (4-9)

4 Extra kurikuler

Pendidikan terpadu dapat berupa perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan agama ( yang objek kajiannya ajaran Islam) sebagai kurikulum inti plus pengetahuan umum (yang objek kajiannya pemenuhan kebutuhan duniawi) sebagai kurikulum penunjang (extra kurikuler.

Dan dapat pula berupa perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengetahuan agama sebagai kurikulum penunjang (Sekolah Umum plus pengetahuan agama).

Kurikulum penunjang terdiri dari mata pelajaran (bidang studi) pilihan (fakultatif) dan sarana penunjang.

Pada madrasah (pondok pesantren) Thawalib/Diniyah di Padang Panjang pada masa madrasah berkelas (dengan sistim perguruan) sekitar tahun duapuluhan (1910-1930), sebagai kurikulum inti diajarkan hanya Pengetahuan Agama 9terdiri dari dua belas macam Ilmu Agama, termasuk bahasa Arab sebagai mata pelajaran penunjang).

Keduabelas macam Ilmu Agama tersebut (beserta buku yang dipakai) adalah sebagai berikut :

# Fiqhi/Hukum Islam (Matan Taqrib, Fathul Qarib, Muhazzab, Bidayatul Mujtahid).

# Ushul Fiqhi/Ilmu Asas Hukum (Matan Waraqat, Syarah Waraqat, Jam’ul Jawami’).

# Tauhid/Ilahiyat (Matan Sanusi, Syarah Sanusi, Umul Barahin, Risalatut Tauihid).

# Tafsir (Jalalain, Baidhawi, Muhammad ‘Abduh/Rasyid Ridha).

# Hadits (Arba’in, Jawahirul Bukhari, Shahih Bukhari/Muslim).

# Musthalah Hadits (Matan Baiquniah, Syarah Baiquniah).

# Mantiq/Ilmu Tatapikir (Matan Sulam, Syarah Sulam),

# Balaghah/Ilmu Seni Sastra Arab (Ma’ani, Bayan, Badi’) (Jauhar Maknun, Talkhis).

# Sharaf (Matan Bina, Kailani, Taftzani, Ibnu ‘Aqil),

Nahwu (Tatabahasa Arab) (Matan Ajrumiah, Mukhtashar, Syekh Khalid, Azhari, Qatrun Nada).

Di samping buku tersebut di atas, pada madrasah Tarbiyah di Candung Bukittinggi diajarkan pula buku/kitab : Inayat-al-Thalibin, al-mahalli (untuk Fiqhi), Ihyaa Ulumud-Din (untuk Tasauf/Ilmu Kerohanian).

Sebagai kurikulum dan sarana penunjang (ekstra kurikuler) pada Madrasah Thawalib/Diniyah disediakan pula :

# Kursus Bahasa Asing (Belanda, Inggeris, Perancis, Jerman) menurut pilihan/selera masing-masing.

# Taman Bacaan yang memiliki koleksi : buku pengetahuan agama dan umum, majalah seperti : Fikiran Rakyat, Soeloeh Indonesia Moeda, Daulat Rakyat, Benih Indonesia, Nationale Comentaten, Peninjauan, Abad ke-XX, koran/harian seperti : Fajar Asia, Oetoesan Indonesia, Bintang Timoer, Pewarta Deli, Keng Po, Sin Po, Sin Tik Po.

# Organisasi pelajar (semacam OSIS) dengan kegiatan minggu : latihan muhadharah (belajar berpidato), pembacaan terjemah karya sastra asing, bimbingan belajar seperti : seni musik, seni lukis, jahit-menjahit, sulam-menyulam.

# Pendidikan kepanduan (biangnya kepramukaqn) yang sesewaktu melakukan perkemahan/camping.

Kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler seperti tersebut di atas membuat pelajar dan lulusan/alumni Madrasah Thawalib/.Diniyah bersikap lebih maju )progressif), wawasan politiknya lebih luas (militant), lebih banyak terlibat dalam kegiatan politik praktis menuntut kemerdekaan Indonesia. Juga mereka dapat kenal dengan karya-karya pujangga perancis, Inggeris seperti Gustave Flauber, Honore Balzac, Cone Dayle, Charles Dicken.

Dewasa ini ada terdapat kecenderungan perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengetahuan agama sebagai kurikulum penunjang, sebagaimana terlihat pada Kegiatan Keluarga Remaja Islam Salman (Karisma) di ITB Bandung setiap pagi Minggu.

Sebagai kurikulum penunjang untuk pelajar sekolah umum (SLTP/SMU) diberikan Materi Mentoring mingguan, antara lain : membaca al-Qur:an, Pengertian Islam, al-Qur:an Pedoman hidup, Islam dan Sunnatullah, Sunnah dan Ijtihad, Akhlak Muslim, Akhlak Terpuji, Akhlak Tercela, Ibadah Praktis, Shalat, Puasa, Zakat, Islam dan Perspektif Sejarah, Pribadi Muslim, Kepemimpinan, Ibu-Ayah-Anak serta hubungannya, Pendidikan sepanjang hayat, Tugas Khilafah, Pengertian Dakwah, Jejak Risalah, Do’a Inti Ibadah, Masalah Islam, Kisah-kisah uswah, Teladan Muslimah, Adab dalam Islam, Khulafaur-Rasyidin, Shahabat-shahabat Rasulullah, Mujahid dan Mujtahid, Tauhid, Membina Masjid.

Di samping itu diberikan pula bimbingan belajar : Matematika, IPA, IPS, Bahasa, Ketrampilan : Kelistrikan/montir, Percetakan/grafika, muballigh/mujadalah/muhadharah, Kesenian : angklung/drumband, Olahraga : senam massaaal (senam berirama), seni beladiri, serta Pelayanan Sosial : kunjungan sosial, santunan sosial, bimbingan keluarga, pelayaanan kesehatan/klinik, dan dilengkapi pula dengan : Pelayanan buku (perpustakaan), Pelayanan penerbitan (materi pengajian), kebendaharaan : dana/baitulmal, koperasi remaja (warung pelajar).

Pondok Modern dan Madrasah masa kini merupakan perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan agama dan pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengajaran ketrampilan sebagai kurikulum penunjang, yang barangkali dapat disebut sebagai Pondok Kewirastaan seperti yang pernah dirintis di Kandang Ampek Kayu Tanam (termasuk wilayah INS Mohammad Syafi’I sebelum masa Kemerdekaan).

Di saming upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ada kecenderungan sementara para ahli untuk menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk menerangkan ide, cita, kehendak, keingingan, kemauan ajaran Islam.

Ada yang menggunakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA, Sains, Fisika, Biologi), Ilmu Kesehatan dan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Hukum, Militer, Paedagogik) untuk meneropong, memahami ide ajaran Islam.

Muncullah karya-karya ilmiyah yang cukup baik sebagai konsumsi ekstra kurikuler bagi madrasah Islam dan sekolah umum.

5. Memadukan Islam dan Kurikulum

Memadukan "Islam Pedoman Hidup Yang Lengkap" ke dalam buku pelajaran IPA/IPS (Pasti/Sosial-Budaya).

Semua bidang studi dimanfa’atkan sebagai media (sarana) untuk menanamkan/memperkokoh/memperkuat akidah Isslam ke dalam jiwa.

Karena Islam itu merupakan segala-galanya, maka yang penting adalah mengintegrasikan pendidikan agama ke dalam semua bidang studi (Dr H Aminuddin Rasyad, dkk : "Pengabdian Dalam Bidang Pendidikan", SESOSOK PENGAbdi, yabm, Jakarta, 1990, hlm 59).

Secara terus menerus perlu dicarikan metoda yang paling baik untuk :

# mengajarkan materi pokok (aqidah, ibadah, akhlaq, al-Qur:an, hadits, tarikh).

# memasukkan Ilmu-ilmu Islam lewat materi penunjang (Matematika, Fisika, Biologi, IPS dan IPA).

# mengislamkan materi kreatif (Seni, Olahraga/bermain dan budaya). (Moh Amin Masrur, SIP, Dunia Main)

Lahirlah metoda Iqra (Yogya), metoda Qirati (Semarang), metoda Barqy (Surabaya) sebagai alternatif metoda belajar al-Qur:an (Tabloid JUM’AT, No.36, Tahun II, 7-20 Muharram 1412H, hlm VII).

Pendidik Muslim hendaknya memadukan, menyatukan, menggabungkan (baik secara formal maupun informal) kurikulum (pengetahuan umum) dan dasar keislaman (al-Qur:an, Hadits, pengetahuan agama Islam) dalam memantapkan dan mengokohkan akidah Islam dan kesadaran beribadah.

Pendidik Muslim hendaknya menggabungkan, menyatukan kurikulum pelajaran dengan kehidupan seorang Muslim dalam pembentukan pola pikir dan kepribadian yang Islami.

Guru Sejarah/Tarikh hendakanya juga menjelaskan bahwa bagi Allah ada sunnah-kauniyah atau sunnah alam yang tetap beredar dan berjalan atas umat maupun individu.

Guru Sejarah hendaknya juga memberitahukan bahwa kemajuan dan kemunduran ummat adalah mengikuti sunnatullah.

"Bagi tiap-tiap ummat ada ajal" (Tarjamah QS Yunus 10:49, A’raf 7:34).

Pelajaran IPS direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, tarikh, kisah, riwayat, ibarat, sehingga pelajaran IPS juga dapat digunakan sebagai sarana untuk membentuk akhlak karimah, budi luhur mulia, menumbuhkan ruh jihad dan ruh ijtihad.

Pelajaran IPS disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang sosial kemasyarakatan.

Pelajaran IPS hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang dikandung dalam kitab akhlak.

Guru Geografi, Geologi, Geofisika, Kosmografi hendaknya mengajarkan bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah, Maha Pencipta, Maha Pengatur, Maha Penguasa, Maha Bijaksana, Maha Tahu, berupaya memberikan rangsangan untuk tertarik memikirkan, merenungkan kejadian alam ini sebagai ciptaan Allah.

Guru Fisika, Kimia, Biologi hendaknya memanfa’atkan penemuan ilmiah untuk memantapkan kepercayaan, keyakinan akan kemahaesaan, kemahabijakan, kemahakuasaan Allah swt, merujuk ke pada ayat al-Qur:an yang berhubungan dengan itu.

Pelajaran IPA direvisi (diproses) dengan pelajaran tauhid, sehingga pelajaran IPA dapat digunakan sebagai sarana untuk menanmkan roh akidah, rah tauhid, roh iman.

Pelajaran IPA disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang jagat raya (alam semesta).

Pelajaran IPA hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kita tauhid.

Teori evolusi Darwin, teori generatio spontanea (dalam bidang studi Biologi), teori relativitas ( dalam bidang studi Fisika Kwantum) misalnya pertlu dikonfrontir dengan Islam tentang validitasnya.

Teori yasfikud-dima, teori homo homini lupus, teori exploitation de l’home par l’home, yang lemah mangsa yang kuat, teori seleksi alam perlu diluruskan.

Guru Matematika hendaknya menjelaskan dengan contoh-contoh yang islami, seperti menjelaskan hitungan bilangan dengan contoh-contoh : Hisab, hitungan zakat, hitungan warisan (faraidh), menjelaskan cara penulisan skema, grafik, statistik dengan menjelaskan skema zakat, warisan, statistik jema’ah haji, statistik penduduk negara-negara Islam. Masalah-masalah hitungan matematika hendaknya dikaitkan dengan pikiran yang Islami.

Teori rente (dalam bidang studi Matematika dan Ekonomi) perlu dikonfrontir dengan Islam tentang ke-validitasannya.

Pelajaran matematika direvisi (diproses) dengan roh agama, nafas agama, jiwa agama, sehingga dapat timbul rasa akebanggaan akan hasil usaha, ciptaan, penemuan para ilmuwan muslim dulu, serta mengenalkan alat peraga yang bernafas Islam, seperti sajdah, mushalla, mihrab, masjid, menara, kullah, kolam, sawah, ternak, kiblat, mukenah, dan lain-lain, di samping segitiga, segiempat, bujur sangkar, trapesium, kubus, kerucvut, dan lain-lain. Juga mengenalkan hitungan yang bernafaskan Islam, seperti zakat, fitrah, nisab, hisab, raka’at, dan lain-lain, serta menjauhkan dari hitungan yang di luar agama, seperti : bunga, rentge, dan lain-lain.

Contoh-contoh untuk Matematika diambil dari alat peraga yang berindikasi identitas Islam, seperti masjid, menara, sajadah, mukenah, songkok, sarung, faraidh, zakat, hisab, nisab, hilal, imsak, kiblat, dan sama sekali bersih dari bunga (rente).

Di samping itu juga diperkenalkan dengan sarjana-sarjana Matematika Muslim dan sumbangannya terhadap Matematika.

(Dalam hubungan sumbangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan, antara lain tertera pada "Contributions of Islamic Civilation to World Culture" dalam buku "Muhammad The Educator", karya Robert L Gullick, Jr, terbitan Institute Of Islamic Culture, Lahore, Pakistan, 1969 (third impression). Masih dalam hubungan ini, Muhammad Quthub dalam bukunya "Islam Kini dan Esok", terbitan Gema Insani Press, Jakarta, menyebutkan bahwa Ibnu Majid memperkenalkan peralatan-peralatan kebaharian kepada Fasco da Gama, dan bertindak sebagai pemandunya meneruskan perjalannya ke wilayah Indonesia. Juga menyebutkan bahwa orang pertama yang mengekspos kemungkinan pembuatan bom atom adalah seorang ilmuwan besar mesir yang Muslim Dr Musthafa Musyrifah, setelah mempelajari teori Einstein pada awal tahun 1930-an).

Guru Bahasa/Sastra hendaknya menyajikan materi bahsan yang berisi pemikiran yang islami.

Pelajaran bahasa direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, tarikh yang dapat membangkitkan kecintaan ke pada Rasul dan Islam, serta menumbuhkan keinginan untuk meneladani tingkah Rasul, yaitu dengan menyajikan bacaan dan contoh-contoh kalimat yang berjiwa Islam.

Guru Kesenian hendaknya menyajikan nyanyian yang bernafaskan Islam.

Pelajaran kesenian dan Olahraga hendaknya disesuaikan dengan kemauan dan kehendak Islam.

Pelajaran ketrampilan/keprigilan, Kesenian, Olahraga hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang tersimpan dalam kitab kuning.

Pendidikan Moral hendaknya dapat menumbuhkan sikap mewntal kreatip.

Di samping upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ada kecenderungan sementaraa para ahli untuk menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk meneroipong ide, cita, kehendak, keinginan, kemauan ajaran Islam.

Ada yang menggunakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA, Sains), Ilmu Kesehatan dan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Hukum, Militer, Paedagogik) untuk meneropong, memahami ide ajaran Islam.

Penerbit buku-buku Islam hendaknya lebih banyak menerbitkan buku-buku karya ilmiah yang menggunakan IPA/ips UNTUK MEMAHAMI Islam, yang cukup baik sebagai konsumsi ekstra kurikuler bagi madrasah agama dan sekolah umum.



6. Bahan kajian

Apakah benar letak geografis mempunyai pengaruh terhadap tradisi, kebiasaan, adat, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik, watak kesatuan sosial, warna kulit, bentuk tubuh, kecenderungan, aaktivitas, akhlak, seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun (1332-1406) di dalam Muqaddimah Kitab Al-I’barnya hlm 275-344 ?

Ibnu Khaldun stressed the influence of climate and the important bearing of the natural landscape in moulding civilisation and in determining physical, mental, and the moral characteristics. He pointed out that persons living near the equator are dark-skinned because of the intensity of the sun’s rays. He accounted for the cheerful, carefree, exuherant character of the negroes on the basis of the high temperature of the country. He found the inhabitants of the temperate zones conspicuous for intelectual and physical endowments, the prophets and thinkers arose in these middle zones where dwell the Arabs, Persians, Romans, Greeks, Israelites, Indians and Chines (Robert L Gullick, Jr : "Muhammad The Educator", 1969, hlm 70, TM Usman El-Muhammady : "Islamic Sociologi", 1951, hlm 18).

Apakah benar letak bumi berpengaruh pada ihwal manusia, seperti diungkapkan Montesquieu (1689-1755) dalam "L’Espirit des Lois" (SUARA HIDAYATULLA, No.02/X/Juni 1997, hlm 12).

Apakah benar bahwa semua bangsa yang hidup di bawah bayangan udara hangat katulistiwa semuanya hidup serba malas-malasan. Sedangkan yang hidup di tanah berempat musim selalu bergiat dan kerja keras ? (KOMPAS, Senin, 31 Agustus 1992 : "Dari Primitif Ke Nonblok").

Apakah benar negeri-negeri beriklim panas (tropis) cenderung anarkis, sulit diatur, konvensional, semaraut, cupet (picik), emosional ? (Muhammad Qutub : "Islam Kini dan Esok", 1994, hlm 91).

Apakah benar, bahwa etos kerja sebagai tradisi yang dimiliki bangsa yang maju dibangkitkan dengan paksa oleh kondisi alam bermusim salju tempat mereka hidup? Untuk menangkis hawa dingin, musim salju, mereka memerlukan berlapis-lapis pakaian, perlu makan daging dan minum anggur untuk menghangatkan tubuh, perlu rumah berdinding tebal dan alat pemanas ruangan. Untuk memenuhi kebutuhan yang berat dan banyak itu mereka mesti bekerja keras dalam masa hanya enam bulan dalam satu tahun. Sehingga bekerja dan berpikir keras telah menjadi satu kebutuhan dalam kehidupan mereka.

Sebaliknya dengan bangsa Indonesia yang tinggal di bumi subur khatulistiwa, di mana orang dapat hidup dalam tradisi bersantai-santai, bahkan bermalas-mala karena tidak membutuhkan banyak keperluan hidup. Tanpa pakaian dan tidur di alam terbuka boleh saja. Bekerja di sawah ladang dapat dilakukan pada waktu sesuka hati, tak ada musim dingin. Di samping itu budaya tolong menolong lebih mendorong ke sikap saling memanjakan (AA Navis : "Strategi Pendidikan Nasiona", KOMPAS, Senin, 7 Agustus 1995, hlm 4, kol 5-9).

Apa benar budaya tolong menolong lebih mendorong ke sikap saling memanjakan ? Apa memang harus ditumbuhkan budaya individualistis ? Apakah kemiskinan mendorong untuk bekerja keras ataukah untuk bermalas-malas ?

Sejak kapan Eropah, Jepang, maju ? Sejak kapan mereka memiliki etos kerja ? Sebelum timbulnya revolusi industri di Eropah, apakah kondisi Eropah lebih maju dari negeri lain ? Sebelum timbulnya restorasi Meji di Jepang, apakah kondisi Jepang lebih baik dari negeri lain ?

Benarkah bangsa Indonesia ini bangsa pemalas, seperti yang ditiupkan oleh bangsa Barat, dan kemudian dimamah mentah-mentah oleh cendekiawan Indonesia sendiri ? Bagaimana dengan keadaan bangsa Eskimo, Indian, Negro, penghuni gurun Ghobi, Shara, Kalahari ? (Dalam hubungan ini patut juga dicatat bahwa orang Australia yang Protestan kebanyakan keturunan Inggeris, dan mereka umumnya kelas menengah. Sedangkan yang beragama Katolik adalah keturunan Irlandia sabagai pekerja-pekerja miskin. Simak KOMPAS, Minggu, 16 November 2000, hlm 4 : "John Winston Howard").

Kehadiran George Stephenson, apakah dapat sambutan hangat, ataukah dapat penolakan masyarakat pada awalnya ? Kehadiran Thomas Alva Edison apakah atas upaya/kehendak masyarakatnya ataukah semuanya itu hanya semata-mata kehendak Allah ? ( Dan kamu tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah Tuhan semesta alam. Simak QS at-Takwir 81:29. Man proposes. God disposes. Man does what he can, and God what He will).

Dalam Eropa Modern – menurut Ali Syari’ati yang dikutip Mukti Ali – teknisi-teknisi biasa saja dapat membawa kemajuan ilmiah, dan kebangkitan rakyat, sedangkan orang-orang genius menyebabkan kemadegan dan stagnasi. Kenapa ?

Genius Habibie, yang lulusan Perguruan Tinggi luar negeri (Achen Jerman, dengan predikat cum laude, yang puluhan tahun menekuni riset dan teknologi, namun saka sekali tak membawa kemajuan apa-apa bagi dunia pendidikan, termasuk IPTEK (meskipun sekedar rakitan pesawat terbang, tetap saja tertinggal dari dunia maju ?).

Muhammad Syafi’I yang bukan seorang genius, berhasil menciptakan bentuk pendidikan yang sama sekali baru (INS Kayutanam). Namun sayang, usahanya itu terpaksa terhensti sampai kini, karena terjadinya pergolakan daerah ( di Sumater Barat), dan belum ada yang tampil meneruskan usahanya itu.

Buku "Kisah Penemuan Dari Masa Ke Masa" oleh Egon Larsen, sama sekali tak mampu memotivasi kreativitas siswa dan mahasiswa Indonesia.

Apa benar tidak ada norma type ras coklat seperti yang ada pada bangsa-bangsa kulit putih dan kulit kuning, sehingga tidak terjadi suatu bentuk peradaban bangsa kulit coklat ? Apa benar perbedaan fisik merupakan indikasi perbedaan mental-spirituail, intelektuil, karakter ?

Apa benar sikap lahir menentukan sikap batin ? Apakah benar kemampuan rohaniah manusia bergantung pada sifat-sifat yang turun-temurun diwarisi dan betapapun juga pengaruh rangsangan alam sekitarnya, namun reaksi seseorang terhadap lingkungannya dibatasi dan ditentukan menurut potensinya pada saat kelhairan ? Seperti yang diprovokasikan oleh Lstoddard dalam "Dunia Baru Islam", 1966, hlm 105-107, 115, 138).

Perubahan yang diciptakan oleh industrialisasi, adalah begitu revolusioner, sehingga tideak ada bandingannya dalam sejarah kebudayaan manapun juga. Perubahan ini adalah teristimewa luar biasa, ungkap Emery Reves dalam "Anatomy of Peace" (ZA Ahmad : "Dasar-Dasar Ekonomi Dalam Islam", 1952, hlm 8).



7 Kenapa Indonesia tetap saja semakin tertinggal ?

Setiap orang, kumpulan (society), negara mengkonsumsi hasil produksi berbagai orang, kumpulan, negara. "We can not stand alone". Tak satu pun negara yang siap dengan "autarki". Setiap negara takut dengan "embargo dan blokade ekonomi", termasuk Indonesia. Bagaimana mengatasi kemelut ini (lingkaran setan) secasra realistis ? Dengan pendidikan ?

Sudah lelbih lima puluh tahun tumbuh marak berkembang beraneka ragam Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta, lengkap dengan perpustakaan dan laboratoriumnya, serta beraneka ragam lembaga riset, penelitian. Bahkan sudah ratusan ribu (jutaan barangkali ?) pakar dari berbagai disiplin ilmu, baik lulusan dalan negeri, maupun luar negeri. Namun Indonesia, tetap saja semakin tertinggal berpacu dengan negara maju, baik ekonomi, IPTEK, sarana militer. Di mana salahnya ?

Sebaliknya Jepang yang lebih lima puluh tahun yang lalu hancur berantakan, kini tampil di depan memimpin ekonomi, IPTEK sebagai negara maju. Kenapa bisa terjadi demikian ? Apa yang bisa dijadikan "kambing hitam" sebagai faktor penyebab Indonesia tetap saja semakin tertinggal dari negara maju ? Apa yang bisa dibanggakan Indonesia, baik pada masa Orla, maupun pada masa Orba ? (Bks 26-5-98)



8 Studi Islam

Sejak menerima wahyu pertama samapi terakhir, Nabi Muhammad, Rasulullah saw telah mengajarkan (mendakwahkan) Islam ke pada seluruh ummat manusia, secara sempurna, baik teoritis (ilmiah) mauapun praktis (amaliah), secara berurutan dari alif sampai ya, dari alfa sampai omega, dari a sampai zet. "Dan sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang besar (mulia)" (QS Qalm 68:4).

Sesuai dengan tuntutan zamannya, kini ummat Islam mengajarkan Islam pada angkatan berikutnya secara estafet melalui bangku pendidikan (sekolah, madrasah, pesantren). "Ajar didiklah putera-puterimu. Sesungguhnya mereka itu lahir untuk masa depan (masa mereka), bukan untuk masa kini 9masamu) (Yunan Nasoetion : "Mewariskan Semangat Pahlawan", BULLETIN DAKWAH, No.46, Th ke-XVII, Nopember 1990, hlm 4).

Untuk yang tidak sempat duduk di bangku pendidikan, Islam diajarkan melalui taklim/tarbiyah (bimbingan baca tulis Qur:an, Studi Islam dasar dan lanjutan, pertama dan atas) dengan silabus (kurikulum) tertentu untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk seperti kursus, mulai dari yang pokok (usul) sampai ke cabang (furu’). Jam polanya dan urutan gelombangnya/angkatannya ditata. "Pesan Rasulullah kepada Mu’adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman : Harus yang pertama anda ajarkan ke pada mereka tauhid dalam beribadat ke pada Allah. Bila mereka telah mengerti benar, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu tiap sehari semalam. Bila mereka telah mengerjakan itu, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan mereka mengeluarkan zakat untuk diberikan ke pada fakir miskin mereka (HR Bukhari, Muslim) (H Salim Bahreisy : "Tarjamah al-Lukluk wal-marjan", jilid I, hlm 9, No,11).

Da’i, muballigh, mufti (aparat dan peragat dakwah) bertugas untuk membaca, memahami situasi, kondisi masalah, persoalan ummat dalam semua sektor (ideologi, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, pengajaran, kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, hukum, pertahanan, keamanan, militer, dan lain-lain), dan selanjutnya menjelaskan, menguraikan (mengkhutbahkan, mendakwahkan, mentablighkan, memfatwakan) cara apenyelesaian, penanggulannya dalaam bentuk Amar-bil-Makruf, Nahi-anil-Munkar, yang akhirnya tumbuh berkembang dalam bentuk karya nyata (perbaikan masyarakat). "Da’i, muballigh, mufti bertugas menuntutn ummat bekerja demi keadilan, dengan bahasanya sesuai dengan zamannya, dan dengan bahasanya (solusinya) yang diajukannya sejalan dengan tuntutan nilai budaya masyarakat tempatnya berpijak (kebutuhan zamannya)" (Lukman Hakiem : "Perlunya Revolusi Intelektuil", SERIAL MEDIA DAKWAH, No.179, Mei 1989, hlm 57, ulasan buku Dr Ali Syari’ati : "Membangun Masa Depan Islam; Pesan untuk Para Intelektual Muslim")

"Rasulullah bersabda : Kami diperintah, supaya berbicara ke pada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing" (HR Muslim) (M Natsir : "Fiqhud Dakwah", Ramadhani, Semarang, 1984, hlm 162, PANJI MASYARAKAT, No.249, 15 Juni 1978, hlm 30).

Kuliah Subuh, baik di Radio, maupun di Televisi seyogianya berisi tuntunan yang sesuai dengan tuntutan/kebutuhan masa dan temapt (sesuai makan dan zaman).

Problem yang belum terselesaikan (mauquf) di tangan pemimpin (Penguasa Muslim) akan menjadi selesai (terpecahkan, tercairkan) dengan ilmunya para ulama (yang sekaligus berperan sebagai da’i, muballigh, mufti). Hukum yang belum terpecahkan di tangan qadhi (Penguasa Muslim) akan menjadi terpecahkan, terputuskan berdasarkan ilmunya (pendapat) para ulama (yang sekaligus berperan sebagai da’i, muballigh, mufti) (Abu Bakar Muhammad ibnul Husain bin Abdullah al-Ajiriy : "Budi Pekerti Ulama", terjemah Drs Aliy As’ad, Menara, Kudus, 1978, hlm 11). (Bks 11-11-92)



9 Dasar-dasar Ilmu Sosial (1)

Dalam sebuah artikel (tanpa nama penulis) dalam PANJI MASYARKAT, No.644 (20 April 1990) halaman 64-65 tercantum antara lain untaian kalimat : "Hilangnya kesadaran sosial ditunjukkan oleh tidak segera lahirnya suatu "teori sosial" yang bersumber pada ide kembali ke pada al-Qur:an dan Sunnah tersebut, kecuali jargon-jargon yang menghibur diri" (hlm 64).

Timbul pertanyaan, apakah memang demikian, dan apakah yang dimaksud dengan "teori sosial" ?

Di tempat lain tercantum : "Kembali kepada al-Qur:an dan Sunnah, secara teoritis mengharuskan peninjauan kembali seluruh produk pemikiran muslim sepanjang sejarah" (hlm 65).

Kembali muncul pertanyaan, apakah memang demikian ? Apakah memang jauh-jauh, memberatkan diri dengan peninjauan kembali seluruh produk pemikiran muslim sepanjang sejarah untuk kembali ke pada al-Qur:an dan Sunnah ? Apakah tidak cukup dengan hanya meninjau kembali rumusan prinsip-prinsip (kaidah-kaidah) Syari’at yang sudah tersedia ?

Alhamdulillah di antara para ulama di abad ini telah berupaya bersusah payah menyajikan teori sosial (politik, ekonomi, hukum, budaya) yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam. Di Indonesia yang menonjol H Zainal Abidin Ahmad, dengan buah karyanya antara lain : Negara Adil Makmur menurut Ibnu Sina, Konsepsi Negara Bermoral Menurut Imam al-Ghazali, Piagam Nabi Muhammad saw, Ilmu Politik Islam (5 jilid), Dasar-Dasar Ekonomi Islam.

Di Pakistan yang menonjol Abul A’la al-maududi, dengan buah karyanya antara lain : Hukum Islam dan Undang-Undang Dasar, Pandangan Hidup Islam, jihad dalam Islam, Khilafah dan Kerajaan, Dasar-Dasar Ekonomi dalam Islam.

Di Mesir yang menonjol Qutub bersaudara, dengan buah karyanya antara lain : Keadilan sosial dalam Islam (Sayid Quthub), Masyarakat Islam (Sayid Quthub), manusia antara Materialisme dan Islam (Muhammad Quthub), Salah Paham Terhadap Islam (Muhammad Quthub).

Pada awal keduabelas tampil al-Ghazali dengan buah karyanya : Ihya Ulumuddin (The Revivication of The Religious Sciences).

Pada awal abad keduapuluh tampil Muhammad Iqbal dengan buah karyanya : Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam (Reconstruction of Religious Thought in Islam).

Dalam "Kritik terhadap undang-undang ciptaan manusia", Abdul Qadir Audah menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Qur:an yang menjadi asas sistem sosial Islam (hlm 112-126).

Dalam "khilafah dan Kerajaan", Abul A’la al-Maududi menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Qur:an yang menjadi dasar pemerintahan (politik) dalam Islam (hlm 45-110).

Prof Syekh Thanthawi jauhari menghimpun ayat-ayat al-Qur;an mengenai Ilmu Pengetahuan Modern dalam bukunya "Al-Qur:an dan Ilmu Pengetahuan Modern".

Prof Dr OmaR Mohammad al-Tousy al-Syaibany dalam bukunya "Falsafah Pendidikan Islam" menghimpun ayat-ayat al-Qur:an tentang prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap jagat raya, manusia, masyarakat, dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar teori pengetahuan pada pemikiran Islam serta Falsafah Akhlak dalam Islam (hlm 55-316).

# (Epistemologi adalah ilmu tentang pengetahuan, ilmu yang memeriksa asal-asal, asas-asas dan syarat pengetahuan, yang menentukan batas-batyas, alat dan cara yang sebaiknya dipakai oleh ilmu pengetahuan).

Yang menjadi persoalan : Bagaimana cara ilmu memahami wahyu (baik dalam hal observasi, kalssifikasi, sistematisasi, generalisasi, informasi, konklusi) ?

Bagaimana metoda deduksinya (dari kaidah umum ke kasus khusus) ?

Bagaimana memahami muncul dan musnahnya generasi masa kini (lokal, regional) setelah Rasul tiada lagi ?

Ajaran Islam (tentang sikap mental) yang bagaimana yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat industri (masyarakat modern) ? Apakah yang berorientasi masa depan (ukhrawi, pahala, immateri) ataukah yang berorientasi masa kini (duniawi, materi) ?

Mana pula ajaran Islam yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat neo-feodalisme (yang lebih paternalistik dari patrimonial, yang lebih menonjolkan bapak angkat dari anak angkat, yang lebih menonjolkan siapa (person, figure) dari apa (problem, theme) ?

Bagaimana cara ilmu memahami hubungan antara dosa dan binasa ?

Bagaimana merumuskan konsepsi kesosialan dalam Islam : Keadilan, Kkejujuran (Amanah), Kepedulian Sosial (wasiat, nasehat), Kesetiakawanan Sosial (ta’awun, mu’awanah), Kelapangan dada (tasamuh), Kebersamaan (jama’ah, Ummat), Kesatuan (Ukhuwah), Kekeluargaan (Usrah), dan lain-lain.

Pihak Vatikan yang menjadi pusat agama Katholik bahkan memberikan sikap mengecam terhadap "The Satanic Verses". Dalam editorial yang ditulis oleh surat kabar resmi Vatikan L’OSSERVATORE ROMANO mengungkapkan "orang yang menerima iman Katholik harus menyesalkan ketidaksopanan dan penghujatan yang tertulis dalam The Satanic Verses" (SUARA MASJID, Jakarta, No.175, April 1989, hlm 8, Arah Kita : "Mendewakan akal, mengabaikan wahyu").

1