Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Tuesday, September 09, 2008

Menggugat kemerdekaan

Pada masa penjajahan, masa colonial, manusia terkungkung, terkurung oleh penindasan, penyiksaan, penderitaan, kerja paksa, iyurana paksa, budaya diam. Perjuangan, pergolakan, pemberontakan berupaya melepaskan, membebaskan diri dari semua kungkungan, belenggu tersebut.

Pada masa kemerdekaan, seharusnya (das Sollen) semua manusia bebas dari penindasan, bebas dari penyiksaan, bebas dari penderitaan, bebas dari kerja paksa, bebas dari iyuran paksa, bebas dari budaya diam.

Namun kenyataannya, realitasnya (das Sein) hanya segelintir manusia yang mengecap, mengenyam, menikmati kemerdekaan. Selebihnya tetap saja terkungkung, terkurung oleh penindasan, penyiksaan, penderitaan, kerja paksa, iyuran paksa, budaya diam.

Atas nama keindahan kota, para pedagang kaki lima di seluruh pelosok nusantara digusur, diuer. Dagangannya diobrak-abrik. Mereka ditindas, disiksa, dipaksa menderita. Padahal prioritas tugas penguasa, pemerintah seperti diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar adalah melindungi segenap rakyat, memajukan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan rakyat, bukannya malah menyengsarakan, memelaratkan rakyat. Yang melarat, yang terlantar menurut UUD menjadi tanggunan, jaminan Negara untuk memeliharanya, menghidupinya.

Atas nama hokum (sesuai dengan prosedur) seseorang bias saja dicurigai, dituduh, ditangkap, disidik, disidangkan, diadili, dipenjarakan. Padahal seharusnya “tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan tanpa prosedur yang sah”, “tiada seorangpun boleh disiksa diperlakukan semena-mena”.

Hanya segelintir orang yang bebas mendpatkan pendidikan yang layak. Selebihnya hanya dapat mendapatkan pendidikan asal-asalan, ala kadarnya. Dan hanya segelintir orang yang bebas mendapatkan pekerjaan yang layak. Selebihnya hanya apat mendapatkan pekerjaan asal-asalan, ala kadarnya, bahkan banya yang jadi penganggur.

Pada masa penjajahan diperbudak oleh penjajah colonial. Kini di masa kemerdekaan diperbudak oleh para investor. Diperbudak oleh imperialisme modern. ‘Jadi buruh di tanah sendiri atas permintaan sendiri”. “Jadi kuli modern”. Investasi asing adalah bentuk imperialisme modern. Semuanya atas keinginan dan permintaan pemimpin Negara yang “dijajah” itu sendiri, yang atas persetujuan rakyat (Simak Bustanuddin Agus : “Imperialisme Modern”, dalam REPUBLIKA, Kamis, 9 Nopember 2006, hal 4, Opini).

Kemerdekaan politik, dalam arti sesungguhnya pun tak diperoleh. Semuanya dikendalikan atas persetujuan Negara adikuasa. Bahkan PBB sendiri pun tak berdaya atas Negara adidaya. Perhatikanlah perlakuan Negara adikuasa terhadap Afghanistan dan Irak. Semua mereka lalukan atas nama demokrasi. Kemenangan FIS di Aljazair, Hammas di Palestina, Taliban di Afghanistan dilibas, dilindas oleh demokrasi adikuasa. Padahal kemenangan mereka itu diperoleh secara demokratis melalui pemilu, tapi karena tak sesuai dengan selera demokrasi adikuasa maka dengan berbagai alasan dilenyapkan, dimusnahkan. Dalam demokrasi, menurut Muhammad Iqbal, manusia hanya dihitung jumlahnya, bukan dinilai mutunya (Simak “Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam”, 1983:23).

Dalam masa kemerdekaan kini yang tampak kasatmata hanayalah bebas pamer dada, bebas pamer pusar, bebas pamer paha, bebas unjuk rasa, bebas menggusur, bebas bergaul tanpa batas, bebass dari tatakrama, bebas dari sopan santun, bebas jingkrak-jingkrak, bebas melanggar tatatertib, bebas hura-hura.

Bebas mengemukakan pendapat secara lisan dan tulisan, tidaklah sama dengan bebas demonstrasi, bebas unjuk rasa, bebas unujuk gigi, bebas unjuk kuasa. Bebas adu akal, adu otak, bukan bebas adu okol, adu otot.

Dalam arti sesungguhnya, Indonesia masih terjajah oleh imperialisme modern, baik dalam polistik, militer, hokum, ekonomi, industri, social, budaya. Terjajah oleh hak veto negara adikuasa. Terjajah oleh system protokoler yang dibikin sendiri.

Semua aparat, dari atas sampai ke bawah harus menyadari fungsi tugasnya untuk melindungi rakyat, untuk mencerdaskan rakyat, untuk mensejahterakan rakyat, bukannya untuk menyengsarakan rakyat. Menyadari tugasnya sebagai pelayan masyarakat, bukan untuk dilayanai masyarakat.

Semua tokoh, pemimpin, kiai, ajengan, ulama, mubaligh, da’I, ustadz, mulai dari diri sendiri (ibda bi nafsik) menuntun, membimbing, mengajak, menggerakkan masyarakat untuk proaktif menciptakan kesejahteraan bersama dengan mendayagunakan infak fi sabilillah. “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapa, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, dn tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya” (QS 4:36). Dengan mengamalkan suruhan ayat ini, insya Allah akan terwujud Negara Sejahtera Adil Makmur. Gemah ripah loh jinawi. Tata tentrem kerta reharja.

(BKS0707280645)

anya segelintir oang yang bebas mendpatkan pendidikan

Belajar menemukan pesan-pesan Qur:an dalam QS 2:1-7

(yang tersurat dan yang tersirat)

Huruf potong : Alif Lam Mim adalah salah satu Huruf Potong pada awal sebagian surat Qur:an.

Sebutan Qur:an : AlKitab adalah salah satu sebutan, nama Qur:an.

Muatan Qur:an : Qur:an memuat, mengandung kebenaran mutlak (absolute), bukan kebenaran nisbi (relative). Tahan kritik. Tak mempan hujatan (hermeneutika).

Peran Qur:an : Qur:an berperan, berfungsi antara lain sebagai pedoman, petunjuk hidup agar sukses di dunia dan di akhirat. Sukses dalam pengertian Qur:an itu sendiri.

Penantang Qur:an : Mengobrak-abrik makna, maksud Qur:an, melakukan dekonstruksisasi, desakralisasi Qur:an dengan menggunakan Ilmu Kritik Bibel (Hermenuetika).

Cara memahami Qur:an : Dengan menemukan pengertian ayat yang satu pada ayat yang lain dalam Qur:an itu sendiri. Jika tak ditemukan, temukan dalam Hadist (sabda Rasulullah saw). Jika tak ditemukan juga, temukan dalah Sirah (Sejarah Hidup Rasulullah saw). Jika masih tak ditemukan juga, temukan dengan menggunakan pikiran yang jernih, hati yang bersih.

Kriteria orang takwa : Kriteria, cirri orang bertakwa antara lain :

- beriman kepada yang ghaib,

- mendirikan shalat, terutama shalat wajib,

- infak fi sabilillah, terutama zakat wajib,

- beriman kepada wahyu Allah, membenarkan dan melaksanakan perintah Allah,

- meyakini kehidupan akhirat, mempersiapkan diri dan memanfa’atkan yang dimiliki untuk memperoleh kesenangan di akhirat.

Balasan bagi orang takwa : Orang bertakwa mendapat petunjuk, tuntunan, bimbingan ke jalan Allah swt, memperoleh kesuksesan (husnul khatimah, happy ending), masuk kedalam surga yang dijanjikan Allah swt.

Sebutan orang takwa : Muflihun, Muhtadun, Mukminun, Mutttaqun adalah beberapa sebutan, peredikat bagi orang bertakwa.

Pilar Islam : Mencakup Rukun Iman, Rukun Islam, Amal Saleh, Amal Ihsan.

Masalah Ghain : Allah adalah Maha Ghaib, Ghaib Mutlak, Ghaib Abadi, Ghaib Permanen. Bukan ghaib temporer, bukan ghaib situsional, bukan ghaib nisbi.

Watak kafir : Watak kafir antara lain ogah menerima informasi kebenaran, peringatan, nasehat Qur:an, keras kepala, keras hati.

Sebutan kafir : Sebutan, nama, predikat bagi orang kafir antara lain : Kafirun, Zhalimun, Fasiqun.

Pintu informasi : Pintu masuk informasi kebenaran, petunjuk antara lain melalui pendengaran (pintu masuk berita), penglihatan (pintu masuk tayangan), hati (pintu masuk pikiran).

(BKS 0708020630)

Islam tak sama dengan yang lain

Menurut Ahmad Wahib (lahir 9 Nopember 1943, meninggal 31 Maret 1973), “sumber-sumber pokok untuk mengetahui Islam atau katakanlah bahan-bahan dasar ajaran Islam, bukanlah alQur:an dan alHadits melainkan Sejarah Muhammad. Bunyi alQur:an dan alHadits adalah sebagian dari sumber sejarah dari sejarah Muhammad yang berupa kata-kata yang dikeluarkan Muhammad itu sendiri. Sumber sejarah yang lain dari sejarah Muhammad ialah struktur masyarakat, pola pemerintahannya, hubungan luar negerinya, adat istiadatnya, iklimnya, pribadi Muhammad, pribadi sahabat-sahabatnya dan lain-lain” (Budi Handri :”50 Tokoh Islam Liberal Indonesia”, 2007:29-30, dari “Catatan Harian” tanggal 17 April 1970).

Sekiranya pengikut, pengagum Ahmad Wahib menjadikan sejarah Muhammad sebagai referensi, rujukan ilmiahnya dalam mengkaji Islam, maka tak akan menggunakan QS 2:62 dan 5:69 untuk menyatakan bahwa semua pemeluk agama apa pun pasti akan selamat. Yang pasti selamat adalah yang Islam, yang beriman kepada Allah (tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain), percaya pada Hari Akhir (tidak melanggar aturan Allah), beramal saleh (melakukan perbuatan ihsan, perbuatan baik menurut aturan Allah).

Islam (apa pun namanya) sama sekali berbeda dengan yang lain. Namun Islam yang disiarkan Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad adalah sama, sama-sama beriman kepada Allah, tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain, beriman kepada hari Akhir, tidak melanggar aturan Allah. Seandainya Islam sama dengan yang lain, pastilah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad tak akan mendapat perlawanan, penantangan.

“Seandainya ia (Muhammad saw) menggunakan kecerdasan yang luar biasa untuk mempersiapkan jiwa manusia sebelum dusodori kalimah tauhid secara tiba-tiba, tentulah sulitnya jalan dan beratnya beban akan dapat teratasi. Seandainya ia mulai dengan gerakan tolak angsur (toleransi-kompromis), menghindarkan diri dari pertentangan secara terbuka (konfrontasi frontal), tentu tak akan membangkitkan kebencian kaumnya kepadanya, tak akan mempertajam senjata mereka terhadap dirinya” (Khalid Muhammad Khalid : “Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah”, 1981:26).

Seandainya Islam yang disiarkan Muhammad saw sama dengan yang lain, pastilah Muhammad tak akan mengalami kesusahpayahan, tak akan mengalami penderitaan, penyiksaan, pemboikotan dari kaumnya. Muhammad dikenal kaumnya seagaai orang baik, orang yang bias dipercaya (AlAmin). Namun ketika Muhammad mulai menyiarkan Islam, maka ia dikucilkan kaumnya, mendapat perlawanan sengit dari kaumnya.

(BKS0708030600)