Islam tak sama dengan yang lain
Menurut Ahmad Wahib (lahir 9 Nopember 1943, meninggal 31 Maret 1973), “sumber-sumber pokok untuk mengetahui Islam atau katakanlah bahan-bahan dasar ajaran Islam, bukanlah alQur:an dan alHadits melainkan Sejarah Muhammad. Bunyi alQur:an dan alHadits adalah sebagian dari sumber sejarah dari sejarah Muhammad yang berupa kata-kata yang dikeluarkan Muhammad itu sendiri. Sumber sejarah yang lain dari sejarah Muhammad ialah struktur masyarakat, pola pemerintahannya, hubungan luar negerinya, adat istiadatnya, iklimnya, pribadi Muhammad, pribadi sahabat-sahabatnya dan lain-lain” (Budi Handri :”50 Tokoh Islam Liberal Indonesia”, 2007:29-30, dari “Catatan Harian” tanggal 17 April 1970).
Sekiranya pengikut, pengagum Ahmad Wahib menjadikan sejarah Muhammad sebagai referensi, rujukan ilmiahnya dalam mengkaji Islam, maka tak akan menggunakan QS 2:62 dan 5:69 untuk menyatakan bahwa semua pemeluk agama apa pun pasti akan selamat. Yang pasti selamat adalah yang Islam, yang beriman kepada Allah (tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain), percaya pada Hari Akhir (tidak melanggar aturan Allah), beramal saleh (melakukan perbuatan ihsan, perbuatan baik menurut aturan Allah).
Islam (apa pun namanya) sama sekali berbeda dengan yang lain. Namun Islam yang disiarkan Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad adalah sama, sama-sama beriman kepada Allah, tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain, beriman kepada hari Akhir, tidak melanggar aturan Allah. Seandainya Islam sama dengan yang lain, pastilah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad tak akan mendapat perlawanan, penantangan.
“Seandainya ia (Muhammad saw) menggunakan kecerdasan yang luar biasa untuk mempersiapkan jiwa manusia sebelum dusodori kalimah tauhid secara tiba-tiba, tentulah sulitnya jalan dan beratnya beban akan dapat teratasi. Seandainya ia mulai dengan gerakan tolak angsur (toleransi-kompromis), menghindarkan diri dari pertentangan secara terbuka (konfrontasi frontal), tentu tak akan membangkitkan kebencian kaumnya kepadanya, tak akan mempertajam senjata mereka terhadap dirinya” (Khalid Muhammad Khalid : “Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah”, 1981:26).
Seandainya Islam yang disiarkan Muhammad saw sama dengan yang lain, pastilah Muhammad tak akan mengalami kesusahpayahan, tak akan mengalami penderitaan, penyiksaan, pemboikotan dari kaumnya. Muhammad dikenal kaumnya seagaai orang baik, orang yang bias dipercaya (AlAmin). Namun ketika Muhammad mulai menyiarkan Islam, maka ia dikucilkan kaumnya, mendapat perlawanan sengit dari kaumnya.
(BKS0708030600)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home