Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Sunday, August 31, 2008

Ibadah dalam Islam

Ibadah shalat, shaum, zakat, haji membina manusia memiliki ketakwaan, kepekaan, sensitifitas penyerahan diri secara totalitas hanya kepada Allah semata-mata. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. Dengan demkian seluruh aktivitas kehidupannya mengacu pada pengakuan “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, Tidak ada Rabb yag berhak diibadahi kecuali Engkau. Engkau telah menciptakan aku, aku adalah hambaMu, dan aku berada di atas perjanjianMu dan janjiMu semampuku”.

Bukti pengakuan tersebut terwujud nyata dalam penolakan penyerahan diri kepada selain Allah, tak peduli siapapun dia “Katakanah : Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq” (QS 9:24). “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka” (QS 58:22).

Dalam seluruh aktivitas kehidupannya, dalam bermu’amalah, dalam berinteraksi antar sesama sangat sensitif, sangat peka. Segera melaksanakan perintah Allah dan segera pula mengindahkan larangan Allah. Tak berupaya untuk berlalai-lalai, melalaikan diri. Apalagi tak menolak, membantah perintah dan larangan Allah. “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu” (QS 8:24). “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhna” (QS 4:65).

Segala aktivitas yang dilakukan dengan motivasi mengharapkan kasih sayang Allah dan dengan mengacu kepada tuntunan RasulNya bernili ibadah. Semua aktivitas yang bernilai ibadah itu pun berdimensi sosial, berdimensi jama’ah, bukan hanya semata-mata berdimensi individual, berdimensi munfarid. Bahkan keberkahan itu berada dalam jama’ah. “Seorang Mukmin bagi sesama Mukmin, bagaikan bangunan yang kuat menguatkan setengah pada setengahnya” (HR Bukhari, Muslim dari Abu Musa, dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Menjunjung Kehormatan Kaum Muslimin dan Hak-hak mereka serta belas kasih kepada mereka”).

(BKS0808250639)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home