Pendidikan kepioniran
Dimana pun, kapan pun, di bidang kehidupan apa pun senantiasa dibutuhkan pionir-pionir, pelopor-pelopor, perintis-perintis. Aktivitas para pionir, pelopor, perintis akan memotivasi, mendorong, menulari orang-orang yang berada di sekitarnya, di sekelilingnya untuk aktif bergerak merubah nasib, harkat, martabat, kondisi sosial ekonomi mereka. Langsung maupun tak langsung sangat dibutuhkan pendidikan kepioniran, baik formal maupun informal. Namun sayang tak pernah terlihat, tercatat dalam sejarah tentang pendidikan kepioniran dan bagaimana kurikulum pendidikannya.
Segala sesuatu umumnya dimulai oleh satu orang ahli pikir. Segala macam pekerjaan konstruktif yang diciptakan di atas dunia ini adalah hasil pekerjaan beberapa orang yang biasanya harus pula berhadapan dengan bermacam-macam tentang yang aktif dari orang banyak itu (Herbert N Casson : “Kunci Rahasia Perusahan”, terbitan w van Hoeve, Bandung, 1953:13,37).
Perubahan dan kemajuan sebuah bangsa selalu diinspirasikan dan digerakkan oleh pribadi-pribadi unggul dalam berbagai profesi dan bidang kehidupan (Komaruddin Hidayat : “Memadukan Pribadi-Pribadi Unggul”, KOMPAS, Sabtu, 4 Februari 2004, hal 7, Opini).
Di antara sosok pionir ini dapat disimak antara lain dalam buku Egon Larsen “Kisah Penemuan Dari Masa Ke Masa” (A History of Invention) (terbitan Djambatan, Jakarta, 1978), buku Trevor Horner “Bagaimana Awalnya Viagra Ditemukan, dan Mengapa Mumi Memakai Gigi Palsu ?” (Bagaimana Dunia Bekerja Dan Berakhir Dengan Menghasilkan Sesuatu) (terbitan Ufuk Press, Jakarta, 2008) (MEDIA INDONESIA, Sabtu, 13 Desember 2008, hal 15, Galeri).
Barangkali Mohammad Syafe’i dengan INS (boarding school) nya di Kayutanam, Sumatera Barat dapat dipandang sebagai pelopor, perintis, pediri pendidikan kepioniran. Namun sayang INS tersebut tak berumur panjang dan tak ada yang melanjutkan apa yang telah dirintis oleh Mohammad Syafe’i.
Tanpa munculnya pionir-pionir, mustahil terjadi kemajuan. Kemajuan itu adalah hasil dari para pionir, baik langsung, mau pun tak langsung. Di mana tak ada sang ponir, maka masyarakat tetap saja dalam ketertinggalan.
Pionir-pionir itu akan diikuti oleh orang-orang sekitar, orang-orang sekeliling dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Diharapkan kiranya ada orang-orang yang peduli agar lahir pionir-pionir di segala aktivitas bidang kehidupan.
(BKS0812151645)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home