Dakwah Salafiyanisme antara teori dan praktek
Secara teoritis Dakwah Salafiyanisme dimulai dengan mengajak kepada perbaikan aqidah, mengajak bertauhid dan melarang kesyirikan. Kemudian mengajak untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan seluruh kewajiban dan menjauhi segala larangan. Demikianlah dakwah para Rasul Allah. Namun dakwah Muhammad Rasululullah juga mencakup pada amar makruf nahi munkar dan jihad fi sabillah yang belum disyari�atkan kepada Rasul-Rasul sebelum Muhammad saw.
Namun dalam praktek sa�at ini, Dakwah Salafiyanisme banyak menjelaskan kesalahan yang dilakukan para da�I dan pergerakan yang ada, untuk menjelaskan kebenaran kepada masyarakat. Agar kaum Muslimin terhindar dari kerusakan dan kemungkaran aama. Bukan sebagai hujatan kepada sesama Muslim. Nyatanya memang demikian, yaitu membid�ahkan (mengkafirkan) ahli harakah yang pemahamannya tak sejalan dengan pemahaman (imajinasi) Salafiyanisme.
Bahkan Salafiyanisme tak pernah mendakwahkan ajaran tauhid kepada yang bukan Muslim, meskipun dikatakan bahwa seluruh dakwah harus ditegakkan di atas ajaran tauhid. Antara teori (yang diajarkan) etap saja tak sejalan dengan praktek (yang dilakukan).
Secara teoritis Dakwah Salafiyyin mengajak manusia kepada ajaran agama secara menyeluruh, tidak parsial. Namun dalam praktek tidak menyeluruh, bahkan parsial, dengan alasan bahwa dakwah haruslah secara bertahap dari yang penting, kemudian yang setelahnya. Sambil berdakwah mengajak masyarakat, juga berdakwah mengajk masyarakat meninggalkan perbuatan munkar dan maksiat.
Untuk membenarkan Manhaj Teori Dakwah Salafiyanisme dikemukakan dalil bahwa �Agama adalah nasihat untuk Allah, KitabNya, RasulNya, pemimpin dan umumnya kaum Muslimin�. Dalam hubungana dengan penguasa, maka nasihat itu disebutkan bisa berupa : Membantu dan menta�ati mereka dalam kebenaran. Menyadarkannya ketika lalai dengan cara lemah lembut. Merapatkan kekuatan dan prsatuan dengan mereka. Menahan mereka dari berbuat kezhaliman dengan cara yang baik.
Memberi nasihat, memperhatikan perbaikan masyarakat dan memperbaiki perkara-perkara yang menyelisihi syari�at, dengan menyebarkan kebaikan dan menghilangkan kerusakan yang ada disebutkan sebagai bentuk solidaritas (kesetiakawanan sosial). Memperbaiki msyarakat mulai dari penyimpangan dan kerusakan cara beragama � dikatakan � merupakan wujud solidaritas muslim yang terbesar dan terpenting.
Semuanya tergantung pada visi, versi, imajinasi, persepsi pengamatnya. Meski yang diamati (dikaji, diteliti, dibahas) Sunnah yang sama, namun hasil pengamatannya (kajian, bahasannya) antara yang satu berbeda dengan yang lain. Meskipun sama-sama Salafus Shaleh, seperti �Ali dan Mu�awiyah, namun berbeda memahami hakikat jama�ah, hakikat persatuan, hakikat persaudaraan. Masing-masing merasa benar menurut ijtihadnya. (BKS-410081600) 1
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home