Mengangkat Citra Islam
( Revolusi Sosial Ekonomi )
Salah satu tugas, pekerjaan berat Islam adalah mengangkat harkat martabat dirinya sendiri, meningkatkan status sosial ekonominya, mengangkat tingkat kecerdasan dan kesejahteraannya, mengangkat citranya dengan melenyapkan perbudakan dan kesengsaraan.
Simaklah dalam Qur:an Surat al Balad ( Tentang Negara ) pada ayat 11-16. “ Maka tidaklah sebaiknya ( dengan hartanya itu ) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar ? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu ? ( yaitu ) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir”.
Yang tak peduli akan nasib sesama ini, tak layak menyebut dirinya sebagai orang Islam, karena sebenarnya ia adalah pembohong. Simak antara lain peringatan ayat QS. 107:1-3. “ Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan agama ? itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin“. Simak juga ayat QS. 89:17-18. “ Sekali – kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin”. Juga ayat QS. 69:34. “Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin “. Simak makna surat al Ma’un ( QS 107:1-7 ) Seperti yang dipahami oleh KHA. Dahlan, pendiri oraganisasi Muhammadiyah, dalam konteks kehidupan sosial, ( Pemahaman teks al Qur:an secara sosiologis ). Teks, ayat Qur:an diuraikan, dijabarkan, dipaparkan, ditafsirkan dalam bentuk aktifitas, amal perbuatan.
Orang Islam itu sangat peduli dengan sesama, memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap sesama, tak membiarkan sesama hidup dalam kekurangan, kurang cerdas, kurang sejahtera. Selama umat Islam peduli akan nasib sesama, maka tak akan banyak yang melarat, yang kekurangan.
Peduli akan sesama adalah sangat berat, sangat sukar, sangat sulit. Banyak godaan, rintangan, hambatan. Setan, iblis senantiasa membisikan agar tetap kikir, tak usah peduli akan sesama. Yang penting hanya urusan diri sendiri (individualistis). Simak antara lain ayat QS. 2:268. “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)”.
Bandingkan dengan tugas pemerintah, negara (balad) seperti termaktub dalam pembukaan UUD – 45, yaitu untuk mencerdaskan, mensejahterakan kehidupan bangsa.
Dalam Islam, perubahan kondisi, keadaan umat dilakukan oleh umat itu sendiri. “ Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri “. ( QS. 13:11, simak juga QS. 8:53 ).
(BKS0711211830)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home