Yang melarat tetap melarat
SYI’AR ISLAM, Bekasi, Edisi XII April 2009, pada halaman belakang menampilkan iklan “Seminar & Workshop” dengan tema “Menuju Kebangkitan Ekonomi Umat, Upaya Pengembangan Ekonomi Kerayatan Berbasis Syar’iyah” pada Sabtu, 11 April 2009, 0800-1600 di Asrama Haji Bekasi dengan narasumber dari MUI, Bank Syar’iyah, TPM, Polres Bekasi, serta infaq Rp.100.000.
Yang melarat akan membaca tema tersebut sebagai “Upaya pemberdayaan, peningkatan kesejahteraan rakyat melarat”. Mempertanyakan kenapa harus di Asrama dan bukan di Masjid. Kenapa harus membayar Rp.100.000. Ini pasti untuk kalangan menengah ke atas, bukan untuk yang melarat. Dan kenapa nara sumber bukan orang-orang yang benar-benar paham secara teoritis dan praktis tentang cara-cara pemberdayaan, peningkatan kesejahteraan rakyat melarat ? Yang benar-benar paham perbedaan antara Keadilan Sosial dalam Islam dan yang bukan Islam (Kapitalis, Sosialis, Pancasila, dan lain-lain).
Akhirnya yang melarat tetap saja melarat. Yang melarat tak akan pernah punya kesempatan, peluang mengikuti, menghadiri “Seminar & Workshop” apa pun. Berbicara tentang “Pengembangan, Peningkatan Ekonomi Umat, Rakyat” boleh-boleh saja. Namun untuk rakyat yang mana. Yang terkena PHK, yang hidupnya Senis Kemis, atau yang akrab dengan Bank ?
(BKS0904061030)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home