Antara kesenangan di dunia dan di akhirat
Di sejumlah ayat Qur:an disebutkan bahwa “Sesungguhnya kehidupan dunia hanya permainan dan senda gurau” (QS 47:36, 57:20). Apakah ini berarti bahwa “dunia itu bagaikan panggung sandiwara” ? Tempat bermain, bersendagurau, bercengkerama ? Tempat memainkan peran masing-masing ?
Penjelasan ayat ini ditemukan antara lain pada ujung ayat QS 57:20 dan 3:185 “Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. Catatan kaki 468 “AlQur:an dan Terjemahnya” Depag RI menjelaskan bahwa “Kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sekejap, sebentar. Jangan sampai tergoda, terpesona dengan kesenangan dunia. Jangan sampai kesenangan dunia itu melalaikan urusan akhirat”.
Juga disebutkan, bahwa dunia itu ladang akhirat. Tempat persemaian, tempat mempersiapkan bekal untuk akhirat. Atau tempat singgah, tempat mampir, tempat istirahat sebentar. “Aku di duna ini bagaikan seorang yang bepergian, berhenti sebentar, bernaung dibawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya” (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Keutamaan zuhud pada dunia”).
Zuhud adalah sikap mental yang tidak rakus akan dunia. Berlaku seperti daun talas yang tak mengisap, tak menyerap air hujan.
Di sejumlah ayat Qur:an disebutkan pula bahwa “Sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi oang-orang yang bertakwa” (QS 6:32, 7:69; simak juga QS 12:109, 16:30).
(BKS0904080945)
Dunia bukan untuk Rasulullah
“Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka, karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini” (QS 18:28).
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan memberi harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir’ (QS 9:55,85).
“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (QS 87:17).
“Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan” (QS 93:4).
“Aku di dunia ini bagaikan seorang yang bepergian, berhenti sebentar, bernaung di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya” (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Keutamaan Zuhud pada dunia”).
Rasulullah berdo’a “Ya Allah, sebenarnya tiada kehidupan yang sesungguhnya kecuali hidup akhirat” (HR Bukhari, Mslim dari Anas, idem).
“Andaikan saya mempunyai mas sebesar bukit Uhud, niscaya saya lebih senang kalau mas situ tidak lebih dari tiga hari di tangan saya, kecuali jika saya meninggalkan sisa untuk membayar hutang” (HR Buhari, Muslim dari Abi Hurairah, idem).
Dunia bukan untuk pengikut Rasulullah
“Demi Allah, sesungguhnya dunia ini lebih hina dalam pandangan Allah dari bangkai kambing” (HR Muslim dari Djabir, idem).
“Andaikan dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, maka tidak akan diberikanNya kepada orang kafir walau seteguk air” (HR Tirmidzi dari Sahil bin Sa’ad asSa’idy, idem).
“Ya Allah, sebenarnya tiada kehidupan yang sesungguhnya kecuali hidup akhirat” (HR Bukhari, Mslim dari Anas, idem).
(BKS0903260900)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home