Harapan kepada aktivis dakwah
Para aktivis dakwah, semacam Ahmad Salimin Dani (ASDANI), Adian Husaini, Hartno Ahmad Jaiz, dan lain-lain sangat diharapkan memberikan contoh praktis bagamana caranya menyeru orang-orang anti Islam (Atheis, Yahudi, Nasrani, Majusi, LibForAll, JIL, Ahmadiyah, dan lain-lain) ke jalan Allah dengan hikmah, pelaaran ang baik dan bantahan yang terbaik (“Call unto the way of thy Lord with wisdom and fair exhortation, and reason with them in the better way”. QS 16:125).
Islam menyeru semuanya agar saling menghargai, menghormati keyakinan masisng-masing. “Wahai orang-orang anti Islam. Ketahuilah bahwa keyakinan kami tidak akan pernah mengikuti keyakinan kalian. Demikian pula halnya, keyakinan kalian tak akan pernah mengikuti keyakinan kami. Masing-masing kita pada keyakinan kita sendiri” (“Say : O disbelievers. I worship not that which ye worship. Nor worship ye that which I worship. And I shall not worship that which ye worship. Nor will ye worship that which I worship. Unt you your religion, and unto me my religion”. QS 109:1-9).
Islam mengajarkan bahwa antara sesame manusia tak ada masalah, tak ada persoalan. “Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami, dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepadaNya-lah kita kembali” (“Allah is our Lord and your Lord. Unto us our works and unto you your works. No argument between us and you. Allah will bring us together, and unto Him is the journeying”. QS 42:15).
Mohammad Natsir di Masjid alMunawarah, Tanah Abang, Jakarta, pada 10 Desember 1967 menyampaikan Kuliah Ramadhan dengan judul “Isyhadu bi-anna Muslimin”. Natsir mengemukakan bahwa kode-etik dakwah Islam mengacu kepada kebijaksanaan, didikan yang baik dan pertukaran fikiran dengan cara terbaik. “Tanpa saling menghormati identitas masing-masing, tidak akan ada toleransi”.
(BKS0904040800)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home