Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Monday, November 10, 2008

Memerangi Terorisme
Reaksi tergantung dan sebanding dengan aksi. Semakin besar aksi maka semakin besar pula reaksi. Boyle dan Gay Lussac mengemukakan bahwa perbandingan antara hasil kali tekanan (P) dan volume (V) dengan suhu (T) suatu gas di dalam ruang tertutup adalah tetap (C). Artinya tekanan kali volume itu sebanding dengan suhu. Semakin tinggi suhu, maka semakin besar tekanan kali volume. Dalam kehidupan sosial, radikalisme itu sebanding dengan penykisaan. Semakin keras siksaan, maka semakin keras pula radikalisme. Penyiksaan senantiasa menghasilkan perilaku radikal. Pemberontakan biasanya berlansung secara diam-diam dalam suasana yang endemik dan aksi terencana terhadap kekuasaan (AlChaidar : "Wacana Ideologi Negara Islam", 1999:122). Orang kecil, jika dikerasi, maka akan menimbulkan kekejaman. Terorisme buan datang dari angkasa luar, tapi disadari atau tidak, ia datang dan lahir dari ketidakadilan dan penindasan (SAKSI, No.4, Tahun IV, 13 November 2001, hal 57). Tidak pernah di dunia ini kebencian bisa diredakan dengan kebencian. Kebencian hanaya bisa diredakan dengan ketidakbencian (Budha, INTISARI, No.227, Juni 1982, hal 103). Terorisme adalah salah satu saja dari bentuk radikalisme. Tetapi terorisme bukanlah hanya salah satu bentuk radikalisme, tapi juga adalah bentuk nafsu tak terkendali untuk mendapatkan kesenangan duniawi. Sedangkan radikalisme berpangkal dari suatu cita-cita, ideologi. ARTI LEKSIKAL DARI TERRORIS. Dalam kamus Inggeris-Indonesia, terror berarti kecemasan. Terroris berarti pengacau. Terrorisme berarti penggentaran. Terrorize berarti menakut-nakuti. Terrify berarti mmenakutkan, menakuti. Terrific berarti menakutkan, mengerikan. Terrible berarti mengerikan. Dalam kamus Arab-Indonesia, terdapapat kata faza'un (fazi'a) dan ru'bun (ru'ban) yang berarti menakut-nakuti, menggentarkan, mengancam. AlQaid berarti panglima perang. Panglima Perang Islam adalah Muhammad Rasulullah saw. Jenderaal Mahmud Syait Khattab dari Iraq menulis buku "ArRasul AlQaid", yang juga menjadi rujukan/acuan Muhammad Husein Haekal dalam menyusun "Sejarah Hidup Muhammad saw". Sehubungan dengan terrorisme yang gencar disandangkan pada Islam, maka dalam khazanah Fiqih Islam terdapat terminologi "Hirabah" yang mengacu pada QS 5:33. Hirabah berarti kelompok (thaifah, 'ashaabah) yang terang-terangan melakukan tindakan makar, tindakan yang melawan hukum Allah dan RasulNya, seperti : berbuat kenonaran, kekacauan, kerusuhan, prahara, huruhara, penjagalan, pembegalan, pembantaian, peramapasan, penjarahan, perampokan, perompakan, pembajakan, perkosaan, perusakan, penodongan, penculikan, penyiksaan. Kelompok ini bisa mengganggu persatuan, pendidikan, perekonomian, keamanan, ketertiban, merongrong, menciderai, menodai, mencemarkan agama, merusak tatanan norma akhlak, hukum, perundang-undangan. Kelompok ini bukanlah Jama'ah Islamiyah, tetapi jama'ah Jahiliyah. Jama'ah Islamiyah adalah kelompok yang mengikuti tuntunan Rasulullah saw. "Barangsiapa yang menghadapkan senjata kepada kami (meneror kami umat Islam), maka bukanlah dari kami (umat Islam)" (HR Bukhari, Muslim dari Ibnu Umar). Rela bertuhankan Allah swt, bernabikan Muhammad saw, beragamakan Islam, berpimpinan Qur:an. Perusak ketertiban umum dan keamanan, perusak lalu lintas ekonomi bukanlah termasuk dalam kelompok Jama'ah Islamiyah. Yang merongrong kewibawaan Islam bukanlah termasuk kelompok Jama'ah Islamiyah. Jama'ah Islamiyah itu adalah kelompok yang bisa selamat sejahtera siapa saja dengan ucapan dan perbuatannyaa. Islam hanya mengenal Jama'ah Islamiyah dan lawannya Jama'ah Jahiliyah. Mudah-mudahan ada yang tampil semacam Emile Zola (pengarang Perancis tahun 1898) yang mengajukan J'accuse (saya menuntut, saya menggugat) membela perkara kapten Dreyfus yang menurutnya tidak bersalah, tetapi oleh pengadilan militer Perancis dijatuhi hukuman mati (tahun 1894) dengan tuduhan jadi mata-mata musuh. Dalam salah satu do'a terdapat permohonan agar mendapat perlindungan Allaha dari ghalabatir rijal, yang berarti mohon perlindungan dari jadi bulan-bulanan terorisme. "Ya Allah, kami berlindung kepadaMu dari kelemahan, kemalasan, kepenakutan, kepikunan, kekikiran, siksa kubur, godaan hiudp dan mati, kejerat hutang dan dari bulan-bulan terrorisme (ghalabatir rijaal)" (HR Muslim dari Anas. MANIPULASI TERMINOLOGI TERORISME. Teror mencakup statemen, pernyataan, ucapan, aktivitas, kegiatan, perbuatan, tindakan yang dilancarkan untuk menimbulkan ketakutan, kecemasan, keelisahan, keresahan orang per orang mau pun bersama-sama. Bentuknya bisa berupa ancaman lewan tilpon atau pun lewat media massa, unjuk gigi, pembajakan kendaraan, dan lain-lain. Pelakunya bisa bermacam-macam. Bisa yang tertindas, yang teraniaya. Bisa pula yang menindas, yang menganiaya, sebagai kontra terror (Teror lawan Teror). Terorisme semula bermakna tindakan kekerasan disertai dengan sadisme yang dimaksudkan untuk menatuk-nakuti lawan. Namun kemudian dalam kamus AS dan sekutunya, arti terorisme disimpangkan menjadi tindakan protes yang dilakukan negara-negara Muslim atau kelompok-kelompok kecil. AS dan sekutunya sangat benci dan dendam terhadap Islam. Ketika terjadi peristiwa peledakan gedung Morrah di Oklahoma maka para "pakar' dan masyarakat AS senada menyebut "pasti" orang Islamlah pelakunya. Namun ketika ternyata bom itu diledakakan oleh orang AS sendiri, kulit putih pula, "nyaris" nyaring terdengar desah kekecewaan (mengapa akok bukan orang Islam pelakunya), dari penuding itu, demikian komentator siaran TV BBC yang melakukan investigasi mengenai masalah itu. Sudah begitu pun, salah seorang yang diwqawancarai menyebut ´kenyataan itu sama sekali tidak menghilangkan kecurigaan terhadap orang Islam" (hanya karena Islamnya). Padahal, orang-orang Islam itu ikut menyumbang mengumpulkan dana korban Morrah (Reza Sudrajat : "Penjajahan Terminologi", Risalah Dakwah HUSNAYAIN, Edisi 160, Agustus 2001). Kehancuran WTC (World Trade Centre) dan Pentagon dijadikan momentum untuk memojokkan Islam dan Ummat Islam, dengan menuduhnya sebagai teroris, pelaku peledakan itu. Bahkan setelah peristiwa tragis itu, George W Bush, Presiden AS mengatakan "Perang Salib dimulai lagi" (Ahlul Irfan, SPd MM : "Terorisme versus Jihad Fisabilillah", Bulletin NADZIR, Edisi 23, September 2001). Cuba, secara tak sadar telah dikembangkan (oleh KGB-DGI) menjadi "akademi terorisme internasional". Salah satu muridnyaa adalah Ilich Ramirez Sanchez, seorang Venezuela yang lebih dikenal dengan nama Carlos, yang merupakan pimpinan kelompok radikal. Dengan skenario KGB mereka memainkan peran yang cukup besar dalam sejarah terorisme di perbagai neara. Mereka ditempatkan di Timur Tengah, Afrika Selatan, Amerika Latin, dan sebagainya (Mingguan LIBERTY, No.1584, 11 Februari 1984, hal 80, DGI : Dinas Rahasia Cuba). Carlos pernah memperkelankan gerombolan merke sebagai "Tentara Revolusi Arab", yang tak pernah terdengar sebelumnya (Bonus MATRA, Agustus 1988, hal 13). Negara Adikuasa (AS dan sekutunya) biasa menuding pelaku terorisme (kelompok radikal) itu adalah kalangan fanatis Muslim. Tak pernah predikat teroris itu ditudingkan AS kepada fanatik Katholik atau fanatik Sosialis (Reza Sudrajat : "Penjajahan Terminologi", Risalah Dakwah HUSNAYAIN, Edisi 160, Agustus 2001, AalChaidar : "Wacana Ideologi Negara Islam", 1999:29). Melalui George W Bush dan diblow-up oleh media Barat, terminologi terorisme dieksploitasi besar-besaran, dipaksakan beririsana dengan Islam, sehingga tidak lagi netral. Bagi Barat, musuh terbesar setelah Soviet hancur adalah Islam. Aamerika tidak menyebut teroris ataua fundamentalis kepada kaum Yahudi yang meratakan ras Arab Palestina atau penganut Kristen yang mebuat kekacauan di beberapa belahan dunia. Teririsme "diperkosa" maknanya menjadi "pengacau dari kelompok Islam" (Dadang S Anshori : "Budaya Penjulukan dan Bahasa Agama", PIKIRAN RAKYAT, 8 Novem,ber 2002, hal 18, Adana Husaini : "Agusx DK, Pilger, Chomsky", GATRA, 27 Juli 2002, hal 35). Amerika Serikat - menurut Dr Nurcholish Madjid - punya stereotip bahwa orang Islam itu teroris (BANDUNG POST, Jum'at, 1 Mei 1998, hal 7, Wawancara). Menurut Betrand Russel, di Amerika Serikat terdapat eror yang dahsyat, namun koran tidak memberitakannya dengan cukup memadai (Khurshid Ahmad : "Islam Lawan Fanatisme Dan Intoleransi", Tintamas, Djakarta, 1968, hal 35). Definisi terorisme dalam perspektif Barat kaidahnya dibentuk oleh kultur Yahudi-Kristen dan bertumpu pada warisan sejarah terhadap dunia Arab-Islam yang tidak mungkin bisa diabaikan. Inilah yang ditegaskan Samuel Huntington, pemilik teori "prang peradaban" (The Clash of Civilization) yang menytakan bahwa prang yang terjadi sejalan dengan garis perpecahan antara dua peradaban : Barat - termasuk Israel - dan Islam yang sudah berlangsusng sejak 1300 tahun yang lalu. Interaksi yang telah berabad-abad usianaya antara Barat dan Islam ini, tidak akan reda dengan mudah begitu saja. Bahkan barangkali justru semakin parah (Musthafa muhammad Thahhan : Rekonstruksi Pemikiran Menuju Gerakan Islam Modern", 2000:204). Samuel Huntington menempatkan peradaban agama menjadi faktor yang sangat menentukan. Barat melawan yang bukan Barat. Termmasuk ke dalam Barat aalah Kristen Orthodoks, Katholik dan Protestan, Amerika Latin. Sedangkan yang bukan Barat aalah Dunia Islam dan Dunia Cina, termasuk ke dalamnya Konfusianisme, Jepang, Hinduisme India, Afrika (GATRA, No.24, 2 Mei 1998, hal 30). Samuel P Huntington menyangsikan keberhasilan keangkitan Islam berdasarkan adanya benturan (clash) antara berbagai peradaban (ALMUSLIMUN, No.334, Januari 1998, hal 71, Tsaqafah, "The Clash of Civiliztion and the Remaking of World Order", 1996). Sikap negara adikuasa yang menuding negara-negara Muslim seagai biang terorisme, seyogianya disambut oleh negara-neara Muslim dengan memutuskan hubungan politik, ekonomi, budaya dengan neara-negara adikuasa dan pendukung-pendukungnya. Seyogianya para adikuasa dan pendukungnya mengambil I'tibar (pelajaran) bahwa semakin ditekan, ditindas, disiksa baik secara politik, ekonomi, militer, maka akan semakin merebak radikalisme. Untuk meredusir, mengeliminer radikalisme adalah dengan memberantas, membasmi penekanan, penindasan, penyiksaan (blokade politik, ekonomi, militer). Teror tak akan bisa dibasmi dengan aksi kontra teror. Amerika Serikat yang semula diangung-agungkan sebagai negara demokrasi, namun sejak 1898, setelah berhasil menancapkan kekuasaannya di Filipina, dan sebelumnya berhasil membuka pelabuhan Jepang bagi kapal-kapalnya 1854, mulai menjadi Diktator Demokrasi, meluaskan pengaruhnya di wilayah Pasifik dan Asia, bahkan Afrika. Timbullah ketegangan-keegangan di Korea, Vietnam< Indonesia (PRRI/Permesta), Somali, Irak, Iran, Afghanistan, akibat ulah dari CIA. Kehancuran WTC (World Trade Centre) dan Pentagon dijadikan momentum untuk memojokkan Islam dan Ummat Islam, dengan menuduhnya sebagai teroris, pelaku peledakan itu. Bahkan setelah peristiwa tragis itu, George W Bush, Presiden AS mengatakan "Perang Salib dimulai lagi" (Ahlul Irfan, SPd MM : "Terorisme versus Jihad Fisabilillah", Bulletin NADZIR, Edisi 23, September 2001). Budha menyerukan agar menyebarkan ketidakbencian. "Tidak pernaha di dunia ini kebencian bisa diredakan dengan kebencian. Kebencian hanya bisa diredakan dengan ketidakbencian" (INITSARI, No.227, Jumi 1982, hal 103). Islam menyerukan agar menyebarkan salam (Semoga Allah melimpahkan Keselaamatan, Kerahamatan dana KeberkahanNya kepada kamu). Ajara moral menyerukan agar menyebarkan keadilan dan kelembutan. "Terorisme itu datang dan lahir dari ketidakadilan (kesenjangan) dan penindasan" (SAKSI, No.4, Tahun IV, 13 November 2002, hal 57). Memerangi terorisme haruslah dimulai dengan memerangi ketidakadilan dan penindasan. Karena biang ketidakadilan dan penindasan itu datang dan lahir dari sikap arogan, angkuh, congkak, pongah negara adikuasa AS dan sekutunya, maka itu berarti haruslah dimulai dengan memerangi teroris As dan sekutunya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home