Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Sunday, February 08, 2009

Pertumpahan darah sepanjang masa (antara kelompok Qabil dan Habil)

Ketika Tuhan hendak menjadikan manusia di muka bumi, para Malaikat merasa khawatir, kalau-kalau manusia itu perilakunya sama saja dengan makluk sebelumnya. Hewan, binatang adalah makhluk Allah sebelum manusia. Hewan, binatang itu pun juga termasuk umat seperti manusia (QS 6:38). Perangai, prilaku, polah tingkah hewan, binatang dapat disaksikan dengan kasat mata baik secara laaaaaaangsung atau lewat tayangan acara fauna di televise. Saling bakuhantam, saling menumpahkan darah, membuat keributan, kerusuhan, kerusakan. Saling memangsa satu sama lain. Kekhawatiran Malaikat, bahwa manusia itu nanti aakan membuat kerusakan dan mnumpahkan darah, tidaklah diingkari, disangkal, dinafikan oleh Allah. Merusak, menumpahkan darah adalah karktr, watak negative manusia sepanjang masa. Homo homini lupus, exploitation de l’home par l’home. Namun disamping itu manusia juga disertai dengan watak positif, yang merupakan watak dominan. Inilah yang barangkali dapat dipahami dari firman Tuhan “Sesungguhnya Aku menyatakan apa yang tidak kamu ktahui” (QS 2:30). Watak dominan ini barangkali bersumber dari otak, benak, akal, fikiran, roh yang hanya khusus terdapat pada manusia. Dengan inilah manusia mampu menunaikan amanat kekhalifahan di muka bumi.

Dalam bahasa manusia secara tersirat, implicit Malaikat mempertanyakan apakah masih perlu manusia diciptakan, apakah masih tak cukup “padahla kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau” (QS 2:30).

Baru saja, belum lagi Nabi Adam punya cucu sudah terjadi pertumpahan darah di antara putera Nabi Adam (QS 5:30). Yang terbunuh menyerag, tak melawan, hanya mengingatkan bahwa dosa membunuh itu akan menjadikannya penghuni neraka (QS 5:28-29). Dan tak ada yang mencegah dan membela yang terbunuh.

Nabi Nuh dengan tekun telah menyeru kaumnya agar berjalan pada jalan yang benar, namun mereka semakin menjauh. Akhirnya Nabi Nuh berdo’a, memohon kepada Allah agar Allah tidak membiarkan seorang kafir pun tinggal di atas bumi (QS 71:26). Kenyataan (Das Sein) menunjukkan bahwa orang kafir tak pernah musnah, bahkan semakin bertambah. Begitu juga tak pernah disaksikan “manusia masuk agama Islam dengan berbondong-bondong” (QS 110:2).

Kapan dan di mana pun selalu yang disaksikan aalah pertumpahan darah. Baik masa lalu, masa kini. Berapa banyak darah manusia terumpah di Afghanistan, di Irak, di Somalia, dan lain-lain. Israel dengan rudal, roketnya menumpahkan darah ratusan, ribuan orang Palstina. Tak satu pun yang mencegah, yang membela orang Paalestina. Hanya mampu mengutuk. Bahwa “orang-orang mukmin adalah bersaudara” (QS 49:10), bahwa “seorang mukmin sesame mukmin bagaikan bangunan”, bahwa “perumpamaan kaum mukmin bagaikan satu tubuh” tinggal sebagai harapan, impian (Das Sollen).

Simak pula yang dilakukan Brutus terhadap Caesar di Roma, Ken Arok terhadap Tunggul Ametung di Tumapel, dan Soeharto di Buru, Aceh di Papua, Amerika terhadap Irak dan Afghanistan, Israel do Gaza Tepi Barat (KOMPAS, Sabtu, 7 Februari 2009, hal 7, “Kekerasan Bykan Kegemaran Orang Batak”, oleh Jansen H Sinamo)

(BKS0812291615)


Kelompok Qabil dan Kelompok Habil

Sepanjang masa di dunia ini ada dua kelompok yang satunya jadi pemangsa bagi yang lain, dan satunya jadi mangsa bagi yang lain. Kelompok Qabil aalah kelompok pemangsa, homo homini lupus, exploitation de l’home par l’home, pembuat benaca, penumpah darah (simak antara lain QS 2:30). Kelompok Habil adalah kelompok mangsa, santapan, sabar, taki akan membalas kejahatan (simak antara lain QS 5:28, “niscaya aku tiada akan memukul engkau dengan taaaaanganku hendak membunuhmu”. Yang kuat (posisinya, kedudukannya, pangkatnya, jabatannya, kekuasaannya, kekayaanya, ketenarannya) selalu jadi pemangsa yang lemah, sedangkan yang lemah selalu jadi santapan yang kuat.

Sampai turun ayat QS 22:29, senjata kelompok Habil hanyalah sabar, pasrah, tak melakukan perlawanan, tak melakukan pembalasan. Namun dalam keadaan bagaimana pun, kelompok Habil masih menyempatkan diri melakukan dakwah meskipun secara implicit mengingatkan bahwa Allah hanya menerima korban orang yang taqwa, bahwa neraka adalah tempat bagi orang aniaya, bahwa manusia seharusnya takut akan murka Allah (simak antara lain QS 5:27-30).

Dalam bentuk, wujud primitive, senjata pembunuh yang digunakan kelompok Qabil bisa berupa batu, kayu, besi, seperti pisau, golok, clurit, panah, lembing, cakram. Dalam bentuk wujud modern, yang canggih, senjata pembunuh yang digunakan kelompok Qabil bisa berupa bedil, senapan, pistol, meriam, mitraliur, basoka, bom atom, bom hydrogen, bom nuklir, rudal, biokimia. Dalam bentuk wujud super canggih, ultra modern bisa berupa otomatisasi, komputerisasi. Dengan senjata otomatisasi, komputerisasi, maka jutaan orang jadi penganggur, mati secara pelan-pelan. Pembunuhan jutaan manusia secara pelan-pelan dengan membuatnya menganggur, dengan menggunakan sistim otomatisasi dan komputerisasi adalah sangat sadis.

Bagaimana pun, kelompok Habil, kelompok yang lemah harus selalu mengingatkan kelompok Qabil, kelompok yang kuat, bahwa Allah tak menyukai perbuatan sasid, kejam, aniaya, zhalim, bahwa neraka dalah tempat orang-orang, pelaku-pelaku aniaya. Neraka adalah tempat yang menyengsarakan. Kesengsaraan neraka tak ada bandingannya dengan kesengsaraan di alam dunia.

(BKS0507080600)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home