Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Monday, November 10, 2008

Sang Provokator (Diktator Demokrasi)
Dulu, komunis yang dikenal sebagai pabrik isu. Kepiawaian komunis menggarap opini publik tak ada yang menandinginya. Komunis memanfa'atkan setiap isu untuk kepentingannya (Soemarno Diposastro : "Reformasi Jadi Kendaraan Gratis Bagi Komunis", REPUBLIKA, Rabu, 9 Februari 2000, hal 16, Suplemen Bidik). Kini, kapitalis Barat (dengan George W Bush dan Tonny Blairny) dan sekutunya amat terampil, piawai membuat isu, membangun, menggarap opini publik dunia. Gencar menggarap opini publik, bahwa Israel (dengan Saddam Husseinnya) memproduksi senjata pembunuh massal. Membutakan mata terhadap diri sendiri (siapa yang memusnahkan Hiroshima dan Nagasaki enam puluh tahun yang lalu, apa ada senjata perang yang tak membunuh manusia ?). Merasa diri sebagai negara, bangsa demokrasi, tetapi sikap perilaku menunjukkan perilaku agressor, pola pikir militer, anti demokrasi, semuanya diselesaikan melalui senjata yang membunuh manusia. Gencar menggarap opini publik, bahwa Taliban dan AlQaida (dengan Osama bin Ladinnya) adalah terroris, pelaku serangan terror di Washington dan New York pada 11 Septemer 2001. Namun sudah setahun "Setelah berlalu, Amerika Serikat Belum Mampu Tumpas Taliban", dan "Hari Ini Bush Akan Putuskan Perang Ke Irak" (MEDIA INDONESIA, Selasa, 8 Oktober 2002, hal 26, Internasional). Merasa diri seagai neara, bangsa maju, beradab, yang berpikir logis-rasional, namun sikap perilakunya menunjukkan sealiknya, yaitu sebagai negara, bangsa orthodoks, konservatif, yang emosional, tak kritis. Gencar menggarap opini publik, bahwa Jama'ah Islamiyah dan Majelis Mujahidin (dengan Abu Bakar Baasyirnya) adalah terroris, anggota jaringan AlQaeda, otak pelaku Tragedi Bali 12 Oktober 2002. Opini ini turut diteriakkan oleh Australia (dengan Howardnya), semata-mata hanya memanfa'atkan pernyataan Menhan matori Abdul Djalil (yang tanpa dasar), tanpa menggunakan akal sehat (tak logis-rasional, tetapi emosional). Ada warga Amerika Serikat, semacam Noam Avram Chomsky yang mengkritik sikap pemerintah Amerika Serikat yang arogan, bertindak seagai agressor, anti demokrasi, tak rasional, emosional, tak kritis. Noam Chomsky tak punya ketrampilan, kepiawaian membangun, menggarap opini publik melawan George W Bush. Inilah keunggulan kapitalis Barat (dengan George Bushnya) dengan jaringannya sebagai Sang Provokator, yaitu kepiawaiannya menggarap opini publik (public opinion management) dalam arenan information war, psy-war, ghazwul fikri, yang kini tak ada yang menandinginya. Mr Bush, Downer, Howard jika memang benar-benar punya bukti kuat, bahwa pelaku Tragedi Bali 12 Oktober 2002 adalah jama'ah Islamiyah, Umat Islam Indonesia, silakan saja bom-mi Indonesia ini, seperti yang pernah dilakukan Amerika Serikat terhadap Jepang (Hiroshima, Nagasaki) enampuluh tahun yang lalu. Tapi jika tak punya bukti kuat, silakan tuan-tuan berhenti mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memojokkan Umat Islam. Shut up your mouth. Secara psikologis, apa sebenarnya faktor intern yang menyebabkan orang bisa menjadi terroris. Dan dari sudut lingkungan, apa sebenarnya faktor ekstern yang mendorong orang menjadi terroris. Jika faktor intern dan faktor ekstern ini dapat diminimalisir, maka dapatlah diharapkan bahwa terroris tak akan pernah ada lagi.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home