Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Tuesday, October 07, 2008

Ijtihad-jihad dan imajinasi Imam Samudera (tambahan)

Mental jihad, rahmat Allah
Imam Samudra menulis : "... siap membunuh atau dibunuh kafir, siap berjihad demi menegakkan kalimat Allah ... kesiapan mental seperti itu hanya akan terwujud dengan rahmat dan takdir Allah ... (hal 48, 49).

Merahsiakan diri
Imam Samudra menulis : " ... sebuah perjuangan menegakkan kalimat Allah ... menuntut betapa pentingnya menjaga suatu rahasia ... nama akecil dan sebagaian masa lalu ... " (hal 21).

Imam Samudra blank (tak menulis), aakah Rasulullah dalam perjuangannya menegakkan kalimat Allah merahasiakan identitas dirinya.

Mewujudkan tawadhu'
Imam Samudra menulis : "Kepada mereka yang sempat bertemu denganku ... kukatakan : Sesungguhnya mereka hanya mengetahui setitik aib dan secual lautan dosa yang telah kuperb uat" (hal 21).

Imam Samudra blank (tak menulis), apakah Rasulullah mengajarkan agar kepada teman-teman yang sempat bertemu supaya mengatakan bahwa mereka hanya mengetahui setitik aib dan secuil lautan dosa-dosa yang telah terrperbuat..

Hadits iftiraqul ummah
Imam Samudra menulis : " ... sesuai dengan ramalan Rasulullah, "Umatku kelak akan berpecah menjadi 73 golongan, 72 golongan akan masuk neraka dan satu golongan akan masuk surga". Sahabat bertanya, "Siapakah satu golongan itu wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab; "Al-jama'ah" (catatan kaki Bukhari-Muslim, tanpa menyebutkan judul kitabnya, babnya, juznya, halamannya) (hal 58).

(Muhammad Baqir menulis : "Hadits tersebut diriwayatkan dengan bebeapa susunan kalimat, dalam beberapa kitab dengan berbagai sanad, tetapi sama sekali tidak sah ditinjau dari segi sanadnya menurut Ibnu Hazmin, dam juga Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya" (PANJI MASYARAKAT, No.498, 21 Maret 1986, hal 36-37).

Manhaj Salafus Shalih
Imam Samudra menulis : " ... manhaj salafus shaleh bukan "salafus shaleh" (dalam tanda petik) (hal 3).

Imam Samudra blank (tak menulis), apakah Syaikh bin Baz tergolong "Salaf Kharijiy" ataukah "Salaf Irjaiy" ataukah "Salaf Usamiy".

(Di antara kalangan pengaku pengikut manhaj salaf "irjaiy?", penghidup sunnah berupaya dengan gigih menanamkan keyakinan, kepercayaan agar supaya beriman bahwa iftiraqul ummah "perpecahan umat" benar-benar terjadi pada umat Islam, bahwa umat Islam akan terpecah atas 73 firqah-kelompok-golongan karena ada hadits nabi saw tentang itu yang telah banyak disahkan oleh para ulama hadits. Orang-orang yang mempermasalahkan "menghujat-mendongkel " kesahihan "keabsahan" hadits tesebut, dan orang-orang yang tak beriman bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, dipandang sebagai orang yang menolak sunnah sebagiannya, yang menolak pemakaian hadits dalam bidang aqidah, yang mempersempit lingkungan permasalahan ghaib. Dalam persepsinya, jihad dan persatuan umat bukanlah manhaj perjuangan yang penting. Bersikap ambivalen. Di satu sisi dikemukakan agar jangan bercerai-berai, agar mengatasi tanda-tanda perpecahan yang timbul pada umat, agar menjauhi segala macam jalan yang mengarah kepada perpecahan pada tubuh kaum muslimin. Tapi pada sisi lain dikemukakan bahwa orang-orang yang berkeinginan untuk menyatukan kaum muslimin adalah menginginkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, tidak akan menghasilkan apa-apa, bahwa mereka yang menitikberatkan perjuangannya kepada jihad, persatuan umat, adalah buta akan manhaj nabi saw, sahabat beliau dan salaf yang saleh : Majalah ASSUNNAH "Upaya menghidupkan sunnah", Surakarta, No.07/I/1414-1993), "Ifriroqul Ummah", "Belenggu-belenggu Hizbiyyah").

Imam Samudra menulis : " ... aku tidak berani menelan mentah-mentah fatwa-fatwa mereka. Sebab ijtihad seorang ulama bisa jadi benar bisa jadi salah. Karenanya, aku berusaha membuat perbaindingan fatwa-fatwa yang keluar dari ulama-ulama tersebut. Aku mencari titik temu persamaan selagi mungkin. jika tidak mungkin, aku memperhatikan dalil-dalil yang digunakan oleh masing-masing ulama dalam berfatwa. Fatwa yang kuyakini lebih kuat atau lebih mendekati kebenaran yang kupegang dan kuamalkan" (hal 66).

"Umat Islam telah berkelompok-kelompok, bersekte-sekte, berpartai-partai, ber... ber... ber.... Masing-masing kelompok, grup, jama'ah, atau organisasi (sesuai dengan yang ia yakini?) merasa bahwa dirinya yang paling benar. Di luar kelompoknya, di luar jama'ahnya, di luar organisasinya, akan dianggap salah" (hal 58).

"Ada yang beranggapan bahwa Islam terbatas pada tradisi ritual seperti shalat, zakat dan haji. Ada yang menginterpretasi bahwa Islam adalah politik. Ada yang menganggap Islam sebagai ajaran non politik. Ada yang beranggapan bahwa Islam adalah ajaran yang seratus persen hanya berkenan dengan masalah moral dan etika. Ada yang memandang Islam seperti agama lain yang hanya mengatur masalah privat" (hal 74).

Editor Bambang Sukirno menulis : "Ada yang konsens pada pendidikan, politik, dakwah, pemurnian tauhid, pembinaan akhlak, dan jihad" (hal 10).

Imam Samudra menulis : "Membatasi dakwah kepada lingkup dakwah saja adalah suatu kesalahan. Mempersempit Islam sebatas pengertian "politik" adalah juga error. Ngotot mengtakan Islam hanyalah "perang" juga merupakan satu ketotolan" (hal 79).

"Di Indonesia ada DI/TII, HT (Hizbut Tahrir), IM (Ikhwanul Muslimin), PERSIS, NU, Muhammadiyah, dan lain-lain. Lalu siapakah yang benar dan siapa yang salah? Siapa yang lurus dan siapa yang sesat?" (hal 58).

"Seorang yang telah mengerti apa dan bagaimana Islam, tidak akan sembarangan menilai apalagi memvonis yang lain. Tidak akan bersikap sok benar atau sok pintar" (hal 80). "... Berkata lembut pada saatnya. Berkata keras pada waktunya. Mengalah pada masanya, dan memerangi ataupun membunuh pada gilirannya" (hal 82).

Imam Samudra blank (tak menulis), kapan berlakunya surah AlMumtahanah : 8 ("Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu"), ataukah ayat 8 AlMumtahanah ini juga sudah dimansukhkan oleh Ayat Pedang.

Belajar jihad dari mujahid
Imam Samudra menulis : "Para ulama yang tidak pernah berjihad dan terjun ke medan pertempuran, bagaimana mungkin akan mengerti permasalahan dan seluk beluk tentang jihad" (hal 67).

Imam Samudra blank (tak menulis), apakah berjihad dulu, baru belajar memahami jihad, ataukah belajar memahami jihad dulu, baru berjihad. Apakah permasalahan (falasafah) jihad itu dan seluk beluk (teknik) itu satu kesatuan ataukah dua hal yang masing-masingnya dapat dipelajari sendiri-sendiri.

Jihad-tabligh
Imam Samudra menulis : "Didorong oleh hadits, "ballighuu 'anni walau aayah" (sampaikanlah dariku walaupun satu ayat), akhirnya aku ajak teman-teman diskusi dikelasku, baik putra maupun putri. Saat aku bicara masalah jilbab, 99,999% tidak nyambung. Dari 24 siswi hanya satu yang nyambung. Barangkali pendidikan agama di rumahnya cukup agus. tapi ya bagaimana? Mau pakai jilbab di zaman seperti itu sama halnya dengan mengharapkan surat berhenti sekolah" (hal 38).

".. ketika para ulama ... diangkap, dipenjara, atau dibunuh, baik secara langsung oleh Amerika dan sekutunya atau melalui pemerintah boneka negara di mana para ulama tersebut berada, kaum muslimin hanya berpangku tangan daan bersikap nasa bodoh, atau pura-pura tak tahu" (hal 71).

Imam Samudra blank (tak menulis), bagaimana cara jihad untuk merubah kondisi-siakp mental sekuler bin Pancasila (lihat surah AlJatsiah : 24) menjadi kondisi-sikap mental takwa-tauhid (yang memiliki kepekaan spiritual dan kepedulian sosial, yang siap memenuhi panggilah jihad menegakkan kalimat Allah) (lihat surah AnNuur : 51).

Batas wewenang
Imam Samudra menulis : "Ketika sebuah kaum berbuat jahat terhadap kaum muslimin, rasulullah memanjatkan qunut nzilah dengan do'a "Ya Allah, kutuklah si anu ... dan si anu ... " (hal 76).

Imam Samudra blank (tak menulis) : apakah hadits Bukhari dalam kitab AlMaghaziy, bab "laisa laka minal amri" (surah Ali Imran : 128, "Tak sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu), juzuk III, hal 24, yang dikutup Ibnu Katsir dalam "Tafsir AlQur;an Al'AQzhim"nya, juz I, hal 402-403, juga sudah dimansukhkan oleh Ayat Pedang.

Dilihat dari kacamata Salafus-Shalih - tulis Imam Samudra - dakwah (ambivalen?) yang menampilkan satu sisi Islam dan menyembunyikan sisi yang lain, yang mendakwahkan sebagian aspek Islam dan menutup aspek yang lain (lihat anara alain surah AlBarah : 174), perlu dipertanyakan, apakah karena ketidaksengajaan, kelalaian, ketidaktahuan, ketidakmautahuan, ataukah karena faktor-faktor lain (hal 78).


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home