Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Monday, January 07, 2008

Budak system

Setiap orang, siapa pun dia adalah budak system. Tunduk pada system. Menuruti, mengikuti maunya system. Baik yang berada pada pusat, maupun pada pinggir system, terikat, terbelenggu dengan system. Tak seorang pun yang bisa bebas dari perbudakan system, kecuali sejumlah orang ang dapat bimbingan langsng dar Allah, seperti Nabi Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw, khalifah mar bin Abdul Aziz.

Sistem tak dapat dirubah oleh orang-orang yang berada pada pusat system, pada pusat kekuasaan, baik secara evolusi, apalagi dengan cara revolusi. Sistem hanya dapat dirubah oleh orang-orang yang berani, tangguh, yang bukan berada pada pusat system, pusat kekuasaan. Perubahan system pun anya dapat dilakukan secara revolusi, bukan secara evolusi.

Simaklah kisah Nabi Ibrahim as yang menantang system kekuasaan Namruz, kisah Nabi Musa as yang menantang system kekuasaan Fir’aun, kisah Nabi Isa as yang menantang system kekuasaan penguasa Romawi, kisah Nabi Muhammad saw yang menantang system tradisi kaum Quraisy, kisah khalifah Umar bin Abdul Aziz yang menantang system tradisi Umayyah.

Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz hanya berlangsung selama dua tahun setengah. Masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz merupakan lembaran yang gemilang di antara lembar-lembar sejarah Islam. Pendidikan yang diperoleh Umar bin Abdul Aziz pada masa kecilnya berpengaruh besar terhadap sifat-sifatnya yang istimewa dan terpuji. Umar bin Abdul Aziz menantang system kerajaan yang diwariskan Bani Umayyah. Ia baru mau menerima jabatan khalifah setelah ada keridhaan dari rakyat. Ia mencampakkan seluruh cara hidup para raja seperti yang dilakukan oleh keluarga dan nenek moyangnya. Ia pun menembalikan sema harta milik yang diwarisinya dengan cara yang tidak sah menurut syari’at. Juga mengembalkan perhiasan isterinya ke dalam baitul maal. Indaan ini membuat goncangan system kerajaan Bani Umayyah. Sebagai khalifah, ia memikirkan keadaan orang yang miskin, yang lapar, yang sakit, yang terlantar, yang telanjang, yang teraniaya, yang tertindas, yang terlunta-luta, yang tertawan, yang tua renta, yang mempunyai banyak tanggungan, sedangka hartanya sedikit, dan orang-orang seperti mereka di seluruh penjuru bumi. Bahkan sebelum memangku jabatan khalifah pun ia telah pernah menantang kezhaliman dan kesewenang-wenangan penguasa. Ia benar-benar menantang keshaliman, kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh keluarganya Bani Umayyah. Ia benar-benar penaantang system tirani yang berlaku (Prof Dr A Syalabi : Sejarah Kebudayaan Islam”, jilid 2, 1982:101-118; Abul A’la alMaududi : “Khilafah dan Kerajaan”, 1984:242-247).

(BKS0801010515)

Budak kebebasan

Manusia masa kini adalah budak kebebasan. Setiap waktu menginginkan jadi budak kebebasan. Pesta pora – pesta pora adalah pintu mask menjadi budak kebebasan, tempat melampiaskan hasrat kebebasan hewani.

Budak kebebasan menginginkan bebas tapa batas. Tanpa terikat dengan apa pun. Berbuat semaunya. Berbusana setengah telanjang, bahkan teanjang bulat. Berbusana semini-mninya, serba terbuka, mengkerut dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, terbuka dada, punggung. Menyani berjingkrak-jingkrak histeris, merentak-rentak, meronta-ronta. Menenggak, mengkomsumsi miras, narkotik. Mabuk-mabukan. Kumpul kebo. Bercumbu, berciuman, berpelkan dengan sembarang orang di sembarang tempat. Berhubungan intim/sanggama dengan siapa pun dan di mana pun, dengan cara baggaimana pun. Melakukan beragai tindakan kemunkaran, kemaksatan, keonaran, perkosaan, pelacuran, pembunuhan, pembantaian, perjuadian, penjarahan, perampokan, penganiaayaan, penipuan, pemalsuan, korupsi, manipulasi, intmidasi, provokasi, dan lai-lain.

Manusia sebaga manusia hendaknya menjadi mausia seutuhnya. Manusia yang mausiawi, bukan yang hewani. Tidak setengah-setengah. Setengah manusia, setengah binatang. Menjauhi, menyingkiri segala media (gambar, foto, informasi), sarana (hiburan, rekreasi), busana (setengah bugil, bugil total) yang merangsang nafsu birahi binatang. Menghindari prilaku seksual binatang, apalagi yang lebih binatang dari binatang (freesex, homo, lexbi, bisex, gay). Menjadi manusia yang sehat (bio-psiko-sosio-spsiritual), yang mengindahkan rambu, norma-norma etika, moral universal. Memilki rasa malu. Malu berbuat yang tercela sekecil apapun.

Setiap prang haruslah menyadari bahwa “tidak ada kebebasan mutlak bagi manusia di mana pun dalam kehidupan di tengah masyarakat. Yang ada hanyalah kebebasan nisbi yang terbatas dan sementara, sepanjang tidak mengganggu orang lain dan tidak bertentangan dengan agama dan ajaran-ajarannya. Jalan satu-satunya untuk mendapat kebebasan yang benar-benar mutlak adalah dengan pergi ke suatu tempat yang tidak dihuni oleh manusia barang seorang pun” (Prof Mutawalli asySya’rawi seperti dipertik oleh Muhammad alMusnid dalama bukunya “Dulu Maksiat, Sekarang Tobat”, 1998:14).

(BKS0801010545)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home