Site Feed

Search Engine Optimization and SEO Tools

Saturday, December 23, 2006




Pancasila dan Islam

Tujuan Hidup. Tujuan hidup dan kehidupan manusia,tujuan akhir manusia (ultimate goal) menurut Islam adalah mendambakan ridha Allah swt,sehingga hanya kepadaNya lah menghambakan diri (simak antara lain QS 6:162).Sedangkan tujuan akhir antara (intermediate goal) adalah terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah swt, yaitu baldatun thaiyibatun wa rabbun ghafur. [Pedoman/pamdangan hidup : Qur:aan dan Sunnah. Tujuan hidup : Ridha Allah. Tugas hidup :Ibadah. Peran/fungsi hidup : Khilafah. Bekal hidup : Amal dan Anfus. Teladan hidup : Rasulullah. Kawan hidup : Mukminin. Lawan hidup : Setan, iblis, thagut dan khannas serta pengkuttnya : nafsu, khannas, kafir, munafiq].

Totalitas Islam : Totalitas Islam mencakup seluruh bidang kehidupan : negara dan tanah air, pemerintahan dan ummat, akhlak dan kekuatan (rahmat dan keadilan), ilmu dan uandang-undang (pengetahuan dan pengadilan), kebendaan dan harta kekayaan (usaha dan kejayaan), jihad dan da’wah, militer dan fikrah, aqidah dan ibadah (Hasan alBanna : “Majmu’al Rasail” dalam Musthafa Muhammad Thahhan : ‘Rekonstruksi Pemikiran Menuju Gerakan Modern”, 2000:36).

Masyarakat Islam. Masyarakat Islam adalah masyarakat adil makmur yang diridhai Allah swt. Dalam masyarakat Islam itu yang berlaku adalah hukum-hukum Allah terhadap seluruh perlaku kehidupan manusia, seluruh aktivitas kegiatan manusia, sehingga setiap warga memperoleh jaminan kedamaian, keamanan, kesejahteraan. [Masyarakat Islam adalah masyarakat yang mau diatur oleh hukum Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat islam adalah masyarakat yang intinya (kernnya) terdiri dari orang-orang Islam yang tangguh, yang hidup matinya lillahi rabbibl’alamin, dan plasmanya segenap orang tanpa membdakan asal, suku, agamanaya yang bersedia melakukan yang baik dan tidak melakukan yang jelek serta siap sedia secara bersama-sama menindak yang melakukan tindak kejahatan dan menyelesaikan sengketa menurut hkum Allah].

Ciri-ciri masyarakat Islam.
Sistem IPOLEKSOSBUDHANKAM yang diterapkan :
- terpadu, saling terintegrasi, saling kait-mengait. Sistem ekonominya bebas dari lembaga riba, bebas dari system ekonomi Yahudi.
- berupaya terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohani, material dan spiritual, duniawi dan ukhrawi, iman dan ilmu, akal dan kalbu secara proporsional.
- berupaya membangkitkan motivasi dan inovasi terciptanya suasana dialogis, ukhuwah dan musyawarah. [Negara dan masyarakat Islam ditegakkan atas dasar ‘adalah, musyawarah, ukhuwah].
Setiap warganegara :
- berupaya menggunakan, memanfaatkan yang dimilikinya (kecendekiannya, kepemimpinannya, keikhlasannya, kejujurannya, kedisiplinannya) untuk kemashlahatan, kepentingan sesama dan agama. (simak antara lain QS 28:76-77). [Pilar Utama Negara dalam Islam terdiri dari : kepakaran teknokrat, ketulusan birokrat, kepedulian konglomerat, kesetiaan yang melarat].
- terpenuhi kebutuhan primernya (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja).
- Bebas secara layak menggunakan hak-hak sipilnya, hak-hak asasinya.(simak : “Pidato & Surat-surat Hasal AlBanna”, 1984:263-270, “Laangkah-langkah Menuju Perbaikan”).

Sumber Hukum Islam. Sumber dari segala sumber hukum dalam Islam aalah Qu:r:an dan Suunah Rasul yang mampu membimbing akhlak seseorang, sehingga bisa membedakan mana yang hak (yang benar) dan mana yang bathil (ysng salah).

Komponen pokok ajaran Islam. Komponen pokok ajaran Islam terdiri dari : akidah, syari’ah (ubudiyah, mu’amalah : politik, ekonomi, budaya, pendidikan, hukum, keamanan, pertahanan, dll) dan akhlak (etika, moral, mental attitude). Dalam Qur:an terdapat prinsip-prinsip umum (general principle) tentang politik (seperti muaysawarah, pelaksanaan amanat), ekonomi dan perdagangan, sosial, pendidikan, hukum dan HAM (simak rinciannya antara lain dalam Fathi Yakan : “Bagaimana Kita Memanggil Kepada Islam, 1978; 99-159, “Garis Besar Ajaran Islam : Di bidang ‘Aqidah dan Dibidang Syar’iyah”0.

Tahapan langkah. Tahapan langkah menuju terwujudnya masyarakat adil makmur dengan mengkonsolidasi seluruh potensi SDM umat (di bidang akidah, ubudiyah, akhlak, pendidikan, IPOLEKSOSBUDHANKAM) (simak antara lain “Langkah Perjuangan Menegakkan Kalimatullah” yang disepakati para ulama dalam Majlis Islam pada konferensi di Cisayong Jawa Barat; “Marahil amal (tahapan kerja)” menurut Hasan alBanna dalam “Risalah Ta’lim”nya). [Syaksyiyah, Usrah, Ijtima’iyah, Daulah, Khilafah].

Pancasila. Pada awalnya, pada mulanya Pancasila itu adalah formulasi, hasil rekayasa sinkretisme pemikiran filsafat Barat yang diperkenalkan Sukarno pada kali keempat sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai) tanggal 1 Juni 1945 tentang dasar Indonesia Me4rdeka yang kemudian diterima dalam Piagam Jakarta, dan yang selanjutnya direvisi dalam Pembukaan UUD-45 dengan membuang anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Pda bagian akhir pidatonya atas petunjuk seorang ahli bahasa – demikian menurutnya – Sukarno mengusulkan Pancasila sebagai nama bagi rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka yang dikemukakannya. Tapi para pendiri Negara Republik Indonesia tak pernah memutuskan memberi nama Pancasila bagi Dasar Negara Repeublik Indonesia.

Sukarno adalah seorang insinyur, sarjana teknik, ahli rekayasa, juga ahli retorika. Ia berupaya merekayasa suatu mosaik falsafah, pandangan hidup (weltanschawung) bangsa Indonesia sebagai sinkretis dari pernik pemikiran filsafat Barat : Monotheisme, Nasionalisme, Humanisme, Demokratisme, Sosialisme. Hasil rekayasanya inilah yang disampaikan Sukarno (dalam pidatonya pada tanggal 1 uni 1945) di dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Syunbi Tyoosakai), yang – atas petunjuk seorang ahli bahasa – dinamakannya Pancasila, yang bisa diper5as menjadi Trisila (socio-nationalisme, socio-democratisme, ketuhanan) atau Ekasila (gotong-royong).

Pemuka-pemuka Islam dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai) menerima gagasan Pancasila Soekarno sebagai dasar negara Indonesia Merdewka karena adanya jaminan “pelaksanaan syari’at Islam bagi pemeluknya”. Ketika mengemukakan dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan, Soekarno menyatakan bahwa inilah (dasar musyawarah mufakat) tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Ia mengajak pemuka-pemuka Islam agar pro aktif bekerja keras supaya hukum-hukum yang keluar dari badan perwakilan rakyat itu hukum Islam. Dengan prasangka baik akan hal demikian, maka pemuka-pemuka Islam menerima gagasan Pacasila Soekarno itu (simak antara lain : “SYIAR ISLAM” (The Islamic Symbol), No.4, Th.V, Juni 1976, hal 10-12, “Bung karno : Sila Demokrasi Memungkinkan Perundang-undangan Islam Asal Umat Islam Bersatu dan Berjuang”; Tentang sinkretisme, simak antara lain O Haseem : “Menaklukkan Dunia Islam”, 1965:94-96).

Pancasila bukanlah warisan leluhur bangsa Indonesia. Sebelum Islam datang, tidak ada ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa. Tidak ada Kemanusiaan yang beradab. Tidak ada Persatuan Indonesia. Tidak ada ajaran demokrasi. Tidak ada ajaran tentang keadilan sosial. Yang ada hanyalah politheisme, animisme, paganisme. Yang ada aalah budaya abdi dalem. Yang ada hanya budaya upeti dari rakyat kepada raja. Islamlah yang memperkenalkan ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanussiaan yang beradab (simak antara lain QS 49:13, 5:8, 4”135), peratuan (simak antara lain QS 42:38), keadilan sosial (simak antara lain DEPAG RI : “Pedoman Pelaksanaan P4 Bagi Umat Islam”, 1983/1984:16-32, “P4 dan Ajaran Islam”).
(cuplikan “Pancasila Dalam Pangkuan Masyarakat Islam”, oleh T Saefuttamam DP, BA dari ceramah Abdullah Hehamahua, IdilFitri 1403H/1982M).

Ide (gagasan) Pancasila ini dipungut Sukarno dari ajaran Ernest renan, Otto Bauer, A Baars, Sun Yat Sen, Jean Jaures, dan bukan pula dipungut dari Negara Kertagama, Sutasoma, Sriwijaya, Majapahit.

Negara Bertuhan. Pada kesempatan lain, pada upacara pemberian gelar Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Ushuluddin oleh IAIN di Istana Negara, Jakarta, tanggal 2 Desember 1964, dalam amanatnya “Temukan Kembali Api Islam”, Sukarno meyatakan bahwa Negara Indonesia ini haruslah Negara Bertuhan, negara berKatuhanan Yang Maha Esa, negara yang mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhannya Alam Semesta. Negara Indonsia ini haruslah mau diatur, ditata menurut aturan, hukum Tuhan Yang Maha Esa.

Namun sayang, dalam perjalanan sejarah hidupnya, Sukarno sebenarnya tak menginginkan negara Indonesia ini diatur menurut aturan Tuhan Yang Maha Esa. Sukarno lebih terpesonan dengan hasil rekayasa yang dinamakannya Pancasila.

Sukarno telah melanglangbuana, telah menjelajah ke angkasa raya pemikiran, telah melakukan dialog imajiner dengan berbagai kalangan, namun hasilnya adalah bahwa yang paling cocok buat negara Indonesia Merdeka hanyalah Pancasila, hasil rekayasanya, bukan Islam.

Gerakan Pembangunan Masyarakat Adil Makmur
- Asas, Prinsip Dasar.
- Ladasan idiil. Landasan konstitusinil. Landasan operasionil.
- Bidang Sasaran.
- Modal Dasar (Analisa sikon sasaran dakwah) (SWOT).
- Potensi, kekuatan (Strength).
- Kendala, rintangan, halangan, hambatan, kelemahan (Weakness).
- Resep, terapi, peluang (Opportunity).
- Pantangan, dampak, tantangan, ancaman (Treath).

Tentang hal-hal yang positip dan hal-hal yang negatip, simak antara lain :
- Abu Afzalurrahman : “Sisi Lain dari Optimisme Perkembangan Islam”, ALMUSLIMUN, No.198,
September 1986, hal 63-76.
- SUARA MASJID, 1 Sptember 1986, hal 51-57.
- Murni Djamal : “Pokok pokok Fikiran Hurgronye Tentang Islam”, PANJI MASYARAKAT,
No.221, 15 Aparil 1977, hal 13-15.

Masyarakat Adil Makmur, Masyarakat Makmur yang berkeadilan hanya bisa hidup tumbuh di lahan budaya tauhid, budaya yang berakidah tauhid, yang hanya tunduk patuh mengikuti shirath almustaqim, tuntunan Allah (QS 19:36).

(BKS 0609121100)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home